Sebuah Plot.
Dari : ?
Sekarang aku dan satu – satunya temanku, Malphas. Malphas yang satu – satunya peduli padaku.
Dan aku…
Aku yang satu – satunya baik padanya.
Kami selalu bermain tukar benda. Aku suka benda yang warnanya bening, karena bening menunjukan kejernihan. Kecil – kecil begini aku orang yang bijak, loh. Sedangkan Malphas suka sesuatu yang mengkilat atau dari logam. Kataku warna yang penuh pencitraan. Kami sudah lama berdebat soal ini, tapi ia tak mau mendengarkanku. Perbedaan adalah jalan keluarnya, saling menghormati adalah jalan terbaiknya. Lagipula kami tidak hanya saling berbagi pandangan, tapi juga pikiran. Makanya hari ini aku memutuskan untuk menyatukan pendapat itu.
Kami tinggal di sebuah rumah cukup besar. Aku, ayah, ibu, dua kakak, dan Malphas. Ah dan satu lagi, tapi akan kuberitahukan nanti mengingat ia sedang tak hadir. Ibu punya klinik di lantai dasar. Ayah punya pakaian yang mirip dengan ibu, tapi ia sering membawa sesuatu yang bening. Aku tidak mengerti mengapa ibu selalu cemberut pada ayah, padahal orang yang membawa sesuatu yang bening tidak jahat sebenarnya. Aku suka ruang ayah bekerja. Bahkan kadang aku mengintip ia memakai sesuatu seperti teropong bintang tapi katanya itu untuk melihat sesuatu yang sangat kecil. Sedangkan teropong bintang untuk memandang sesuatu yang sangat jauh. Meskipun kadang aku tidak suka dengan sesuatu yang cair aneh dan punya beberapa warna. Kadang mengeluarkan asap, bahkan baunya sangat tidak enak. Tapi saat ini aku berencana diam – diam mengambil sesuatu cair yang warnanya bening. Sudah lama ku menanti kesempatan, lagipula aku hanya anak kecil. Daripada Doni yang suka main kapal – kapalan di aquarium atau Lena yang hobinya makan penekuk buatan ibu, aku termasuk unik, kan?
Bicara tentang ibu, termasuk orang yang perhatian. Terutama Doni yang koleksi kapal remotnya sudah lengkap, apalagi Lena yang selalu suka kue atau pancake, terutama kadang dari beberapa pasien. Meskipun suka makan, ia tidak kunjung gemuk. Mereka semua anak yang baik, menurutnya. Itu tidak masalah bagiku, selama ada Malphas, aku tak keberatan. Meskipun bulu hitam miliknya selalu membuat ibu jengkel, bahkan teman asisten wanita ayah yang kadang bekerja hingga larut malam juga berpikiran sama. Wanita memang tak mengerti persahabatan.
Tapi aku juga suka sekali dengan pekerjaan ibu. Ia punya banyak benda bening. Masalahnya kamarku dekat dengan tangga ke bawah. Aku yang menuruni tangga ternyata sama sekali tidak melihat bening yang biasanya. Itu loh, karena ibu perhatian dengan ayah yang katanya gula darahnya tinggi. Benda bening yang kumaksudkan akan ditaruh pada jarum – jarum menyakitkan. Aneh sekali, padahal kalau gulanya tinggi berarti bagus, kan? Jadi kita tak perlu membeli gula lagi! Hehe.
Aku yang iseng mulai masuk. Ruangannya juga terang, namun tidak dibuat bilik – bilik. Makanya aku sering dimarahi bila terlalu banyak tertangkap basah. Kata Malphas, hari ini adalah puncaknya keberuntunganku. Untung saja ibu masih berada di ruangan agak depan. Ia terlihat dari kaca pintu saat aku mengintip. Ia menerima sesuatu seperti yang disukai Malphas. Aku harus segera melapor pada temanku itu, dia pasti senang. Tapi tiba – tiba ibu berbalik arah. Kalau pintu itu dibuka maka akan dibuka terus, itu berarti aku harus bergegas. Memang benar kata Malphas, aku cukup beruntung melihat benda yang kucari. Bahkan ada banyak botol berisi cairan bening. Aku mengambil yang terdekat, bertuliskan heparin. Lalu aku kembali ke kamarku.
ns3.12.165.112da2