Wanita itu terdiam sejenak. Ditolehnya komputer yang baru saja digunakan.
“Saya mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk kolaborasi. Partner saya kali ini adalah Mrs.Sunday milik Kakak Lilia. Mempersiapkan segalanya adalah yang paling melelahkan. Tentu saja hanya itu yang bisa dijadikan bukti.”
“Anda benar – benar tidak sedang kemana – mana, kan?” Inspektur Duncan mendesak.
Wanita itu tampak tenang saja.
“Benar, Inspektur. Karena kami berdua sama – sama bergerak di bidang fashion, tema juga haruslah sama. Saat itu sangatlah sibuk. Saya berencana untuk mengeluarkan dua produk kosmetik untuk segala usia. Yang pertama masker dan lisptik.” Wanita itu menaruh benda yang disebutkannya dari saku gaunnya.
Desdemona mengambil benda itu.
“Ah, anda pemilik Henriette’s? Saya suka warna yang dihasilkan yang tidak pasaran dan tidak mencolok,” Tunjuk Desdemona pada bagian bibirnya. “Selain tahan lama, saya coba pun tidak pahit, malahan agak manis. Sebenarnya aromanya saja sudah agak menggoda. Kalau saya lapar bisa – bisa saya makan.”
Kedua rekannya itu melongo.
“Sa—saya kira a—anda tomboy?” Monkey menundukkan badannya, matanya memperhatikan.
Desdemona agak sebal, wajah senyumnya tidak bisa dipertahankan. “Untuk pertama kali pelayan saya sangat tidak sopan!”
Tangannya meraih pinggang Monkey, kejadian yang sama terulang. Cubitan maut itu berhasil merampas kegagahan yang pria itu perankan. Teriakannya sama sekali tidak menandakan kejantanan. Henrietta ikut memasang muka khawatir dan menghampiri pria yang tengah kesakitan itu. Wajah Monkey yang tersenyum, menggagalkan niat wanita itu.
Lalu wanita itu tersenyum.
“Saya sangat senang mendengarnya, Nona Desdemona,” wajahnya menjadi agak serius. “Saya mencari terobosan dimana tidak ditemui dari yang lain. Salah satunya adalah tidak pahit saat digunakan. Bahkan saat kondisi mendesak, anda bisa mengonsumsinya.”
Ketiga orang itu kaget.
“A—apa!? jadi ini memang bisa dikonsumsi?” tanya Desdemona nadanya agak meninggi saking penasarannya.
Ia tertawa kecil.
“Be—benar. Eh? tapi itu bukan tujuannya, loh. Kalau anda lapar, lebih baik cari restoran terdekat.”
Desdemona mengangguk, namun masih belum puas dengan jawabannya.
“Bagaimana bisa begitu?”
Wanita itu agak segan menjelaskannya.
“Ah, benar. Ide itu saya dapat dari pikiran Kakak Steve yang sangat liar. Dia orang yang cukup menarik untuk hal – hal yang aneh. Produk saya ini terinsipirasi dari bukunya ‘Lost in white, find in black’. Saya mengambil dari bagian ketika Detektif Evest terjebak semalaman dalam pengintaiannya. Di dalam tasnya ia tidak menemukan apapun selain peralatan kosmetiknya, terutama lipstik.”
Desdemona mengangguk agak puas.
“Ah, benar – benar out of the box seperti kebanyakan orang bilang. Tapi saya ragu, apakah ini benar – benar aman?”
“Secara garis besar sudah tidak mengandung racun. Tapi sebagai cemilan, itu tidak sepenuhnya benar. Kalau soal rasa…” Kepalanya menoleh ke berbagai arah lalu tertuju pada benda di meja. “Ah saya rasa mirip coklat ini.”
Jelasnya lebih lanjut, “Ada sedikit campuran susu, coklat, dan ekstrak gandum. Poin pentingnya adalah sudah Non Toxic, karena ini masuk produk unggulan sesuai idealisme saya ini dibuat dengan bahan alami. Seperti ekstrak minyak jojoba dan camelia. Varian lain ada tambahan ekstrak mawar. Tapi tetap tujuannya bukan untuk dimakan.”
Akhirnya Desdemona puas.
“Kalau anda tidak keberatan, saya ingin melihat…”
Angguk Henrietta itu.
“Tentu, Tuan Monkey.”
Wanita itu beranjak dari tempatnya, diambilnya sesuatu dari etalase tersebut. Diserahkanlah pada Monkey. Tanpa berlama – lama, segera ia melenyapkan rasa penasarannya.
Dibauinya benda itu, “Hm? Benar. Pertama kalinya saya mencium bau lipstik yang ternyata mirip sekali coklat susu.”
“Benar juga.” Inspektur Duncan mendekatkan hidungnya.
Desdemona kembali ke topik utamanya.
“Menurut anda sendiri, siapa yang paling mungkin melakukan pembunuhan?”
Wanita itu diam sejenak. Dahinya agak dikerutkan, roman mukanya memancarkan kesulitan.
“Entahlah saya pun juga tidak sedang memikirkan siapapun…” angguknya perlahan.
“Bagaimana menurut anda tentang Nyonya Lorraine?”
Alisnya naik sedikit.
“Entahlah. Tapi saat ia menikahi ayah, dia sendiri terlihat berkecukupan. Saya tidak mengerti ia punya bisnis apa, atau mungkin pekerjaannya? Ia tak pernah membicarakannya. Namun yang pasti, ia sangat pintar mencarikan solusi. Ia cukup membantu dalam kelancaran produk Kakak Lilia juga. Saya kira dia bukanlah orang yang buruk.”
“Benar juga. Lagipula daripada berbelit – belit, lebih baik menunggu dan tidak usah ikut campur apapun.”
Wanita itu mengangguk setuju.
Inspektur Duncan menyerahkan kosmetik itu padanya, “Sudah berapa lama Nyonya Lorraine menikah?”
“Ah, kira – kira empat sampai lima tahun. Tanpa ada pertengkaran dan itu berjalan sangat lancar. Kami pun akhirnya bisa lega, ayah tak kesepian.”
“Uhuk! Tentunya itu pernikahan yang sempurna! Saya jadi bertanya – bertanya bagaimana resepnya agar bisa langsung akrab dengan anak – anak ya?” Tanya Monkey
Inspektur Duncan menyanggah.
“Tentu saja itu tidak mungkin, Tuan Monkey! Lagipula saya saja dengan istri—”
“Eh? Tunggu! kalau dipikir – pikir anda benar juga…” Kata – kata Inspektur Duncan dipotong Nona Henrietta dengan sikap sedikit terperanjat.
ns3.22.79.2da2