
Tepat pukul setengah 12 malam pertemuan itu akhirnya berakhir, Megumi membuka matanya saat Kanda membangunkannya—yang tertidur karena bosan. Melihat orang-orang yang bergantian pergi dari tempat duduknya memperhatikannya membuat Megumi merasa malu, bisa-bisanya dia tidur di saat seperti ini.
"Tenanglah, Nak Megumi. Aku juga tertidur sebentar tadi, Honda juga ... kami semua di sini sepertimu," kata Kanda.
"Maaf, maafkan aku Pak. Aku benar-benar tak sopan," ucap Megumi menyesali kelalaiannya.
Kanda dan Honda tertawa memaklumi, mereka berdua memang sudah menduga kalau Megumi akan tertidur lelap mendengar Tuan Shigeo bicara. Mereka berdua lalu mengantar Megumi pulang meski Megumi menolakknya, alhasil sebelum mencapai rumahnya mereka bertiga pun berpisah di persimpangan jalan.
"Terima kasih atas semuanya, Pak Kanda, Pak Honda," seru Megumi, berjalan menuju arah yang berbeda dengan Kanda dan Honda.
"Iya, hati-hati di jalan, Nak Megumi," balas Kanda.
Megumi pun berjalan santai sembari menyilangkan kedua tangannya untuk menahan dingin, malam itu terasa sangat dingin—hingga membuat Megumi menggigil.
"Ah, benar. Mantelku...."
Megumi akhirnya teringat kalau ia memakai sebuah mantel yang dipersiapkan Anri padanya, alhasil ia pun kembali berbalik ke balai desa untuk mengambilnya. Dengan berbekal cahaya lampu senter di smartphonenya Megumi menyusuri jalan yang ia lalui tadi untuk sampai di balai desa. Orang-orang sudah pada pergi hingga membuatnya sangat sepi.
"Hmmm... aku harus cepat, malam semakin larut," gumam Megumi sambil mengetuk-ngetuk pintu balai desa yang terkunci rapat.
Tok! Tok! Tok!
Tak ada jawaban dari dalam meski Megumi menketuk sangat keras, ia mencoba mengetuk berkali-kali tapi tetap tak ada yang membukakannya pintu. Megumi menyerah setelah tubuhnya menjadi sangat lemah karena udara dingin, ia segera menyinkir dari pintu balai desa, dan berjalan ke arah obor yang memang sengaja dinyalakan di luar balai desa untuk memberi penerangan.
"Ahhh... Hmmmmm.... Ahhhh.... Hmmm...."
Kuping Megumi membesar saat samar-samar ia mendengar suara desahan seorang wanita dari balik dinding kayu di belakangnya, karena penasaran ia pun mencari sumber suara desahan itu hingga sampailah dia tepat di gudang belakang balai desa. Ia mengendap dengan langkah kecil sambil mendekati gudang yang pintunya sedikit terbuka, dan mengintip dari celahnya.
"Aahhhhh.... Enakkk.... Ahh.... Lebih keras.... Ahhhh....."
Mata Megumi terbelalak saat melihat seorang wanita bertetek besar sedang menggoyang kontol seorang pemuda di bawahnya. Tetek besar wanita itu bergondal gandul mengikuti goyangannya yang ganas, rambut panjangnya terurai lepas, dan wajahnya yang cantik itu membuat kontol Megumi ngaceng.
"Hi-Hitomi.... Ke-Kenapa!?" gumam Megumi sambil menggigit bibirnya.
Hitomi terus menggoyang kontol pemuda itu hingga membuatnya mengejang keluar tanpa sadar Megumi tengah mengintipnya, pemuda di bawahnya tiba-tiba saja melenguh sambil meremas dua bongkahan pantat Hitomi saat pejunya keluar.
"Arrrhhhh.... Nyonyaaa... Aku...."
"Keluarkan! Keluarkan saja Riku. Buahi aku dengan pejumu yang kental, dan hangat itu."
"Arrhhh.... Aaaaaaaaaa!"
Riku mengeram kencang saat semburan kenikmatan keluar dari kontolnya yang tengah dicengram olek vagina Hitomi. Wajah Hitomi memerah sesaat setelah kontol Riku ia keluarkan dari vaginanya, sperma Riku meluber keluar dari bibir memeknya yang becek. Hitomi mencolek sprema Riku yang meluber dengan jari telunjuknya, lalu menjilatinya dengan sangat sensual.
Bruuuukkk!
Suara keranjang kotak yang jatuh mengagetkan Hitomi, dan Riku ... reflek Hitomi menoleh pada sumber suara, dan melihat sekilas sesosok pria yang tengah berlari dengan terbirit-birit. Ia memakai kembali bajunya yang berserakan, dan tanpa menggunakan dalaman ia berjalan keluar dari gudang bersama Riku yang terlihat malu-malu.
"Hi-Hitomii...." Ucap Riku tergagap, khawatir kalau pengintip itu akan mengadukannya pada Tuan Shigeo.
"Sttt....Tenanglah, Riku. Jangan katakan pada siapa pun tentang malam ini. Akan kucari pengintip itu, kau segera kembalilah ke rumah utama—suamiku pasti mencarimu."
Riku mengangguk, ia lalu pergi lebih dulu meninggalkan Hitomi yang tengah menyilangkan tangan sambil menggenggam sebuah mantel di tangan kanannya.
*****
Keesokan paginya Megumi mengalami mimpi basah hingga membuat futon tempat ia dan Anri tidur basah, setelah menerima omelan Anri—Megumi mencuci futon, dan menjemurnya sementara Anri tengah bekerja. Anri adalah seorang Designer senior di sebuah perusahaan mode di kota Tokyo, penghasilannya terbilang cukup untuk menutupi kekurangan keuangan dari pekerjaan Megumi yang seorang sales.
Rumah Megumi yang terbakar membuat barang titipan perusahaan yang ia bawa juga ikut hangus, akibatnya dia harus membayar kerugian perusahaan dengan semua tabungan yang ia punya. Awalnya tabungan itu akan ia gunakan untuk membawa Anri jalan-jalan ke Bali saat ulang tahun pernikahan mereka, tapi karena Anri istri yang baik—ia rela mengikhlaskan tabungan yang mereka kumpulkan bersama itu untuk melunasi hutang suaminya.
Sebagai seorang pria, harga diri Megumi sempat jatuh karena harus membuat Anri menanggung hutangnya. Megumi pun berjanji akan berkerja lebih keras untuk mengembalikan uang Anri walaupun Anri merasa tak keberatan dengannya. Alhasil Megumi pun bekerja serabutan dari pekerja proyek hingga pengantar makanan sambil menunggu rumah pengganti yang dicarikan oleh pihak asuransi untuknya.
Sejak pindah ke desa ini, Megumi menjadi seorang pengangguran, dan bertindak sebagai bapak rumah tangga untuk Anri. Megumi sudah menanyakan lowongan pekerjaan pada Eiji, dan Eiji pun sudah berjanji akan memberitahu Megumi kalau ada lowongan pekerjaan yang ia dapat. Bagi Megumi kerja apa pun tak masalah, asalkan dia bisa membayar kembali uang Anri.
Ting Tong! Ting Tong!
Bel rumah tiba-tiba berbunyi saat Megumi tengah memasak untuk makan siang mereka, setelah mematikan kompor, dan melepas celemek—Megumi mengecek ke pintu depan. Perlahan Megumi membuka pintu, dan langsung saja dirinya disambut oleh dua gunung besar yang membuatnya tersentak kaget.
"Nyo-Nyonya Hi-Hitomi!?" seru Megumi.
Hitomi hanya tersenyum tipis mengamati reaksi Megumi yang pucat serta kaget itu, ia lalu memberikan sebuah tas belanjaan berwarna coklat pada Megumi, dan menjelaskan kalau maksud kedatangannya ke sini untuk mengembalikan mantel Megumi yang tertinggal. Megumi mengambil tas belanjaan itu dengan gemetar, di kepalanya masih tergambar jelas adegan syur Hitomi semalam.
"Te-Terima kasih, Nyonya Hitomi," kata Megumi canggung.
"Sama-sama, Pak Tanakashi. Hmmm jangan terlalu formal begitu padaku, panggil saja Hitomi. Laki pula kita sepantaran," ucap Hitomi dengan suaranya yang lembut.
Megumi menelan ludah, belahan tetek besar Hitomi yang tak tertutup itu membuatnya gagal fokus. Rasanya ingin sekali Megumi memegang, dan meremas tetek besar itu dengan kedua tangannya, lalu mengenyotnya sampai kering.
"Oh, ada Nyonya Hitomi. Sejak Kapan?"
Anri yang sudah menyelesaikan pekerjaannya ikut datang ke pintu masuk, Anri melihat Megumi yang berkeringat dingin dengan sebuah tas belanjaan di tangannya.
"Tas apa itu?" tanya Anri.
Sebelum Megumi menjelaskan, Hitomi lebih dulu menerangkan hingga membuat Anri geleng-geleng kepala.
"Sayang, kau sangat teledor. Maaf sudah merepotkanmu, Nyonya Hitomi. Kalau berkenan mau kah kau makan siang dengan kami, sebagai ucapan terima kasih?" tawar Anri.
3663Please respect copyright.PENANAtY0l5LJSWT
3663Please respect copyright.PENANAR5rAEkPVEh
3663Please respect copyright.PENANAUNhAC9qRol
3663Please respect copyright.PENANAp4RcMl84HF
3663Please respect copyright.PENANAjWcRDqH8Rt
3663Please respect copyright.PENANAHabD9fkiV1
3663Please respect copyright.PENANAigxu04aYLM
3663Please respect copyright.PENANAoWHcdb08eV
3663Please respect copyright.PENANAtQ11bG4UuU
3663Please respect copyright.PENANAzPoa2CmUvF
3663Please respect copyright.PENANARWpNmOREwq
3663Please respect copyright.PENANA1rZeThsO9R
3663Please respect copyright.PENANAySQI9sZMMh
3663Please respect copyright.PENANAdKKwnnsUWv
3663Please respect copyright.PENANADVSIfL8xSg
3663Please respect copyright.PENANApNPL5PcrsL
3663Please respect copyright.PENANAfJeJ1FtItx
3663Please respect copyright.PENANAszLuGBSswW
3663Please respect copyright.PENANAv4lGplyGx2
3663Please respect copyright.PENANA8xk1gxyUUK
3663Please respect copyright.PENANAm305uMytnp
3663Please respect copyright.PENANAuCZpvN6ZVf
3663Please respect copyright.PENANAseOcDcpU07
3663Please respect copyright.PENANAI43XvwJaEx
3663Please respect copyright.PENANAKG2OQH5P07
3663Please respect copyright.PENANAtRmNPznMrL
3663Please respect copyright.PENANAWenIOQzpch
3663Please respect copyright.PENANAjUxEAOx35t
3663Please respect copyright.PENANA7FypGUM6jo
3663Please respect copyright.PENANAyoUCdfHZYi
3663Please respect copyright.PENANAwlcC8ZXnHl
3663Please respect copyright.PENANAkFTIkGu4dp
3663Please respect copyright.PENANAvZAduS3tG7
3663Please respect copyright.PENANAFYvlP2ger9
3663Please respect copyright.PENANA4Zk5cpUGbd
3663Please respect copyright.PENANAZnDysmtpzI
3663Please respect copyright.PENANAJsOIWxQ4PQ
3663Please respect copyright.PENANA07NscYTBol
3663Please respect copyright.PENANA1KvI8McSMO
3663Please respect copyright.PENANAM11AePNyzL
3663Please respect copyright.PENANAnFIVOyuyn6
3663Please respect copyright.PENANAQSYSXKft42
3663Please respect copyright.PENANADXaSYoqRa5
3663Please respect copyright.PENANADt0verlCD4
Hitomi terdiam, dan melirik Megumi yang matanya jelalatan menatap belahan dadanya. Bukannya merasa risih Hitomi malah tersenyum melihat ekspresi polos Megumi yang terkagum oleh asetnya, Hitomi ingin menggoda Megumi lebih lama lagi, dan ahirnya ia pun menerima tawaran Anri.
ns52.14.133.33da2