Anggukan sesaat dengan mata yang terpejam, Nona lilia tersenyum lesu akan kejelian Monkey.
“Desain baru saya seperti ini,” Nona Lilia menyerahkan ponselnya. “Segmen untuk semua kalangan, termasuk orang tua.”
“Karena itu anda butuh pendapat setiap orang?”
Nona Lilia mengangguk, roman wajahnya tampak lega. Namun Monkey belum selesai, masih ada yang perlu jawaban.
“Lalu siapa saja model wanita di album ini?” Inspektur Duncan menunjukan album tersebut.
Mata Nona Lilia membesar, keragu - raguan mulai menutupi ekspresinya.
“Anda mengambil darimana?”
“Di sekitar—maaf, kain sisa yang berserakan itu.” Tunjuk Inspektur Duncan.
Ia menghela nafas.
“Wanita dengan gaun mawar hitam itu adalah Henrietta, yang satu itu kenalannya, Nona Nornid,” nadanya bertambah tinggi. “Tuan – tuan, apakah pertanyaan ini ada hubungannya?”
Jelas Nona Desdemona dengan lembut, “Tolong tenangkan diri anda. Semua masih berhubungan, pastinya.”
“Benar, milady. Ngomong – ngomong mengapa anda bingung kami menemukan di sekitar sini?”
Inspektur Duncan membuka salah satu lemari, “Seharusnya benda itu punya rumah sendiri, tampak rapi di tempat ini.”
Nona Lilia berdiri dengan tegak agak sempoyongan, dipenuhi kepanikan. Mulutnya berusaha diangkat namun agak ragu – ragu.
“Album itu seharusnya masih dipinjam Henrietta. Tapi saya sepertinya—tidak sa—saya benar – benar melihat benda itu!”
Jelas Monkey dengan ramah berjalan menuju tempat tidur wanita itu. “Berkenaan dengan itu, milady. Keyakinan saya memang terbukti pada kesibukkan anda, ditandai dengan berantakannya potongan – potongan kain dan bekas minuman kaleng yang berserakan. Manekin – manekin di sekitar dengan bermacam – macam busana, komputer yang menyala, dan satu hal lagi…”
“Sa—satu hal lagi?”
Monkey membawakan bantal dari kasur wanita itu, kemudian ditaruhnya di lengan sofa yang memanjang. Lalu memandu wanita yang tengah dengan kepucatannya itu untuk menaruh posisi nyaman terbenam pada sofa. Pandangan Monkey yang penuh khawatir.
“Katup mata anda, milady. Saya yakin anda menyibukkan diri dengan sesuatu—dengan hal yang lebih baru? Album itu mungkin sudah agak lama, dan benda kecil itu membuktikan penyelesaian terhadap projek yang anda kerjakan,” dikeluarkannya handuk dari jasnya, pandangannya menoleh ke Inspektur Duncan. “Inspektur Duncan, saya perlu sedikit air hangat yang istri anda memasukkannya ke dalam tas.”
“Ba—bagaimana anda bisa tahu?”
segera dikeluarkannya botol dua liter berisi air hangat. Monkey mengambil salah satu kaleng kosong yang berserakan, dibelahlah dengan pisau lipat kecil yang diambil dari saku jasnya.
“Saya hanya mengira – ngira, Inspektur Duncan.”
Dituangkan sedikit demi sedikit air hangat itu, diperasnya secara perlahan handuk, dilipatnya hingga membentuk persegi panjang. Monkey menaruhnya di atas dahi Nona Lilia yang tengah terbaring di sofanya. Nafasnya agak kurang beraturan, wajahnya semakin pucat yang jelas sekali bukan menyiratkan kebingungan, setidaknya bila Desdemona menyentuh tangannya.
“A—anda demam, Nona Lilia!”
Lawannya itu hanya diam. Nona Flemming segera mengambil termometer dalam saku jasnya. Nilai yang dihasilkan menunjuk ke arah antara 37 dan 38. Sebagai Nona Desdemona, tentu saja peran Rachel Flemming sangat dibutuhkan. Kelegaannya muncul ketika melihat nilai yang tidak terlalu tinggi itu. Setelah sesaat Nona Lilia agak nyaman, Monkey masih menagih apa yang ingin diketahuinya.
“Nah, Nona Lilia. Bila anda berkenan berbagi sesuatu dengan pak tua ini?” Badannya membungkuk setara dengan kepala wanita itu.
Mata wanita itu menoleh sesaat terhadap tiga orang yang mengusik ketenangannya.
Nadanya tenang namun agak panik, “Sa—saya bersumpah, i—itu bu—bukan saya!”
“Tidak, tidak, tidak bukan itu, Nona Lilia!” Nona Desdemona mengenggam tangannya. “Kami hanya ingin tahu tentang alasan album itu.”
Suara Nona Desdemona melembut penuh dengan pengertian, diikuti anggukan sopan Monkey.
“Sa—sa—saya melihat album itu—teriakan Dana dan Shel—by!”
“Anda berlari ke arah sumber suara dari kedua pembantu muda itu, lalu menaiki lantai atas melewati ruang pribadi korban sesaat menoleh ke ruangan itu anda terperanjat, namun ironisnya anda tidak punya waktu untuk mengambil benda itu, milady?” Kata Monkey yang menuntun pembicaraan dengan kemungkinan – kemungkinan yang dihasilkan otaknya.
Matanya melongo diikuti anggukan setuju.
“Lalu saat saya mendapat peluang untuk menuju ruangan itu, album itu hilang!”
“Persis! Tentu saja hal itu dilakukan dengan maksud – maksud tertentu,” Pria itu mengangguk puas.
Kemudian Monkey dan Inspektur Duncan membawa Nona Lilia menuju tempat tidurnya. Setelah itu Nona Desdemona melakukan pemeriksaan sementara layaknya dokter pribadi. Tentunya lewat obrolannya tadi, tidak mengerankan bagi Nona Lilia kalau ternyata Desdemona seorang dokter merangkap sebagai detektif pula. Monkey dan Inspektur Duncan mengambil sofa yang kosong itu untuk berdiskusi sebentar.
Nona Desdemona kemudian berjalan menuju kedua pria itu. Ia menjelaskan bahwa keadaannya sekarang tidak begitu serius, lebih tepatnya kurang tidur. Alangkah baiknya harus membiarkan dirinya istirahat.
“Kira – kira satu pertanyaan saja, Tuan Monkey.”
“Satu sudah lebih dari cukup, Nona Desdemona. Segera saya percepat.”
Monkey menuju wanita yang terbaring agak lemas.
“Anda baik – baik saja, milady?”
“Permasalahan yang kecil, Tuan Monkey.”
Pria itu mengangguk dengan roman muka kesedihan.
“Satu saja, milady. Sebelum kami kesini, siapa yang terakhir ke kamar anda?”
“Edelyn, Steve, dan Henrietta.”
“Untuk urusan tertentu?”
Nona Lilia menggeleng dengan lemah.
“Ede—lyn pulang kerja, Tat—tie Dro—ttle. Ste—ve tidak ma—suk, Henri... henri… wa—nita sia—lan…” Matanya terpejam, kesadarannya larut dalam mimpi.
ns18.118.27.44da2