Lalu Cake kembali pada pekerjaanya, sedangkan lembaran kertas tersebut dikesampingkan. Ditaruhnya di rak khusus lantai atas. Waktu masih cukup lama untuk menutup bisnisnya, hari masih hampir menyentuh sore. Tapi pikiran – pikirannya yang sensitif terhadap pertanyaan – pertanyaan yang belum bisa dijawabnya sudah mengganggunya saat itu. Terkadang dahinya mengerut, mengira – ngira suatu kejanggalan yang mungkin terjadi. Permasalahannya adalah motif pelaku yang memberinya kemunduran terhadap teorinya. Sementara itu, bel yang ada di pojokkan atas pintu toko berbunyi.
“Selamat datang di Cakey, ada yang bisa saya bantu?” sambutnya dengan elegan dan ramah. Badannya selalu membungkuk, dan wajahnya ditambahkan senyuman.
Respon yang penuh semangat oleh dua wanita muda yang barusan datang. Mereka adalah salah seorang pelanggan setia dan sering berbagi obrolan dengannya. Menurut detektif tampan itu, gosip para wanita selalu mengandung sedikit kepastian dibalik kejanggalannya. Setidaknya lebih baik daripada imajinasi wartawan. Dengan sigap dan elegan, Cake melepaskan mantel kedua wanita itu, membuatkan jus jeruk, dan yang tepenting memuji kecantikannya dengan seni omong kosongnya.
“Ah, Nona Whiteney dan Nona Esmiralda. Tempat ini terasa sepi tanpa kehadiran anda berdua,” tambahnya dengan menajamkan indera penglihatannya. “Merveilleuse! Rambut pirang pendek dengan samping kanan yang diikat. The Faux Bob, huh? Cocok sekali dengan pipi tembem seperti anda, Nona Whiteney!”
“A—anda pikir begitu? te-terima kasih.” Balas wanita berambut pirang itu dengan grogi dan memegang – megang rambutnya.
Detektif tukang gombal itu menoleh ke wanita lain.
“Ah… Shaggy Lob panjang dengan kesan bulu. Biasanya memancarkan ketidakrapian, tapi dengan poni yang membuka dan tak menutupi dahi, diatur simetris seperti tirai, saya Carmel Keymark merasa kagum melihat kecantikan yang begitu elegan, Nona Esmiralda!” katanya dengan menggeleng – gelengkan kepala penuh dengan kekaguman.
“Ah anda bisa saja, Monsieur Cake.” balas wanita rambut hitam legam itu dengan tersenyum.
Tanpa enggan lagi, setelah itu dicatatlah pesanan mereka.
Detektif Cake memang tak pernah meleset dalam pujiannya. Bukan sekedar omong kosong, ia juga mempelajari sesuatu hal yang bisa dijadikan pujian untuk seorang wanita. Terdengar seperti cara yang sangat tidak menawan atas usahanya menggali informasi yang boleh jadi bisa dipastikan. Walaupun begitu, matanya memang memancarkan kejujuran sebagai jaminan atas ucapannya. Apalagi mulutnya, tak bisa menahan untuk tidak membuka pendapat. Satu - satunya hal yang bisa direm, ketika pelanggan yang sangat tak cocok dengan dandanannya, bibirnya tidak macam – macam.
Pesanan pun diantarkan dengan gaya elegan seperti pelayan restoran bintang lima.
“Selamat menikmati mademoiselle! Nikmati waktu anda!”
“Terima kasih, Tuan Tampan!” kata wanita yang dipanggil Esmiralda itu. “Anda sudah dengar beritanya, Tuan Cake?”
“Oh? Bila saya boleh tahu, mengenai apa?”
“Kecelakaan beruntun, Tuan Cake! tiga mobil ringsek, benar – benar sangat tiba – tiba!” sahut dengan tak sabaran oleh wanita satunya. “Semua penumpangnya meninggal, kecuali mobil kedua. Hanya menyisakan seorang anak dan ibunya!”
“Saya tak tega melihat ibunya! Dari kepala, tangan kanannya, darah itu menempel pada anaknya juga!” jelas Miralda denga nagak melodramatis.
Detektif itu menaruh duka, “Sangat tidak beruntung sekali mademoiselle! Tapi, anda berdua seperti berada di lokasi kejadiannya saja.”
“Mobil keempat adalah taksi yang kami berdua tumpangi, Tuan!” tambah wanita berambut hitam Shaggy Lob itu dengan hebatnya. “Kemarin kami di perempatan St Bernard Road dan hendak menuju Perguruan tinggi St Anne untuk suatu urusan. Tiba – tiba di pertigaan, Jaguar putih melaju cepat memotong lampu merah. Posisi arah kami mengijinkan berlaju, sayangnya semua mobil melaju kencang dan tidak sempat rem. Sisanya pasti anda mengerti.”
“Taksi yang kami tumpangi untungnya berhasil mengrem dengan sedikit lebih cepat!”
Detektif Cake memandangi mereka berdua dengan memelas. Kecelakaan memang hal yang lebih lincah dibandingkan pembunuhan. Apabila faktornya diubah sedikit saja, pasti hasilnya akan akan berbeda. Pemicunya kebanyakan sederhana, sebuah ketidaksengajaan. Namun bila pemicunya dibalik, maka tetap bisa dibilang pembunuhan.
Cake mencoba membuka alur pembicaraan yang lebih tenang, “Anda menceritakan kisah yang menegangkan, mademoiselle! Ngomong – ngomong, itu di daerah Oxford ya?”
Mereka berdua mengangguk.
“Kalau begitu nona – nona, apakah anda sekalian pernah mengunjungi daerah Norham Gardens?”
Kedua wanita itu berpikir sejenak sambil menikmati kue yang dipesannya.
Esmiralda membuka mulutnya, “Ah sesekali saya pernah ke sana, denganmu Eva. Benarkan? Ditolehnya wanita temannya.
Wanita itu mengangguk. “Bagaimana ya? saya suka lingkungannya cukup sunyi—tenang. Tapi—tidak untuk tetangganya.” Jelasnya dengan suara agak malas, matanya kelihatan tidak tertarik.
“Hm… tetangga yang kasar? Atau mereka agak senewen, Nona Whiteney?”
Matanya yang menatap Cake agak lama, agaknya kesulitan menjelaskan, ia menoleh ke temannya lagi. Tapi sebelum itu, ia menggelengkan kepalanya.
“Tidak—bukan begitu. Bagaimana ya kami menjelaskannya? Mereka menatap kami dengan wajah agak kaku.”
“Benar. Waktu itu kami meminjam gunting rumput. Wanita itu sangat cantik dan ramah pula. Tapi saya agak kurang nyaman dengan ekspresi wajahnya.”
Wajah Cake tampak kebingungan dengan cerita yang to the point itu.
ns3.22.79.2da2