
Hari selanjutnya Megumi dan Anri memutuskan untuk berkeliling desa menggunakan sepeda yang Eiji pinjamkan pada mereka, layaknya orang pacaran Anri merangkul Megumi dari belakang sambil terus bercanda, sementara Megumi mengayuh sepeda. Mereka bersepeda cukup jauh hingga akhirnya sampai di sebuah ladang lobak yang luas untuk beristirahat, saat keduanya tengah menepikan sepedanya—seorang pria bercamping datang mendekati mereka dengan pakaian kotor penuh tanah.
8469Please respect copyright.PENANAQJ9axYWNbB
“Mungkinkah, kalian keluarga Azunashi yang baru pindah?” tanya pria bercamping itu.
8469Please respect copyright.PENANAIkPsaVg5DN
Megumi menimpali, “Benar, Tuan. Maaf, menganggu pekerjaanmu.”
8469Please respect copyright.PENANApZtWKuUCte
Pria bercamping itu menggeleng, ia lalu memberikan sebuah botol air mineral pada Megumi yang terlihat kelelahan. Megumi yang memang kehausan itu menerima botol tersebut dengan penuh terima kasih, begitu pula Anri setelah Megumi membagi airnya padanya. Pria bercamping itu menelan ludah saat melihat bibir Anri yang merekah meneguk air yang ia berikan.
8469Please respect copyright.PENANAjiEHsXsS2H
“Terima kasih banyak, Airnya Tuan. Maaf karena telah menghabiskannya,”ucap Megumi seraya menyodorkan botol kosong pada pria bercamping.
8469Please respect copyright.PENANAlvx4TKY7do
“Tidak perlu sungkan, Nak Azunashi. Sebagai tetangga kita memang harus saling bantu,” ucap pria bercamping sembari memasukkan botol itu ke sakunya. “Namaku, Kanda. Petani sayur satu-satunya di desa ini, salam kenal.”
8469Please respect copyright.PENANApWZ9k24aHQ
Megumi dan Kanda pun saling berkenalan satu-sama lain, karena matahari yang semakin naik—Kanda menyarankan pada mereka berdua untuk sekedar mampir ke gubuknya yang tak jauh dari tempat itu. Megumi dan Anri pun mengikuti Kanda sambil terus mendengar cerita Kanda tentang desa yang mereka tinggali ini.
8469Please respect copyright.PENANAvn6IqRvWJq
Menurut cerita Kanda saat kecil dulu sebenarnya desa ini sangatlah ramai, tapi karena orang-orang yang mulai pindah ke kota untuk sekedar bekerja, atau mencari tempat tinggal baru—desa ini menjadi ditinggalkan. Hanya ada beberapa orang tua saja yang masih tetap bertahan di desa ini, kebanyakan anak muda lebih memilih tinggal di kota dari pada desa terpencil di pelosok gunung.
8469Please respect copyright.PENANAQGZWu5cM2w
“Sudah sampai, kalian beristirahatlah dulu. Akan kuambilkan beberapa cemilan, dan apa kalian masih haus?” tawar Kanda.
8469Please respect copyright.PENANAEVwIMHvlaT
“Tidak perlu repot-repot, Pak Kanda. Kami hanya beristirahat sebentar, setelah pulih kami akan berkeliling lagi,” tolak Megumi.
8469Please respect copyright.PENANA2hzVlYq6U7
Kanda mengangguk, ia lalu berjalan ke arah tumpukkan sayur yang baru ia panen, mengambil plastik di saku celananya—dan mengemasi beberapa sayur yang masih segar. Ia kembali pada Megumi dan Anri, lalu memberikan sekantung penuh sayur yang masih segar itu pada Anri.
8469Please respect copyright.PENANAVnKUJbp5aF
“Ambillah, anggaplah itu hadiah perkanalan dariku,” kata Kanda.
8469Please respect copyright.PENANAUhJboevaN9
Megumi sedikit tak enak, ia berusaha menolak pemberian Kanda—tapi Kanda lebih memaksanya untuk menerima hadiah darinya. Setelah Megumi tenaga Megumi pulih, mereka berdua pun memutuskan untuk bersepeda lagi. Tak lupa sebelum pergi mereka sama-sama mengucapkan terima kasih pada Kanda yang telah memberi mereka banyak sayur.
8469Please respect copyright.PENANAFUl00lInUA
“Kalau kalian ada masalah, datanglah kepadaku. Aku selalu ada di sini,” ucap Kanda sebelum Megumi dan Anri pergi dengan sepedanya.
8469Please respect copyright.PENANADiDQLOtZgc
****
8469Please respect copyright.PENANA3RvrKLpUbp
Megumi mengayuh sepedanya ke sebuah toko kecil yang menjual manisan tradisional, toko itu sangat sepi dengan seorang pemuda sepantaran Megumi yang menjaganya. Penjaga toko itu memperkenalkan dirinya bernama Shotaro pada Megumi, dan memberinya rekomendasi manisan yang ingin ia beli. Saat Megumi tengah melihat-lihat perhatiannya teralihkan oleh suara cempreng dari luar toko.
8469Please respect copyright.PENANA9W4Elifjjb
“Shotaroooo! Ayo tanding lagi! Kali ini aku gak akan kalahh!” seru seorang gadis dengan seifuku memasuki toko dengan berlari.
8469Please respect copyright.PENANACT7XjJQVmu
“Ai, sudah kubilang jangan berteriak. Suaramu membuat pelangganku tak nyaman,” ucap Shotaro menceramahinya.
8469Please respect copyright.PENANAhClFu4cQaE
Ai melirik Megumi dan Anri yang melihatnya sambil tersenyum, wajahnya memerah karena malu, dan langsung bersembunyi di belakang punggung Shotaro.
8469Please respect copyright.PENANANb1QuwayV3
“Maafkan dia, Pak Azunashi. Dia memang berisik, dan tak tahu sopan santun,” kata Shotaro sambil mencubit pipi Ai hingga merah.
8469Please respect copyright.PENANAQKMPwLm1Cq
Anri tertawa, melihat tingkah Ai tersebut mengingatkan Anri pada adiknya yang juga seusia dengannya. Anri mencoba mendekati Ai yang masih terus bersembunyi di balik punggung Shotaro, setelah membujuknya dengan membelikan beberapa jajanan—Ai pun mulai keluar dari balik punggung Shotaro.
8469Please respect copyright.PENANAkzH3P0gK23
“Siapa namamu, Dik? Apa kau tinggal di sini?” tanya Anri penasaran.
8469Please respect copyright.PENANA2Qm4oBMnL3
“Shinoda Ai, Mbak bisa memanggilku Ai. Iya aku tinggal di sini sama Ibuku.” Jawab Ai sambil menyeruput ramune yang diberikan Anri padanya.
8469Please respect copyright.PENANAdqNYyv2eMQ
Keduanya mengobrol santai seperti seorang kakak beradik, sementara Megumi melihat-lihat majalah porno yang Shotaro tawarkan padanya. Megumi memilih cukup lama menimbang dari satu majalah ke majalan lainnya, dan sampai akhirnya membeli sebuah majalah dengan gadis berdada besar di sampulnya.
8469Please respect copyright.PENANAbuR10nZJfo
“Pak Megumi, kau suka dada besar rupanya, hahaha,” gurau saat Shotaro memasukkan majalah itu ke bawah belanjaannya.
8469Please respect copyright.PENANAQXMtiH7ofm
“Shhttt…. Kalau sampai istriku tahu, aku pasti akan dimarahi,” bisik Megumi menyuruh Shotaro menimbun majalah itu hingga tak terlihat.
8469Please respect copyright.PENANAlXcr82KA8D
“’Tapi, Pak Megumi, kau cukup beruntung bisa mendapatkan wanita secantik itu sebagai istrimu. Aku jadi iri.”
8469Please respect copyright.PENANALxBjrcVYEy
“Yah, kalau kau bilang seperti itu. Kuakui aku memang sangat beruntung mendapatkannya, Anri dulu adalah idola di kampus kami, di antara semua pria yang mendekatinya—ia memilihku sebagai suaminya, memanglah sebuah anugerah.”
8469Please respect copyright.PENANAizUvvpxylb
“Oho, bisa kau ceritakan hal itu lebih detil lain kali? Akan kuteraktir ramune kalau kau mau. Kalau kau mau aku juga punya beberapa AV dengan pemeran berdada besar di kamarku, bagaimana kau tertarik?”
8469Please respect copyright.PENANAEsw5V3hkHm
Megumi menelan ludah, obrolan kotor mereka terus berlanjut sampai akhirnya Anri tiba-tiba saja berdiri di sampingnya dengan tatapan marah. Melihat urat marah di dahi Anri, cepat-cepat Megumi membayar belanjaannya—dan mencoba mengalihkan perhatian Anri.
8469Please respect copyright.PENANAgN9CHX9yH1
“Terima kasih atas semuanya, Shotaro. Aku akan berkunjung lain kali,” kata Megumi yang tengah bersiap menunggu Anri di atas sadel.
8469Please respect copyright.PENANAP9K83MBze0
“Ya, akan kutunggu itu,” balas Shotaro sambil berkedip—memberi pesan tertentu pada Megumi.
8469Please respect copyright.PENANAenkci2tl1j
Ai melambaikan tangan, sambil mengucapkan terima kasih pada Anri karena telah mentraktirnya ketika Megumi baru setengah jalan mengayuh sepedanya. Anri ikut melambai hingga dua payudaranya yang kencang dan besar itu ikut bergoyang mengikuti gerakan tangannya.
8469Please respect copyright.PENANAHkmYI208Mm
Ketika Megumi dan Anri sudah tak terlihat lagi, Shotaro berjalan santai di belakang Ai, lalu mengelus rambutnya. Ia dekatkan bibirnya ke telinga Ai, dan membisikkan kata-kata yang membuat lutut Ai menjadi lemas. Setelahnya, ia dekap tubuh Ai dengan tangan kanannya, lalu membawa gadis lima belas tahun itu masuk ke tokonya.
8469Please respect copyright.PENANAyVGnPzRYkU
Sreeettt!
8469Please respect copyright.PENANA8zd4ho6Icn
Shotaro segera menutup toko setelah keduanya masuk, ia menyuruh Ai menunggu di lantai dua rukonya—yang sekaligus menjadi kamarnya. Setelah mengunci toko, dan menghitung penghasilannya hari ini, ia naik ke lantai atas dengan sebuah eskrim lilin di tangannya.
8469Please respect copyright.PENANAv6iPa0Cb5Q
“Selamat datang Shotaro, hari ini kita mau main apa?” tanya Ai yang hanya mengenakan pakaian dalam berwarna hitam setelah menanggalkan seragam sekolahnya.
8469Please respect copyright.PENANAWKVumC2e8a
Shotaro tersenyum, “Apa ya? Hmmm…. Bagaimana kalau balap sepong?“
8469Please respect copyright.PENANAJD0dSYROYC