Malam itu adalah korban ketiga sejak ia datang pertama kali, walaupun sebelumnya juga pernah terjadi. Tentunya kasus yang sudah lama berstatus tidak aktif. Diawali dengan seseorang menelepon untuk menyelidiki kasus tersebut, mengakibatkan pria itu menyusun rencana sebagai pria tua asisten detektif.
Kini ia dihadapkan pada kesedihan, mengingat rekannya tampak diracuni oleh tangan yang tidak bertanggung jawab. Langkah kakinya agak dipercepat menuju dapur di lantai satu.
“Tuan Halberd ada di mana, Bibi Kathryn?”
“Ah, pria itu agak sedih. Kebanggaannya sebagai koki agak tercoreng.”
Monkey mengangguk, lalu menoleh pada wanita berambut hitam sebahu.
“Lalu Nona Wilson?”
“Menyiram taman bunga di belakang. Nyonya Dornicle disuruh pulang cepat.”
“Terima kasih.”
Kemudian ia berjalan dengan cepat, kembali ke lantai dasar dan melewati perpustakaan kecil. Pintu tersebut dibukanya, ia langsung keluar.
Mereka kemudian mengobrol sedikit dan singkat sambil menunggu pekerjaannya selesai. Saat ditanya wanita itu mengaku pernah tidak sengaja menginjak sesuatu. Kakinya merasa ia menginjak sesuatu dari kaca. Saat dilihat bahkan terdapat serbuk coklat yang katanya biasa digunakan untuk kaum hawa.
Setelah pekerjaannya selesai, Monkey dibawanya menuju kamarnya. Niatnya hendak memberikan sesuatu.
Sebuah amplop serta kertas – kertas yang berisi catatan – catatan lama diterima Monkey, lalu dikembalikan pada sakunya.
“Anda mengesankan. Darimana anda menemukan yang seperti ini?”
“Catatan itu di sebuah kotak aluminium yang saya temukan di tempat gelap dan banyak debu. Dibalik tumpukan kerdus.”
“Tapi bagaimana bisa? Seharusnya butuh waktu cukup lama untuk mencari? Tanya Monkey dengan penuh heran.
Wanita itu mengangguk.
“Sebenarnya saya cukup kurang setuju melihat tumpukan – tumpukan itu ditata dengan aneh,” tambahnya sambil memegang dagunya menghadap ke bawah. “Anu—maksud saya beberapa ditumpuk seperti gunung, beberapa dibiarkan seenaknya. Lalu beberapa setelah saya tata dengan berjajar imbang di pojok samping dan sudut kemudian kembali lagi.”
“Makanya anda merasa aneh,” tambah Monkey setelah mengangguk. “Dan anda sempat melihat kotak aluminium itu?”
“Benar, untung posisinya tidak dipindah.”
“Lalu bagaimana dengan amplop?
Ia berhenti sesaat. Monkey pun sadar bahwa wajahnya agak khawatir.
“Nyo—nyonya Lor—loraine.”
Monkey kaget.
“Tidak dikunci?”
Wanita itu menggeleng.
“Saat makan malam kamar – kamar ditinggal begitu saja. Lagipula mereka semua kan bertemu di meja makan?”
“Betul juga.”
“Saya harap kasus ini cepat selesai.” Katanya sambil menatap Monkey dengan memohon.
“Saya akan mengusahakannya.” Ucapnya sambil memegang pundak wanita itu. Lalu pintu ditutup dari luar.
Kemudian ia menuju kamar lain.
Pintu terbuka, Tuan Halberd yang cemberut mempersilahkan.
“Tuan Monkey? Masuklah.”
Monkey menolak.
“Ah, tidak usah, saya tidak lama,” tambahnya. “Katakanlah dengan jujur, Tuan Halberd, apakah ada yang belum anda beritahu sebelumnya mengenai beberapa orang di rumah ini?”
Pria itu menunjukkan kebingungan yang tidak dibuat – buat.
“Misalnya?”
“Tuan Periwinkle yang kata Bibi Kathryn adalah seseorang pembantu lama sebelum dua wanita muda itu.”
“Sebentar…” tambahnya sambil ia menghitung jarinya. “Tuan Periwinkle yang pertama…”
Sambil terus menghitung, akhirnya ia teringat sesuatu. Ia mengatakan bahwa memang betul kalau sebelumnya ada seorang gadis. Gadis tomboy yang rambutnya pendek kecoklatan, sangat dekat dengan salah satu orang di rumah ini selain ibunya.
“Tapi sebagai ibu tentu saja menginginkan yang terbaik untuk anaknya, lagipula selamanya jadi pembantu itu sama sekali tidak mengubah nasib kalau saya katakan. Selalu bergantung pada orang lain. Padahal mereka berdua punya pengalaman buruk mempercayai orang lain. Sangat ironis.”
“Ah, diusir dari flatnya?”
“Kurang lebih. Saat itu saya belum di sana.”
Kemudian Monkey bertanya lain sambil menunjukkan sebuah foto yang didapatnya dari seseorang yang kata Inspektur Duncan adalah pria cupu.
“Eh? biarkan saya mengingat – ingat…” Kata pria itu setelah mendekatkan matanya pada kertas tersebut.
Monkey masih menunggu.
“Ini di Wisbech. Pertama kali kami bertemu memang seperti ini. Lalu beberapa saat sebelum menikah berganti jadi agak kepirang – pirangan. Well, ini cukup mengingatkan masa lalu.” Angguknya.
Tambahnya lagi sebelum foto itu diserahkan kembali. “Tapi saya tidak ingat yang satu ini,” tunjuknya pada sebuah titik hitam. “Anda yakin ini bukan kotoran?”
“Sementara ini saya tidak berpikir begitu,” tambah Monkey. “Ngomong – ngomong terima kasih, saya permisi dulu.”
Kemudian ia menuju naik menuju lantai satu. Pintunya diketuk. Saat terbuka, Monkey pun masuk.
“Apa anda sudah lebih sehat, Nona Lilia?”
Wanita itu meregangkan tubuhnya.
“Yah, lumayan. Anak itu cukup ajaib ternyata.”
“Ajaib?”
Ia mengangguk.
“Dana. Padahal hanya obat umum tapi lumayan mujarab.”
“Bukannya Tuan Keith?”
Wanita itu menggaruk kepalanya sambil tertawa kecil.
“Ehehe… Saya lupa bilang,” tambahnya sambil membuang muka. “Lagipula ia cukup cerewet untuk ukuran seorang lelaki. Padahal saya lebih tua.”
ns3.22.79.2da2