“Pria yang tersetrum saat mengotak atik komputernya itu? Sama sekali tidak menarik.”
Detektif itu menggelengkan kepalanya menolak.
“Tidak, tidak. Yang waktu itu kau bilang ‘benar – benar tidak menghargai tubuhnya’ saat foto itu kutunjukkan padamu?”
“Ah, wanita hairdryer bodoh itu! Sangat disayangkan, kecerobohan itu, benar.”
Balik tanya wanita itu lagi, “Kenapa tiba – tiba?”
Detektif Cake menjelaskan apa yang ada dibenaknya, lalu tentang apa yang didiskusikan dengan Inspektur Chad. Mengharapkan suatu jawaban atau kemungkinan – kemungkinan yang masuk akal sehingga teorinya tidak macet. Wanita itu juga heran dengan penjelasan lawannya yang sederhana dan masuk akal. Ia memberikan petunjuk yang diperlukan. Setelah itu Cake balik menanyakan mengenai watak keluarga tersebut. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya dengan spontan, yang berarti sekali lagi adalah jalan buntu.
“Apakah kau yakin tidak ada faktor lainnya? Misalnya bekas leher korban yang dipukul?”
“Oh, oh, lalu kepalanya diceburkan ke air?” tambahnya dengan sebal dan penuh plesetan. “Dan pelaku pun menceburkan hairdryer tersebut dan boom!”
“Sudah kubilang itu tidak mungkin! Air yang merembes ke bak juga akan ikut terhantarkan listrik, lewat kramik dan genangannya itu. Sangat beresiko, pelaku bisa terkena getahnya!”
Wanita sebal itu membuka jendela depan, dihisapnya rokok dari tasnya itu.
“Lagipula yang kau ceritakan cukup masuk akal, tapi tentu saja itu tak cukup.” jelasnya dengan tenang sambil menghadap keluar jendela.
“Khloroform atau obat tidur pun tidak ada?”
“Nihil,” matanya terpejam sesaat, tambahnya dengan rileks, “Ah iya juga, hanya obat itu. Menurut seniorku yang ikut dengan Inspektur Morgens, Dokter Chianti, meskipun begitu tak ada tanda – tanda kelebihan dosis.”
Wajah detektif itu tiba – tiba tersenyum karena informasi barusan. Konsentrasinya pun digunakan sesaat, matanya terpejam. Diketok – ketokan jarinya di meja, sel – sel otaknya bekerja keras.
“Apakah ada perubahan waktu saat ia meminum?”
“Menurut yang disampaikan pembantunya kepada seniorku, sedikit lebih cepat. Katanya setelah olahraga ringan, tubuhnya berkeringat, ia meminum obat tersebut agar cepat merasuk, agar setelah berendam bisa tidur dengan pulas.”
“Efek sampingnya mengantuk, eh?”
“Yah kurang lebih begitu. Tapi setidaknya menimbulkan lemas dan sedikit kurang fokus.”
“Oh.”
Detektif itu merasa lega telah sedikit memenangkan teorinya. Tahap yang tersulit agak berlalu walaupun masih teori, setidaknya ia berada di tahap mencari kemungkinan yang ada, observasi di tempat kejadian. Sisanya tinggal menunggu Inspektur Chad mengatakan pendapatnya tentang teori yang telah mencerahkan harapannya.
Dari suara tenang dengan sikap plegmatis saat mengucapkan ‘Oh’ detektif itu menimbulkan pertanyaan dari mata wanita itu yang balik menatapnya. Dijelaskanlah dengan ringkas dan teratur hingga tamunya itu mengangguk. Setelahnya, kekhawatiran muncul di wajahnya.
Tatapannya agak serius, “Hey, maksudmu—apa itu mungkin?” suaranya penuh kekhawatiran.
Detektif itu mengangguk yakin. Hanya saja kejadian itu sudah sangat lama, teorinya mungkin tak berlaku untuk menuntaskan kasus tersebut. Ketidakcukupan informasi yang dibutuhkan dari sekian alasan lainnya.
“Jadi Inspektur Chad memintamu menyelesaikan kasus itu? Kenapa tidak kau tolak saja?”
Pria itu mengangkat tangan kanannya, Telunjuknya menggesek – gesek kecil ibu jarinya yang langsung dimengerti wanita itu.
“Padahal bisnismu sudah cukup.”
Detektif itu diam dan tersenyum kecil. Setelah itu, ia kembali beranjak dari kursinya, membereskan piring – piring dan gelas, lalu menaruhnya di tempat cuci. Wanita itu dengan tanggap mengambil alih tugas itu sebagai ucapan terima kasih telah memasakkan makanan dari masa lalunya.
Tiupan angin seakan memperingatkan tubuhnya. Melalui sela – sela tingkapan, dengan tegasnya memberi tanda. Memang waktu tak menunjukkan identitasnya secara langsung, kecuali seseorang tersebut berusaha mengenalnya. Apalagi terhadap orang yang terbenam dalam obrolannya yang berkualitas.
Waktu sudah melewati senja, Cake kemudian menarik Rolling Door, lalu mengunci pintu tokonya. Dimatikannya lampu bawah setelah Nona Flemming menyelesaikan cuci piring. Setelah itu, pria itu masih diliputi kegelisahan atas kasus tersebut. Dinaikinya tangga, ia menuju ke kantor detektifnya. Wanita itu langsung menuju kamar dan melanjutkan mimpinya. Ia duduk di kursi putar yang lumayan empuk, kakinya disandarkan di meja besi sepanjang 3 meter. Dibacanya lembaran – lembaran itu sekali lagi. Saat ini air mineral yang menemaninya. Ia hanya ingin bermalam diselimuti lelah yang mengejar kesangsian kasus itu.
Dibukanya halaman mengenai informasi tersangka. Beberapa dari pembantu, anak – anak, dan seorang kepala rumah tangga. Beraneka ragam informasi mengenai perangainya, alibi, dan hubungannya dengan korban. Berjam – jam terlewatkan tanpa tahu, seakan - akan masih berjalan di atas pencariannya, matanya tertutup dengan damai.
***
ns3.133.115.157da2