“Selamat pagi, Monsieur Cake! maaf telah mengejutkan anda,” kata pria yang menyetir itu dengan tegas dan tenang. Lalu dijelaskanlah secara singkat atas kesalahpahaman tersebut. Detektif itu mempersilahkan masuk. Kedua pria tersebut duduk di bangku pelanggan. Ditawarilah sebuah jamuan sederhana namun agak menolak. Seperti sedang dikejar waktu.
“Anda tadi sudah membuat saya panik dan sekarang menolak jamuan yang saya tawarkan, tuan – tuan?”
“Maaf, M. Cake. Sebenarnya hal ini—yang disampaikan cukup—sangat penting.” balas rekan dari sopir mobil itu dengan gugup.
Cake tidak menerima pernegosiasian dengan cara seperti itu. Dipaksalah mereka berdua untuk bersantai terlebih dahulu, dibukanya mantel dan topi fedora tersebut. Sedang tehnya masih menunggu air rebusan siap.
“David Duncan, sir! Kepala pengawas kepolisian bagian kriminal dari Unit Kepolisian Oxford! Senang bertemu dengan anda, Tuan Cake!” sambut pria berambut hitam gaya quiff berdagu agak lancip itu dengan penuh semangat. Dari penampilannya sekitar tiga puluh tahunan, lebih muda dari aslinya empat puluh enam tahun. Matanya tajam menyiratkan teliti meskipun suaranya agak lembut.
“Dan ini bawahan saya, sir!”
“Sersan Perry Wintergard, s-sir! Siap membantu anda!” ucap pria botak yang agak muda sekitar dua puluh sembilan tahunan.
“Ah! Tunggu sebentar, tuan – tuan!”
Detektif itu mendengar bunyi ceret, mengingatkan air yang direbusnya. Ia bergegas menyiapkan teh untuk tamunya, bersamaan dengan dimasukannya adonan kue ke dalam oven.
“Anda jauh – jauh dari Oxford hanya untuk menemui saya?”
“Begitulah, sir!
“Hm… tapi mobilyang indah. Sedan memang gesit, tapi benz punya kenyamanan yang lebih sebagai tambahannya.”
“Anda pria yang menarik! Benz A217 adalah mobil yang ideal untuk menyambut orang penting seperti anda.”
Suasana hening sejenak. Dari tatapan kedua tamunya, detektif itu sadar akan alasan kedatangannya. Namun menurut teorinya, mengenal orang lebih dalam adalah yang lebih dulu diutamakan. Diseruputlah teh itu dengan santai.
“A—anda Tuan Ca—cake? kalau tidak menyinggung, a—apakah itu nama asli anda?” tanya sersan muda itu dengan rasa sungkan.
“Berbicara hal itu, sedikit membuat saya juga penasaran, Tuan.” tambah pria satunya
“Ah! Tentunya itu lebih buruk dari samaran, bukan?” ucapnya dengan sopan, “Moncef Carmel Keymark. Yang anda sebutkan tadi adalah orang mengambil inisial nama tengah dan akhir, diambil dari dua huruf pertama.”
“Unik sekali, Tuan.”
“Saya ragu, apakah itu pujian?” tambahnya lagi. “Tapi kalau rasanya agak tegang, anda boleh mengambil dari nama awal dan akhir.”
“Mo-mo-monkey? Tidak, tidak! itu sangat tidak sopan, Tuan”
“Sudah saya duga, anda memang benar – benar orang yang kami cari!” kata salah satu tamunya agak tertawa.
“Karena sebutan – sebutan bodoh barusan?” balas Cake dengan lelucon.
Setelah itu ketegangan agak sedikit berkurang. Tampak dari gaya obrolan tamunya, sudah agak kalem dibandingkan pada awalnya. Suara pengingat di oven pun berbisik pada telinga, Cake bergegas menyiapkan jamuan yang kedua. Ia memastikan tamunya terpuaskan dan merasa lebih tenang. Setelah sekian waktu mengobrol, sampailah pada poin tertentu yang harus diutarakan. Suara seruputan teh membuka awal dari keseriusan pembicaraan.
“Jadi saya dengar dari Inspektur Chad, bahwa anda sedang menyelidiki kasus yang tak selesai itu?” tanya seorang Kepala Inspektur Kepolisian Oxford dengan suara tegas dan lembut, adalah bukti wibawanya.
“Tidak pada awalnya, namun pria itu menyedihkan sekali. Ia hanya berputar – putar pada cara yang lelet itu.”
“Oh? Ma—maafkan atas kedatangan kami sengaja—secara sengaja melibatkan permasalahan ini, Tuan!
“Well, sebenarnya saya sudah pernah membaca kasus ini sebelumnya saat masih di kepolisian,” jelasnya pada sersan muda yang masih terlihat sungkan itu. “Tapi banyak sekali pertanyaan yang timbul tanpa jawaban dan simpang siurnya informasi. Tentunya anda tahu maksud saya, Tuan Duncan?” kepalanya menoleh ke arah pria penuh wibawa itu.
Nada Inspektur Duncan berubah menjadi sedih, “Sebenarnya, Inspektur Morgens pun memberikan beberapa pertanyaan dengan data penyelidikannya sebelum meninggal.”
“Beliau terkena serangan jantung. Cukup lama dari kasus tersebut. Kami tak terlalu kaget, gaya hidupnya terlalu banyak kafein.” Temannya menambahkan.
“Saya kenal dengan Inspektur Morgens dan pernah membantunya pada saat kasus pembunuhan ruang tertutup di Penginapan Longwall. Orang yang cerah, banyak tawa dan canda,” tambahnya dengan suara berbeda. “Beliau cukup tajam dari penampilannya, salah satu aset berharga bagi kepolisian. Yah, mau bagaimana lagi? memang sedang tidak beruntung saja.”
ns3.22.79.2da2