“Maaf, kami terlalu cepat pada kesimpulan,” Nona Desdemona memberikan hasil forensik yang telah digandakan. “Semoga bisa menjawab pertanyaan anda.”
Diambilnya kertas tersebut dengan agak kasar, tangannya terburu – buru membuka lembar demi lembar. Tuan Keith terperanjat. Namun sikapnya tidak terlalu panik, tak sedikitpun merasa bersedih. Lalu dilemparnya dengan ringan ke atas meja, ia kembali pada posisi nyamannya. Meskipun begitu ia sedikit khawatir dengan pandangan penuh curiga dari ketiga tamunya. Segera ia meluruskan hal tersebut.
“Hal ini bisa saja terjadi, mungkin? Tapi saya tidak tertarik dengan penyelidikan ini, apalagi melakukannya?” nadanya datar, mata malasnya melirik ke arah etalase yang penuh obat – obatan. “Lakukan sesuka kalian! sesuai dengan prosedur, bukan?” jempolnya menunjuk tepat ke arah matanya melirik.
“Sebaiknya anda benar tentang hal itu,” Nadanya rendah tapi agak mengancam. Inspektur Duncan mengambil HT dari jas, memanggil bawahannya. “Kami butuh anda dan satu orang lagi, Tuan Bart. Lantai satu, pintu dengan nama Keith, roger.” Tak lama kemudian bawahan Inspektur menemukan beberapa botol obat yang mengandung zat yang sama seperti yang ditemukan data forensik.
“Bagaimana anda menjelaskan ini, Tuan Keith?”
Pria itu dengan tenangnya mengangkat bahu, bukti itu tak satupun menggugurkan nyamannya.
“Baiklah, baiklah. Misalnya saja begini, anda seorang dokter dan ayah anda sakit keras. Bukannya obat – obat itu bisa menjadi alasan yang kuat?”
Kepala Inspektur Duncan menghampiri pria itu dengan segera, wajahnya mendekat dicondongkan ke arah pria yang terlihat tak serius itu, matanya tajam seperti singa.
“Well, bila anda menginginkan kehidupannya lebih lama? Tapi menurut pandangan kami, bisa saja anda menghendaki kehidupannya lebih cepat? Tn. Keith, apakah hal itu tak mungkin?”
Pria itu yang semula tenang berubah agak panik, bola matanya mulai bergerak – gerak memandangi seluruh orang di ruangan itu secara bergantian.
“Tu—tunggu dulu, inspektur! Bukannya itu terlalu je—jelas? Saya seorang dokter dan obat itu ada pada tempat ini, bukannya itu lumrah?. Lagipula, me—mengapa saya harus mela—kukannya?”
“Entahlah, saya tak pernah melakukan itu. Anda mungkin bisa beri keterangan di kantor.”
Kamar itu dipenuhi kepanikan diiringi tuduhan – tuduhan tak pasti. Namun tentu saja pendapat pria itu cukup masuk akal. Sesaat Desdemona memandangi pelayannnya, isyarat untuk menghentikan situasi seperti ini dengan cepat. Bawahan Inspektur Duncan tengah siap menggait tangan pria itu.
“Sebentar, Inspektur Duncan. Menangkapnya adalah salah besar,” langkah Monkey menuju pria itu, “Silahkan duduk. Kali ini anda harus kooperatif dengan kami, M. Keith!” Tn. Bart dan temannya itu melepas pria dokter itu.
“Katakan, obat itu disimpan di ruang pribadinya, benar?”
Dihirupnya udara sebanyak – banyaknya kemudian dihembuskan, pria itu mencoba untuk tenang.
“Benar, seharusnya ada di laci obat. Sedangkan bila obat itu habis, bisa mengambil di kamar ini. Apabila persediaan di sini habis, tentu saya harus membelinya terlebih dahulu.”
“Ah, sangat baik. Lalu, apakah ruang pribadi korban selalu dikunci?”
“Aturan di rumah ini, pada pagi hari setiap kamar yang tidak terpakai harus dibuka. Anda tahu kan? pergantian udara. Melalui jendela saja tak cukup. Tapi terus terang, bila anda berpikir seseorang masuk dan mengambil obat itu maka itu tidak mungkin.”
“Eh? Mengapa tidak?”
“Karena selain itu tidak ada waktu lagi untuk orang lain masuk. Siang hingga malam apabila tidak ada orang, kamar itu harus dikunci. Lagipula ruangan itu sama sekali tidak menganggur, selalu ada orang yang mengisinya.”
Monkey mengangguk sederhana, namun dipikirannya ada sedikit yang mengganjal.
“Orang yang mengisi? Korban?” Tanya Nona Desdemona.
“Saya rasa itu juga benar. Maksud saya kapanpun pembantu membersihkan ruangan itu tak ada masalah, kan? Yang lainnya mungkin meminjam atau mengembalikan mainan – mainan papan.”
Desdemona dan Monkey saling menoleh satu sama lain. Diambilnya ponsel pada sakunya, Monkey melihat jam.
“Ah, terima kasih, M. Keith! Saya kira itu sudah cukup.”
“Kami pamit dulu.”
ns18.118.27.44da2