Menuruni satu, Monkey masih menyempatkan untuk berhenti sebentar melihat relief ukiran jam tersebut. Daripada disebut indah, ia lebih tertarik pada hal – hal kecil. Seperti pada bagian yang penuh sentimetal, telur yang di tengah sedang diperebutkan. Atau merpati dewasa yang menarik perhatian sang burung hantu, sampi pada bagian yang kebanyakan orang tidak repot – repot menghabiskan waktu untuk memikirkan sebabnya. Meskipun terletak pada sudut kiri bawah, lekukan aneh membuat seni relief itu agak terpotong sedikit. Ditambah lagi celah – celahnya diisi sesuatu seperti lelehan lilin.
Membuka pintu depan, mereka berjalan agak panjang mengingat halaman rumah itu memang luas. Kemudian Monkey bertemu lagi dengan pintu hitam baja bergambar gagak. Mengingat gagak pikirannya langsung tersambung pada ruangan dua pintu dengan ukiran ornamen gagak di atasnya. Mungkin saja di pagar ini adalah versi penuhnya. Daripada yang ada pada lantai dua, yang menjadi perhatian adalah bagian kepalanya, benar, matanya adalah jam.
Pintu pun tertutup dari luar.
“Jadi, kita akan cari taksi atau?”
“Jalan kaki, tidak jauh kok,” tambahnya dengan wajah agak berseri – seri. “Saya tadi agak lega, si Chester mendapat balasannya. Melihat wajahnya yang kalah itu kesenangan tersendiri.”
Mereka berjalan.
“Ah, saya akhirnya mengerti.”
Wanita itu mengangguk dengan cepat.
“Itu benar! Pria itu memang begitu!”
Monkey diam sejenak mendengarkan ocehan girang wanita parubaya itu.
“Agak sulit, tapi aku juga perlu berterima kasih pada pria éblouissant itu.”
“éblouissant, huh?”
“Maksud saya, pakaiannya. Warnanya selalu mencolok, rambutnya berantakan. Yah meskipun begitu, sedikit saya perlu berterima kasih.”
“Maksudnya berterima kasih atas apa?”
Bibi Kathryn memasang wajah sedih.
“Ini tentang Tuan Keith. Beberapa hari ke belakang ia tidak pernah mengobrol. Sejujurnya semenjak Nyonya Hannah meninggal. Dia biasanya anak yang sedikit membangkang dan agak cerewet, namun tidak lagi.”
Lampu hijau di sisi kiri, mengharuskan mereka menghentikan langkahnya di perempatan.
“Melihat perubahan sikap bagi anak – anak yang tumbuh terkadang mengkhawatirkan. Ngomong – ngomong Nyonya Hannah istri pertama korban, benar?”
Bibi Kathryn mengangguk, “Benar.”
“Katakanlah, Madame Kath, waktu itu bagaimana Nyonya Hannah meninggal?”
Ia menghela nafas.
“Itu… sangat menyedihkan, karena beliau sangat akrab dengan anak – anaknya. Terutama Tuan Keith yang tadi saya bicarakan. Malam itu, agak gerimis dan udara bertium kencang, benar, saya sangat susah melupakannya. Perutnya besar, sirine ambulan, jantung saya dipenuhi kekhawatiran, kira – kira begitu.”
Monkey mengangguk, namun lipatan dahinya mulai terbentuk.
“Maaf, tapi beliau sedang bersalin?”
“Benar, seharusnya mereka berempat. Tuan Keith seharusnya punya adik.”
“Seharusnya? Apa yang terjadi?”
Kesekian kalinya wanita parubaya itu menghela nafas, wajahnya semakin sedih.
“Tuan Antoinette hanya diam saja pada mereka. Saya rasa tidak ada kebohongan lain yang menutupi kabar kehilangan ibu mereka. Lagipula mereka juga tahu kalau ibunya dibawa ambulan. Semuanya berubah sejak saat itu.”
Bangunan yang lumayan besar terlihat, banyak insan yang keluar masuk dari sana. Sementara wanita itu kembali bersemangat.
“Ah, kita sudah sampai, Tuan Monkey!”
Monkey terkesima.
“Pasar lokal selalu punya kejutan sendiri selain harga yang bagus. Saya biasanya juga belanja Market Street Cambridge, lebih konvensional daripada jenis swalayan.”
“Ah, Cambridge! Teman saya bilang tempatnya orang berintektual? Saya kira itu berlaku bagi anda dan Nona Desdemona.”
Mereka sampai pada pintu masuknya
“Tidak juga, Oxford juga punya universitas paling bergengsi di dunia, itu tak terbantahkan,” tambah Monkey. “Ngomong – ngomong ini kelihatannya cukup lengkap ya?”
“Benar. Tapi kalau harga terbaik ada di wilayah agak timur, pasar petani dan komunitas. Anda bisa dapat harga dari petaninya langsung.”
“Ah, persisnya dimana?”
“Kalau tadi kita tanpa belok, sampai melewati Kebun Botani Oxford sekitar lima menit dari sini. Tapi soal kelengkapan, saya berani jamin tempat ini adalah andalan saya.”
Mereka masuk menuju bagian sayuran. Monkey berkali – kali dikejutkan dengan apa yang dilihatnya. Bagi pebisnis kecil – kecilan harga adalah segalanya, tapi kelengkapan barang bisa menyelamatkan dari berbagai kondisi terdesak. Setidaknya baginya ini adalah oasis. Lipatan – lipatan dahinya sudah hilang semenjak matanya dipertemukan dengan bangunan besar pasar lokal.
ns3.12.165.112da2