“Hm… disini tertulis ’Apabila anda ingin membaca kelanjutannya, tunggu novelnya?’ Apa – apaan itu?” Protes oleh seorang detektif sambil membanting majalah is yours yang baru dibelinya pagi ini.
Rambut yang tebal dan berantakan secara alami, disisirnya poni kearah samping kanan hampir menutupi matanya. Kelebihan dari rambutnya sejalan dengan praktisnya, bisa diubah sesuai yang diinginkan. Tanpa perlu pelengkap tambahan yang cukup menguras sakunya dalam – dalam. Wajahnya yang tampak malas, namun matanya memancarkan keramahan.
Diseruputnya Charmomile Tea dan siap dilahapnya teman teh tersebut, Butter Pancake Palm Sugar, memanjakan paginya yang mula – mulanya diawali kekecewaan pada cuplikan novel di majalah yang baru dibelinya. Sebagai detektif yang kurang terkenal dan penghasilan yang pas – pas an, cukup mewah ia memanjakan paginya itu.
Ditariknya tali pengait Rolling Door, membalik penanda bertuliskan closed, ia siap membuka bisnisnya. Sebuah toko yang tidak terlalu besar, lengkap dengan etalase untuk memajang kue, tiga set meja persegi lengkap dengan tempat duduk saling berhadapan yang masing - masing dipisah sekitar empat langkah kaki, dan mesin minuman yang siap menampung koin sen bila ada orang yang membutuhkan.
“Selamat pagi, nona. Ada yang bisa saya upayakan untuk membantu anda?” Sahutnya dengan ramah dan penuh gombal. Kebanyakan tamunya adalah wanita muda dari yang pelajar hingga pebisnis yang kaya raya. “Hari ini Cheese Fondue dengan krim blueberry diskon sepuluh persen untuk pembelian minimal dua buah!”
Dengan wajahnya yang tampan, tentu tak sulit baginya untuk membujuk para wanita – wanita itu. Tidak berhenti sampai situ. Yang dibuatnya bukanlah sebuah hal yang dibuat oleh amatir. ”Spectaculaire!” yang sering dikatakan pelanggan yang telah mencobanya. Tidak menutup kemungkinan baik para wanita maupun lelaki penggemar kue.
Ekspresinya mulai cerah, tersenyum lebar, dengan penuh kesiapannya menyambut pelanggan. Seringkali hal yang membuatnya sedikit mendidih. Bukan pada tabloid yang terkadang ia beli saat merasakan bosan, tapi terhadap pelanggan yang sama sekali tak diharapkan kedatangannya. Terkadang kemunculannya setelah beberapa orang.
“Selamat pa- eh?” senyumnya meredup, matanya berganti malas. Pada akhirnya sesuatu yang tak diharapkan itu memang melawan kehendaknya. Memang agak berat, namun ia tetap mempersilahkan tamunya
“Duduklah, seperti biasanya, kan?”
Dengan jas putih yang agak terbuka sedikit di bagian leher, kemeja merahnya yang dipakainya seperti orang penting, dengan rok pendek dan ketat yang agak menggoda para lelaki. Rambut ponytail arah belakang warna red velvet dan dibuat ikal, sedangkan bagian depannya terbuka menyisakan sedikit bagian di samping kanan dan kiri. Hidungnya mancung, alisnya tebal dan menawan. Bedaknya tak terlalu tebal, bibir yang tidak menor. Kecantikannya alami meskipun tanpa perias wajah, boleh jadi sejajar dengan kualitas artis sekalipun.
Wanita itu menghampirinya dengan suara yang tegas.
“Apa ini? bukannya seharusnya anda senang wanita sepertiku mengunjungi setiap hari?”
Wajahnya yang mirip Helena Anna Held, kecantikan sangat memikat yang ironisnya, tak terpikirkan sama sekali oleh pria itu. Benar – benar telah disia – siakan.
Wanita itu mengerutkan dahinya, dengan sebal yang tak sungguh – sungguh.
“Tunjukkanlah perhatianmu padaku dong!”
Hanya saja pria itu tak menggubrisnya. Dengan poker face nya, usaha wanita itu sia – sia.
“Kenapa sih? Anda salah makan?” Ia mencubit dan mengelus pipi pria itu, niatnya menggoda. “Anda sama sekali tidak romantis.”
Dengan geli, ditahanlah tangan wanita yang mulus itu dengan berkali – kali mengusili pipinya.
“Nona Flemming, Lava Cheese cake pesanan anda dua buah, sudah siap!” Senyumannya terpaksa yang diikuti salah satu alisnya yang terangkat,
ekspresinya sangat jelas ingin sekali wanita ini cepat pergi.
“Pembayarannya sudah saya terima. Terima kasih sudah memesan!”
“Anda sama sekali menggelikan ya, Monsieur Cake! Sama sekali tidak tahu caranya menghibur femme!.”
“Ma-maafkan saya, Nona Flemming!” ia menepuk pipinya dengan keras hingga memerah. “Ada lagi yang bisa saya perbuat untuk menyenangkan hati anda?”
“Nanti malam, saya menginap di sini! Jangan pikir anda kabur. Ingatlah hutang anda yang lalu!” Wanita cantik itu berbalik badan dengan sebal dan kecewa. Keringat sudah dari tadi membasahi pria itu, dengan penuh tekanan tentunya. Tangannya mencoba menggapai saku sebelah kiri, diambilnya sapu tangan katun berwarna hitam yang lembut, diusapkan di keningnya.
Seraya mencapai pintu untuk keluar, wanita itu memalingkan kepalanya “Satu lagi, bukan flemming, tapi Rachel!” dengan nada yang tegas, dan mata yang penuh sebal.
Pria yang dipanggil Cake itu terperanjat. Jantungnya sangat kencang dan mau copot. Untungnya wanita itu sudah pergi. Dengan kelegaan yang maksimal, duduklah sebentar di kursi goyangnya dengan meneguk segelas air mineral.
ns3.12.165.112da2