Seisi rumah menjadi panik, mereka dengan spontan menjauh dari hidangan yang menggoda itu. Tuan Halberd yang sedih melihat dipojokkan. Monkey melakukan hal yang sama dengan menuangkan air putih, lalu air susu pada mulut Desdemona.
“Tolong anda telpon polisi dan ambulan! Sekarang!” Nada Monkey membentak untuk pertama kali pada Nyonya Antoinette.
“Uhuk… huk…Uhuk!”
Muntahan susu keluar dari mulutnya.
Wajah Monkey menjadi lebih tenang. Lalu ia menengok pada pria yang dengan panik menggerak – gerakkan tubuhnya, rasa khawatir itu muncul kembali. Ia dengan sigap membawa tubuh Desdemona, turun tangga menuju lantai dasar, lalu ditempatkan pada sofa. Ia menyuruh Nona Dana menjaganya. Kemudian ia berlari menuju Steve.
“A—apa ada respon? Lalu—seperti di—dimuntahkan?”
“Tidak, Tuan Monkey! Bagaimana ini? Apakah tidak ada cara lain?”
Monkey langsung memeriksa urat nadinya, lalu menyentuh bagian leher. Ia perlahan – lahan menatap Steve dengan wajah sedih membeku, lalu menggeleng. Tak lama kemudian polisi dan mobil ambulan telah datang. Desdemona segera dibawa, tim forensik pun segera sigap mengambil semua yang ada di meja makan termasuk bekas korban. Sementara interogasi harus tetap dijalankan. Melalui saran Monkey kepada Inspektur berdagu agak lancip itu, mereka semua diarahkan ke kamar mereka menumpang. Kemudian Monkey menjelaskan padanya bagaimana kedua orang sebelum akhirnya ambruk. Masalahnya adalah semua orang di sana tampak berada di tempat. Terlebih lagi saat Monkey menjelaskan bahwa ia melihat sendiri mangkuknya ditukar olehnya sendiri.
“Berarti bisa saya ambil kesimpulan bahwa sebenarnya racun yang sebenarnya ada pada mangkuk milik Tuan Steve kemudian ditukar oleh kehendak korban secara tidak disadari? Ini sangat rumit. Saya kira pasti ada seseorang yang memasukkan racun saat di dapur.”
Monkey menunggu.
“Itu tidak mungkin. Saya sebagai koki selalu mencoba satu per satu makanan. Sudah standar Tuan Armand kalau makanan dipastikan aman untuk dimakan.” Jelas Tuan Halberd.
“Saya setuju karena saya telah memakan sebagian sup itu. Lagipula saya sebenarnya setiap hari juga ikut mencicipi makanan di dapur. Kadang saya memberi evaluasi bila itu kurang sesuatu. Bahkan Edelyn dan Steve juga ikut, benar?” Tambah Nyonya Antoinette.
Mereka mengangguk.
“Well, baik mungkin saja tidak.” Kata Inspektur Duncan sambil menoleh pada Monkey.
Setelah itu beberapa orang melapor pada pria berambut quiff dengan mata tajam itu. Hatinya agak senang ketika menerima laporan forensik.
“Mungkin saja tidak bila memang racun itu tidak pada sup itu. Tapi data mengatakan racun itu ada pada mangkuknya.”
Semua orang terkejut, termasuk Monkey.
Lalu seseorang mengangkat tangannya.
“Sa—saya tidak berada di—di dapur sejak awal.”
Inspektur Duncan menoleh dengan membawa curiga yang sedikit.
“Anda berada di mana saat itu?”
Monkey memandang wanita yang barusan mengangkat tangannyai itu membuat alisnya terangkat sebelah.
“Nona Wilson?”
“Sa—saya hendak mem—membuang sampah di luar, ke—kemudian ke toilet sebentar.” Katanya sambil memasang wajah agak ketakutan.
Inspektur Duncan menghampirinya.
“Apakah ada yang melihat anda melakukan itu?”
Wanita itu menggeleng.
“Saya punya asumsi seseorang mungkin punya kesempatan menukar mangkuk yang ditumpuk. Meskipun di dapur seseorang satu sama lain saling mengonfirmasi itu tidak menjadikan mereka memperhatikan terus menerus satu sama lain. Benar, Tuan Monkey?” Kata Inspektur Duncan yang perlahan – lahan berbalik memandangnya.
“Mungkin saja.”
“Lalu apakah mungkin ia masuk ke dapur secara tidak disadari?”
“Tidak. Harus melewati ruang makan sebelum ke dapur. Makanya saya bilang itu tidak mungkin. Nona Wilson angkat tangan untuk mengonfirmasi bahwa ia tidak terlibat. Walaupun anda ada benarnya, seseorang harus melihatnya.”
Kemudian seseorang mengetuk pintu. Saat pintu itu dibuka oleh salah satu anak buah Inspektur Duncan, Ia memandang dengan bingung dan lLangkahnya agak cepat. Kepalanya menoleh ke beberapa arah.
“Anu, permisi ini ada apa?”
Monkey menjelaskan pada wanita parubaya itu yang hendak memulai shiftnya sebelum makan malam seperti biasa. Inspektur Duncan menanyakan beberapa hal, lalu jawaban itu memberatkan seseorang.
“Ma—maaf. Sebenarnya saya sudah di depan pintu. Tapi saya ra—ragu untuk masuk. Soal yang anda tanyakan itu benar. Saya melihat nona itu membuang sampah. Anda bisa lihat gerobaknya di garasi. Karena saya melihat ia kemudian membawanya ke sana.”
Inspektur Duncan mengangguk.
Kemudian ia masih melanjutkan interogasi ulang, dengan pertanyaan yang sama. Beberapa orang mengeluh, tapi ia tetap bersikukuh. Menurutnya ini dilakukan untuk memastikan jawaban sebelumnya, karena secara pengalaman ia pernah menemui hal ganjil terhadap pernyataan seseorang. Perubahan jawaban itu yang boleh jadi seseorang itu lumrah untuk dicurigai.
Monkey yang tidak tertarik dengan caranya ini mencari alasan untuk mencari udara sebentar di luar. Ia turun sampai lantai dasar, pintu depan dibukanya ia bertemu seseorang botak yang agak jenaka.
“Sersan Wintergard?”
“Ah, Tuan Monkey!” ia menjabat tangannya. “Saya turut berduka atas Nona Desdemona. Padahal saya hendak mengajaknya makan lagi. Memang disayangkan.”
“Anda pernah mengajaknya makan?”
Pria itu mengusap – usap rambut imajinasinya.
“Padahal saya berusaha jujur, tapi tidak pernah mendapat umpan balik. Agak mengecewakan tapi ya sudah.”
“Itu wajar.” Kata Monkey secara spontan.
ns3.17.61.107da2