“Nah, Nona Flemming yang cantik tiada duanya. Sebelum tidur saya selalu mendengar cerita dari seseorang,” katanya sambil memasukan buku hitam kedalam jasnya kembali. “Kisah tersebut seharusnya lima orang kurcaci, namun kata narrator dua yang lainnya sedang sakit, maka cerita dimulai dari tiga kurcaci.”
Keluh wanita itu, namun tidak membuatnya bosan untuk mendengar.
“Tiga kurcaci yang tinggal dengan damai, mari kita singkat Si Merah, Kuning, dan Biru. Tiga kurcaci ini selalu memperhatikan manusia. Mengagumi mereka adalah suatu hal yang normal bagi para kurcaci, terutama cara mereka hidup, bagaimana mereka bersenang – senang, dan apa yang mereka makan. Mengambil langkah awalnya, mereka melihat rutinitas manusia seperti berkebun. Si Merah sangat suka sekali makan tomat, mengingat warnanya juga merah, maka dari itu kebunnya selalu dipenuhi tomat. Si Biru sangat suka sekali blueberry, maka di kebunnya pun penuh buah tersebut. Yang terakhir si Kuning, ia sangat suka sekali jeruk juga sama melakukan hal tersebut. Rumah mereka sangat berdekatan, begitu juga kebunnya. Suatu saat mereka melakukan pertemuan di rumah Si Merah.”
Wanita itu menguap dua kali, matanya agak berair. Monkey menawarkan untuk menghentikan cerita tersebut, namun ia memutuskan untuk lanjut.
“Pertemuan itu biasanya membahas diskusi tentang keresahaan yang dialami mereka untuk dicari jalan keluarnya. Kebetulan saat itu mereka membahas kebunnya yang kata Si Kuning baru – baru ini, panennya lebih sedikit dari tahun kemarin. Si Merah juga mengatakan hal yang sama, demikian Si Biru. Sedangkan di tahun kemarin, tidak ada kekeringan, tidak ada jutaan belalang yang terbawa oleh angin, ataupun gulma. Pada intinya tahun kemarin adalah tahun yang penuh ekspektasi positif bagi mereka.
Sehingga pendapat mereka menyebabkan terpisah pada dua kubu, namun hal yang sama diantara perdebatan itu adalah pencuri adalah penyebabnya. Kata Si Biru ‘Ungu suka anggur, pasti suka buah!’, sedangkan Si Kuning ‘Si Oranye suka jeruk, pasti dia pelakunya!’. Si Merah yang bingung dengan pilihan tersebut. Begitulah cerita itu berakhir.”
Wanita itu tampak kecewa.
“Eh? Begitu saja? Tidak seru! Kenapa harus diakhiri dengan menggantung?”
Monkey melepas jasnya dan diletakannya pada sofa yang agak panjang.
“Itulah bagian pentingnya, menurut anda sendiri siapa pelakunya?”
“Tunggu! Sebuah riddle?” Wanita itu terperanjat, badannya agak ditegakkan. Kakinya tidak lagi disandarkan pada meja itu.
Suasana tenang sesaat, wanita itu masih dalam pikirannya. Sementara Monkey, menyemprotkan obat nyamuk ke sekeliling tempat tidur yang akan ditempati wanita itu. Kemudian di sekeliling sofa hingga seluruh kamar itu tercium aroma jeruk.
“Ah ha!” jari telunjuk dingkatnya seperti anak kecil.
“Hm?”
“Tentu saja Si Kuning! Lagipula dia tidak menyebutkan jeruk lemon? Mengingat jeruk yang disebutkan sudah berbeda dengan warna Si Kuning. Kalau tidak berarti kecurigaan saya pada Si Oranye.
“Eh? Kalau saja saya tambahkan lemon? Kenapa harus jadi masalah?”
“Oh itu tidak bisa, semua informasi yang terdengar di telinga ini tidak boleh dikurangi sedikitpun.”
Monkey tersenyum tipis, kemudian ia kembali duduk.
“Baik, begitu pula anda tidak bisa menarik jawaban anda, benar?”
Wanita itu mengangguk pasti, ekspresinya seperti anak kecil yang penasaran. Senyumannya tambah lebar ketika pria itu mengangguk. Dengan puas, wanita itu membanting di kasur tersebut. Tak memerlukan waktu lama, ia tertidur dengan wajah polosnya.
“Memang benar, waktu itu saya kegirangan. Tapi saya tidak bisa membiarkan anda kalah, karena itu akan semakin panjang.”
Monkey mengambil kertas yang disobeknya tadi, matanya dipicingkan.
“Narrator, si pencerita, adalah peran yang dari awal memang samar – samar. Dari mana wujudnya, dari mana suaranya, bahkan siapa mereka? Satu hal yang bisa kita lihat, ceritanya, bahkan kata – kata tersebut dibuat indah untuk diungkapkan.”
Kertas itu dimasukkan kembali pada sakunya, kepalanya bersandar di tangan sofa, kakinya di bagian sisi sebaliknya.
“Tentu tidak! Itu cerita yang membosankan. Lagipula apa bagusnya? Dari awalnya saja sudah meragukan.”
Lalu matanya tertutup.
***
ns3.147.80.203da2