“Perselingkuhan, huh?”
Tuan Halberd mengangkat bahunya.
“Kurang lebih. Saya dan Bibi Kathryn hanya diberitahu hal itu agak sensitif oleh Tuan Armand dan Nyonya Hannah, tanpa suatu penjelasan lain. Saya tak mau pikir panjang, yang sudah biarlah berlalu.”
Nona Desdemona mengangguk biasa. Sesekali ditolehnya ke arah pelayan pribadinya, kedipan matanya seolah memberinya tanda bahwa informasi tersebut sudah cukup. Nona Desdemona meneguk seluruh isi kaleng miliknya.
“Anda baik sekali, Tuan Halberd,” tambahnya sambil menaruh kaleng di meja. “Lalu menurut anda mengenai Chester bagaimana?”
“Dia orang yang menarik diluar aib – aibnya itu. Caranya memang kurang sopan, tapi sebenarnya tak seburuk itu.”
“Oh? Apa yang menarik bagi anda?”
“Well, saya terkadang mengobrol dengannya di teras malam – malam. Membahas apapun itu, mulai dari pekerjaan, wanita hingga permasalahannya.”
Tambah Inspektur Duncan, “Dia tak mendapat izin menghutang?”
“Persis, dua minggu yang lalu saya bilang padanya ‘Anda sebaiknya berubah, lagipula menghutang itu tidaklah baik. Lagipula saya pun tak bisa berbuat apa – apa.’ Kemudian ia tersenyum tipis dan nadanya agak sedih, ‘Oh? Saya tidak sampai sejauh itu. Lagipula bukan itu permasalahannya, saya selalu menepati. Tapi bagi saya sulit mencari pendengar setia di rumah ini, paman. Menjadi rekan yang baik memanglah sulit, apalagi saya selalu kalah dalam bertaruh. Sepertinya kata – kata ibu dan Kakak Steve saat ini memang ada benarnya. Saya ingin memulai dari awal dengan wanita itu, paman.’ memang bukanlah lelaki yang dipandang baik di depan, namun saya rasa anda akan sulit memahaminya walaupun sekarang.”
“Permasalahan yang cukup rumit. Jadi diizinkan berhutang?” Desdemona balik tanya.
“Entahlah, saya tidak sampai pada hal itu. Tapi menurut saya mungkin juga bukan itu permasalahannya.” Tuan Halberd mengangkat bahunya.
Monkey pun mulai angkat bicara setelah kerutan – kerutan di dahinya atas penjelasan Tuan Halberd.
“Uhuk! Maaf saya potong, menurut anda sendiri, masalahnya berarti bukan finansial?”
Angguk Tn. Halbert dengan nada penuh keyakinan “Saya kira bukan. Saya tau betul dirinya bukan penjilat ludahnya sendiri.”
Desdemona beranjak dari sofa, menaruh kardus minumannya pada tempat sampah.
“Lalu, apakah di dalam rumah ini sering terjadi percekcokan—mungkin juga pertengkaran, Tuan Halberd?”
“Hm… saya rasa sih ada. Terutama Nona Henrietta yang suka mengacaukan jadwal giliran pembelian kue. Tapi terus terang saja saya sendiri juga tidak yakin.”
“Maksud anda?”
“Seperti disengaja tapi saya kira pun juga tidak. Lagipula setelah bertemu dengannya, anda akan bingung juga.”
Ketiga orang penanya itu tampak bingung, terlebih lagi Monkey.
“Oh benar juga, setelah diingat – ingat…”
“Setelah diingat – ingat?”
“Saat itu Chester agak marah, dia bilang ‘Wanita itu, paman! aku tak percaya dia saudara kandungku! Dia menipuku, paman!’ lalu saat saya kembali bertanya ‘Siapa yang sebenarnya anda maksud itu?’ lalu gelas whiski itu ditaruhnya dengan keras di meja, ‘Siapa lagi paman? wanita yang pandai merengek dan meringis! Si biadab henri!’ saya hanya menggeleng saja. Kemudian saya tanya apa permasalahannya, ia hanya menggerutu. Karena terlalu banyak minum, tak lama tertidur di teras. Lalu menuntunnya ke sofa dan mengambil selimut untuknya di lemari saya.”
“Oh begitu.” Monkey mengangguk sederhana. “Lalu soal jam gagak di atas pintu ruangan pribadi korban?”
“Saya pikir itu hiasan yang unik dan mahal.”
Monkey menatapnya sejenak, barangkali lawannya itu mengetahui lebih. Matanya tanpa kedipan sesaat, barangkali pikirannya mengapresiasi kekecewaan atas hal – hal sentimental yang boleh jadi seseorang di rumah itu merahasiakannya seumur hidup.
“Katakanlah, M. Halbert. Sebagai sahabat dekat korban, siapa yang paling diuntungkan atas kematiannya?”
“Hm… mari kita lihat,” Diliriknya arah samping, mengusahakan pikirannya sejalan dengan perkataannya. “Sekitar sebulan yang lalu, kami mengobrol di teras belakang, dekat kebun. Kebetulan saat bercanda membahas tentang kematian. Dia hanya tertawa kecil dan mukanya agak sedih, saya hanya bercanda padahal. Waktu itu kami membahas kalau dia meninggal, kepada siapa dia meninggalkan warisannya. Kalau tidak salah, saya hanya mengingat bagian akhirnya.”
“Bagian akhirnya?”
“Ya…” anggukannya dengan perlahan, matanya agak dipicingkan, “Dia bilang ‘Sisanya kuberikan pada seseorang.’ Ya seperti itu!”
“Ah, terima kasih! Anda pastinya orang yang paling baik di rumah ini. Semua orang menganggumi anda tentunya!” ucap Cake dengan senyuman.
“Anda bisa saja. Saya hanya bisa memasak. Kalau anda mengagumi seseorang, yakinlah orang itu adalah Tuan Steve,” tambahnya. “Anda pasti tahu setelah menemuinya.”
Monkey mengangguk senang. Tiga kawanan investigator itu akhirnya menyudahi tanya jawab di ruangan itu. Diputuskannya untuk menaiki lantai selanjutnya. Tidak terasa sudah beberapa menit perjalanan mencari kebenaran, dinaikilah tangga tersebut. Mata mereka disambut dengan ukiran tembok suatu peristiwa yang cukup menegangkan, sepasang merpati putih yang mati – matian melindungi satu – satunya telur dari gangguan tikus, musang, dan rubah yang memanjat pohon mendekati sarangnya.
Satu hal yang membuat Inspektur Duncan agak bingung adalah satu merpati yang pergi meninggalkan sarangnya daripada ikut membantu, sedangkan burung hantu mengejarnya. Nona Desdemona meraih jam yang terletak tepat di tengah, pada ukiran pohon yang bila melihat ke atasnya lagi adalah seekor rubah yang memanjat. Memang benar tidak bisa diputar. Kaca bundar yang tebalnya bukan main menghalangi keusilan masuk ke wilayah jarumnya.
ns3.12.165.112da2