“Nyonya Dornicle?” Tanya Inspektur Duncan.
Pria itu mengisyaratkan dengan jari telunjuknya agar tidak terburu – buru. Monkey menaruh jubah itu kembali pada badannya, namun tidak menutupi wajahnya seperti tadi.
“Saya ingin anda menaruh perkiraan paling buruk pada jubah hitam ini. Mari saya perjelas, setiap siapapun yang saya taruh jubah ini padanya berarti orang itu haruslah diposisikan sebagai dua hal, antara pelaku atau kambing hitam.”
Seseorang mengacungkan tangan. Monkey berhenti.
“Ini menggelikan! Anda tidak bisa ceroboh begitu saja! Lagipula beliau orang luar baru beberapa hari bekerja!” Nadanya penuh protes.
“Nah, semua hal pasti mungkin, Nyonya Lorraine. Setidaknya anda harus mendengarkan alasannya. Tentunya bila saya sudah mengizinkan, tapi bukan hal itu yang saya ingin tekankan,” ia mengarahkan spidol itu terhadap salah satu nama. “Saya akan mengungkap semuanya, tapi yang pertama mari kita fokus pada kasus ini dulu.”
Monkey kembali berjalan kecil, layaknya seorang dosen yang sedang mengajar muridnya.
“Tuan Armand, meninggal pada 11 September, overdosis hydrochlorothiazide atau obat untuk hipertensi. TKP berada di toilet, namun benda – benda dalam ruangannya tidak bisa kami lupakan begitu saja. Satu dari dua botol yang isinya tinggal setengah, potongan kain, dan sebuah album. Tentunya album itu kami temukan di kamar Nona Lilia, yang menurut pengakuannya ia melihat sesaat berlari menuju sumber suara, benar?”
“Ya, tapi itu seharusnya dipinjam Henrietta.” Kata Lilia.
“Benar,” tambahnya. “Nyonya Lorraine adalah yang paling terakhir bertemu dengan korban. Ah, dengan Bibi Kathryn.”
“Saya tak pernah bilang—”
Monkey menyela.
“Anda tidak perlu menutup – nutupi. Bibi Kathryn telah menyatakan bahwa ia yang mengantarkan kue itu.”
Wanita itu menoleh sesaat pada Bibi Kathryn, wajahnya seperti pasrah.
“Saya akan mengurutkan kejadiannya. Nyonya Lorraine bilang ia yang membelikan dua botol soda anggur tersebut, sekitar sore hari ia tidak ingat jam berapa. Lalu ia mendengar suara dari ruangan korban, seseorang sedang bertengkar dan sempat mendengar kata – kata kata - kata ‘Lihatlah saja kau akan menemui tempat sebagaimana semestinya!’ sekitar pukul empat, sebelum mandi. Ia juga bilang sekitar pukul lima melihat Chester keluar dengan wajah agak marah yang sebelumnya ia juga mengakui saat mengantar soda anggur itu ia tidak menemui Chester, benar madame?”
Wanita yang dibicarakan itu wajahnya tampak tertekan dan agak enggan menjawab.
“Sayangnya i—itu benar.”
“Dari awal kami selalu mendengar tentang Chester. Semua selalu berbicara mengenai Chester. Pelaku membuat pikiran kami tertuju padanya. Tapi beberapa orang yang tidak adalah Tuan Halberd dan Nona Edelyn. Sehingga saya mencoba untuk percaya sekali lagi.”
Monkey berjalan agak mendekat.
“Katakanlah dengan jujur, saat itu, anda menguping?”
“Maaf?”
Monkey menunggunya dengan wajah penuh curiga. Semua orang di sana juga sama.
Wanita itu menoleh ke sekitar, ia terpojokan.
“Tu—tunggu, apa maksudnya ini?”
“Saya hanya bertanya, dan anda harus menjawab. Sesederhana itu.”
Ia masih ragu – ragu. Mulutnya sedikit susah terangkat.
“Ba—baik, saya memang menguping. Ta—tapi demi tuhan! Saya tidak tahu siapa orangnya.” Nadanya panik.
Monkey tersenyum saat wanita itu sama sekali tak terlihat berbohong. Lagipula hal itu masih masuk akal.
Ia kemudian menjauh, dan berjalan kecil lagi di dekat papan.
“Anda tidak perlu ragu kalau tidak bersalah. Masalahnya saat anda bilang sekitar pukul lima anda melihat Chester keluar dari pintu tersebut. Lagipula pernyataan itu benar. Well, mari kita lanjutkan.”
“Saat itu dua anggur tersisa satu botol setengah, menurut pengakuan Nyonya Lorraine semua yang bertamu pasti akan meneguknya juga. Terlepas dari fakta ditemukan aspartame, maka korban juga minum. Masalahnya adalah racun itu tidak ditemukan di botol anggurnya, melainkan kuenya. Tapi ada satu masalah lain, mengapa toilet itu penuh dengan soda anggur yang berceceran? Karena ini adalah skenarionya. Anda tahu? Mari akan saya tunjukkan pada papan putih ini.”
Monkey menggerakan spidolnya.
“Korban meminum soda anggur dan makan kue. Mengingat jatah soda anggurnya tiap seminggu hanya dua botol, mungkin saja ia minum banyak. Setelah pada beberapa poin, tubuh manusia apalagi merespon minuman manis, ia akan merasa ingin kencing. Maka korban berlari menuju toilet. Obat pada kue tak membutuhkan waktu yang lama untuk bereaksi mengingat itu obat keras. Bukan kebetulan toilet itu sedang dibersihkan mengingat soda anggur itu berceceran. Korban pun terpeleset. Maka dugaan akan jatuh pada dua pembantu yang kurang prodessional itu.” Monkey memandang pada Nona Dana dan Wilson.
ns3.147.44.253da2