Rumah megah dengan pekarangannya yang sangat luas terlihat dari jendela mobil, lampu – lampu teras yang dipasang dengan perhitungan pas memperjelas keindahan bangunan tersebut meskipun malah hari. Rumah gaya victoria, terdapat sentuhan – sentuhan melingkar pada beberapa sudut tembok, atap solid yang mengerucut, warna cat yang cerah, dan nilai seni yang tinggi. Arsitektur yang jauh dari kata murah. Tembok pagarnya telihat sangat kokoh yang dipasangi lampu, ukiran – ukiran merpati putih yang terlihat anggun.
Setelah itu mobil yang membawa tiga orang dipertemukan dengan gerbang baja hitam yang sangat kontras dari pagar tadi. Ukiran burung gagak terkena lampu mobil, yang menyiratkan kecerdikan, tampaknya dibuat anti peluru. Tidak terlihat sama sekali seorang portir pada rumah mewah yang sebesar itu, namun seorang wanita parubaya membuka pintu tersebut. Kaca mobil diturunkan, pria yang perannya menjadi pelayan rekannya itu menyapa dengan ramah. Reaksi wanita itu tersenyum ramah. Kemudian mobil diparkir secara horizontal, pintu mobil terbuka, keluarlah para penumpang dengan sikap dan penampilan anggun nan sopan.
Di pintu depan, seorang wanita menunggu. Inspektur Duncan memberikan perkenalan singkat. Senyuman lembut yang tidak dibuat – buat walaupun agak dipaksakan. Sedangkan matanya yang bertudung agak berkaca – kaca tanpa memberi kesan apapun selain duka. Dagu yang berbentuk hati dengan sedikit tonjolan ke depan, rambutnya dikuncir ke belakang agak panjang. Poni yang membuka di tengah, sedikit menutupi mata yang seakan ingin bersaing indahnya, benar – benar wanita yang mempesona. Lipstik yang tidak menor adalah salah satu kepercayaan dirinya pada wajah anggun natural, bahkan tidaklah sulit baginya untuk mengencani beberapa orang kaya. Meskipun faktanya, pada posisinya saat ini hal tersebut sangat tidak diperlukan. Suaranya ceria dan senang sekali menyambut kehadiran tamu yang akan menginterogasinya. Orang yang cukup misterius.
Kini mereka berada di ruang tamu, walaupun mereka adalah tamu kedua setelah beberapa petugas yang berjaga pada sore hari lebih awal. Ketiga orang tersebut dibawa menuju ruang tamu terlebih dahulu, agaknya dibuat terkejut detektif itu. Wanita yang baru saja kehilangan suaminya itu menjamu dengan mulia, sama seperti yang dilakukannya. Pria itu mengambil sikap berdiri tegak ala pelayan pribadi di samping Nona Flemming yang mengambil perannya sebagai detektif.
Dengan tatapan sedih, Nona Flemming memulai pembicaraan.
“Saya sudah mendengar rinciannya dari Inspektur Duncan,” tangannya mengajak berjabat. “Mordred Desdemona, siap melayani anda, Nyonya Antoinette.”
Tuan rumah itu menerima jabatan tangannya,
“Pertama – tama kami akan mengabarkan kepastian terhadap keragu – raguan anda, Nyonya Antoinette.”
Air mata wanita itu seakan terhenti sejenak, ekspresinya menunggu apa yang dilontarkan wanita detektif itu, Desdemona. Agak ragu anggukannya.
“Keraguan anda terletak pada kejadian kemarin. Kccelakaan, benar kecelakaan…”
“Polisi hanya memberi tahu saya dahinya memar dan giginya ada yang copot.”
Wanita parubaya tadi yang membukakan gerbang, kembali dengan membawa jus. Ia menuangkan jus jambu biji itu untuk semua tamunya.
“Betul, terpeleset memanglah penyebabnya, itulah kecelakaannya. Tapi seharusnya itu hanya meninggalkan beberapa luka. Hm, kemungkinan terparahnya operasi kecil pada gigi? Ngomong – ngomong, Sebenarnya kami lebih tertarik pada kematian itu sendiri.”
Nyonya tuan rumah itu terperanjat, beranjaklah dari sofanya dengan protes dan segala keingintahuannya. Suaranya agak meninggi, “Apa maksud anda, Nona Desdemona?”
“Tim koroner dan patologi memberikan fakta yang membulatkan pendapat saya langsung pada kesimpulan, meskipun sejak awal saya tak pernah menganggap itu kecelakaan. Suami anda overdosis, Hydrochlorothiazide dalam jumlah banyak yang membuat beberapa organnya pecah.”
Nyonya Antoinette terdiam, kesangsiannya selama ini telah mengkhianatinya. Air matanya yang sesaat terhenti kini mulai menghujani pipi dengan derasnya.
“Itu mengerikan!” Wanita parubaya itu mengerutkan dahinya penuh kekecewaan bercampur kesedihan.
Nyonya tuan rumah itu secara tiba – tiba terduduk, tubuhnya lemas berada pada pundak wanita parubaya itu. Satu kata pun tak keluar dari lidahnya kecuali isak tangis yang tanpa ada seorang pun menghentikannya.
“Mendengar laporan Kepala Inspektur Duncan, mungkin ini tidak akan menjadi kasus yang mudah. Terlebih lagi tragedi ini terulang di Keluarga Antoinette. Saya tentunya berterima kasih atas informasi rinci yang polisi berikan. Karena saya orang yang sangat berhati – hati terhadap hal – hal kecil, maka harus dilakukan interogasi ulang. Mungkin kami akan mengetuk pintu kamar demi kamar, anda keberatan, Nyonya?”
Suaranya agak terputus – putus “Sa—ma sekali ti—tidak, Nona Desdemona!” tangannya buru – buru menggapai tangan wanita yang mengaku detektif itu, dengan eratnya mengenggam dan pandangannya serius. “Saya harap kasus ini cepat selesai dengan akhir yang sebenarnya.”
“Terima kasih atas kepercayaan anda,” jelas Nona Desdemona dengan ramah. “Penyelidikan ini akan dibantu pelayan pribadi saya.”
Cake (yang selanjutnya akan dipanggil Monkey) mulai dengan batuknya, “Uhuk! Saya Moncef Keymark, pelayan pribadi Nona Desdemona. Mendengar dari beberapa orang termasuk majikan saya sendiri, mengucap nama saya akan merepotkan—cukup panjang.” Jelasnya dengan membungkuk anggun, nadanya sedikit mengandung humor, “Panggil saya Monkey jika itu bisa sedikit menyamarkan kesedihan anda.”
ns3.12.165.112da2