“Maka beliau memang bukan.” Monkey menghapus nama itu beserta tanda centang maupun silang. Nyonya Dornicle wajahnya melega, beberapa orang merangkulnya dengan perasaan haru. Lalu ia menuliskan nama lain, suasana kembali gugup.
Ia langsung mencentang bagian pertama.
“Saya kira anda setuju dengan poin pertama. Bagaimana dengan poin kedua?”
Wanita yang namanya ditulis itu menoleh ke segala arah. Seseorang tidak ada yang menyanggah yang membuat wajahnya semakin khawatir dan gugup. Melihat poin ketiga dan keempat sama sekali tidak menaruh harapan. Dada Nyonya Lorraine semakin sesak, ia semakin panik. Begitupula Bibi Kathryn tidak ada yang tidak sedih bila anak semata wayangnya tertuduh, ia menggenggam tangan anaknya sekuat – kuatnya. Namun semua orang masih saja tidak ada yang menyanggah. Dalam hati wanita yang berperan sebagai ibu itu sudah meledak, rasanya ingin menyeret semua orang untuk berbicara. Namun ia lebih memilih untuk tetap berdoa.
Bagaimanapun…
“Saya sendiri tidak setuju.” Kata Monkey yakin.
Kedua orang itu melongo, diikuti semua orang langsung diam.
“Saya sudah pernah bilang mengenai identitas Nyonya Lorraine bahwa ‘ini mungkin bukan hal baru bagi saya, namun tidak untuk semua orang.’ Yang artinya Nyonya Lorraine atau yang selanjutnya dipanggil Nyonya Ebony telah mengaku pada saya seluruhnya. Termasuk dirinya, Nyonya Dornicle dan apa yang ingin dicapai bahkan informasi – informasi yang diberikannya. Dengna kata lain, ia sama sekali tidak licin. Beliau hanya bersembunyi di satu tempat dan tidak berpindah – pindah. Atau beliau memang tidak memanfaatkan siapapun.”
Seketika nama itu dihapus, tangis harunya melebar. Sudah dipastikan mereka saling bepelukan, terutama Nona Lilia.
Setelah semua nama tersebut ditulis, menyisakan nama terakhir. Orang tersebut saat nama lain dihapus ia merasa bahagia, setidaknya ia petarung sampai akhir. Sama sekali tidak menunjukan tanda – tanda kekalahan.
Bagaimanapun juga…
Monkey membawa jubah hitam tersebut. Nama terakhir itu ditulis. Ia tidak membutuhkan persetujuan setiap orang untuk mencentang semua poinnya.
Kemudian berjalan menuju seseorang.
“Maukah anda memakaikan sendiri?”
Ia menyerahkan kain hitam itu. Sementara orang yang ditunjuknya tetap tenang dan sama sekali tidak menunjukkan penyanggahan maupun setuju.
“Tuan Steve?”
***
ns52.15.220.116da2