Desdemona diam sejenak, kerutan – kerutan alisnya mendeteksi hal aneh, namun masih dicari penyebabnya.
“Asumsikan saya setuju bagian itu, tapi saya butuh jawaban lurus. Katakan saja tanpa membicarakan masa lalu.”
“Saya selalu ingin bebas dari rumah ini namun harus membawa dampak baik, setidaknya bagi saya. Contohnya adalah projek tadi. Tapi ambilah jalan tengah, mungkin kami masih sepakat pada sisa – sisa kenangan masa lalu. Terutama ibu.” Katanya dengan sedih.
“Ah, Tuan Keith juga pernah bilang. Beliau meninggal sakit, bukan?”
“Persis sama yang dikatakan Keith,” tambahnya menoleh ke arah samping. “Apa itu saja yang ingin anda tanyakan?”
Wajahnya kembali bersemangat lagi.
“Oh ya, saya ingin tahu sesuatu yang dipindahkan pada lantai dua itu.”
“Ah, itu! Sayang sekali bunga – bunga itu padahal sudah agak banyak. Masalahnya waktu itu saya mengingat – ngigat kembali pembicaraan saat di Wageningen soal lebah.”
“Nyonya Lorraine juga mengatakan hal yang sama.”
Ia berdiri lalu mondar – mandir di sekitar.
“Benar. Lebah madu cenderung punya banyak pasukan daripada lebah liar pada umumnya. Spesies liar pun ada juga yang menghasilkan madu, tapi mayoritasnya tidak. Lebah madu adalah spesies non pribumi. Mengingat mereka jumlahnya sangat banyak, sedangkan bila kita membicarakan lebah spesies liar lainnya umumnya tidak berkoloni. ”
“Masuk akal, mereka kalah dalam mencari makan, kebutuhan nektar, dan pasukan. Lalu apa hubungannya dengan bunga?”
Ia berhenti sesaat lalu memegang dagunya.
“Kekhawatiran yang pertama adalah penyerbukan, Nona Desdemona. Ada penelitian yang bilang bila bunga yang dilakukan penyerbukan oleh lebah yang berbeda akan meningkatkan kualitas bunga, buah dan daunnya. Tapi beberapa juga bilang itu mengubah struktur pada tanaman asli.
Yang kedua adalah koloni mereka yang cukup mendominasi. Bunga yang disediakan pun tidak mekar pada semua musim, kan? Alasan itulah cukup membuat mereka mungkin saja mencari makanan pada habitat lain, terutama milik spesies liar. Inilah yang membuat spesies lebah liar susah untuk hidup.”
Desdemona mengangguk.
“Tapi tentunya ada hal lain yang menguatkan alasan itu?
Ia kembali duduk lagi.
“Lagipula setelah dihitung – hitung panen memungkinkan pada setengah tahun berikutnya, lalu selanjutnya akan menjanjikan hanya pada dua musim. Tapi pada akhir musim gugur, yang cuacanya agak dingin harus ada pengurusan yang ketat, apalagi masuk musim dingin.”
Wanita itu mengehela nafas.
“Baik. Saya ingin tanya hal lain. Tuan Monkey membawa berita bagus, terutama seseorang yang belum pernah disebut sebelumnya, Tuan Periwinkle. Sebelum saya bertanya lebih jauh, seberapa anda mengenal beliau?”
“Ah, kakek yang ulet dan sabar. Saya sangat menyukai beliau. Beliau seringkali ikut dengan ayah dulu. Tapi beberapa tahun Tuan Halberd yang menggantikan, umurnya sudah tidak bisa dikompromi. Saya rasa Kakek Periwinkle punya sejarah dengan ayah di masa lalu.”
“Anda percaya padanya?”
“Well, ya? Mengapa tidak.”
“Terima kasih.”
Saat Desdemona hendak berbalik arah ia seolah – olah mengingat sesuatu.
“Satu lagi. Apakah anda tahu siapa yang membuat relief jam di lantai satu?”
Ia menggeleng.
“Ayah tak pernah bilang.”
***
ns52.15.220.116da2