
Hitomi membawa Megumi ke ruang praktek Dr. Kazuki, setelah mengunci rapat pintu Hitomi duduk di atas matras tempat biasa Kazuki memeriksa pasien. Hitomi terlihat canggung saat Megumi memerhatikannya, punggungnya terasa berat terbebani oleh payudaranya ketika ia menunduk.
792Please respect copyright.PENANAXHEwgIEoNC
“Ada apa Hitomi?” tanya Megumi langsung ke inti.
792Please respect copyright.PENANAiZjHEDk7XM
Bibir Hitomi bergerak perlahan, ia mengangkat wajahnya berusaha menatap Megumi yang ada di depannya sambil berkata-kata.
792Please respect copyright.PENANAqyFguyJqEF
“Tu-Tuan, apa membawa Anri kemari adalah pilihan yang tepat. Dengan membawanya sama saja kita menantang Tuan Shigeo,” ucap Hitomi ragu setengah takut, Megumi akan kembali menghukumnya.
792Please respect copyright.PENANAgkZ09vqAVR
Megumi menghela napas, “Tentu aku akan membawanya meski seluruh dunia menjadi musuhku.”
792Please respect copyright.PENANABMfiZtxUsq
Hitomi terbelalak, ia tiba-tiba berdiri seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar.
792Please respect copyright.PENANAx8J9sDRg9N
“Sepenting itukah Anri untukmu, Tuan. Apa dia begitu berarti bagimu sampai kau rela mempertaruhkan nyawa,” ucap Hitomi sambil menggigit bibir merasa iri pada Anri.
792Please respect copyright.PENANAU7WiEjl3J0
“Masalah kah dengan itu, Hitomi? Sebenarnya ada apa denganmu…”
792Please respect copyright.PENANANeIy8mN9BW
Hitomi termenung sambil mengepalkan tangan untuk mengumpulkan keberaniannya, jantungnya berdebar-debar untuk pertama kalinya sejak beberapa tahun terakhir. Wajahnya memerah padam, matanya berbinar terang menatap sosok lelaki di depannya.
792Please respect copyright.PENANAWmY1NTcURo
“Tu-Tuan Aku…. Aku mencintaimu…. Benar-benar mencintaimu…. Sangat mencintaimu…. Jadilah kekasihku…. Me-Megumi….” ucap Hitomi dengan seluruh keberanian yang telah ia kumpulkan.
792Please respect copyright.PENANA84xx3PgO9I
Mendengar pernyataan cinta Hitomi, Megumi terdiam … ia melihat ketulusan di wajah Hitomi, kata-katanya tulus tanpa maksud tersembunyi.
792Please respect copyright.PENANAQbKqyTUasa
“Hitomi…. Maaf…..”
792Please respect copyright.PENANAdicqERJQdV
Satu kata itu telah menghancurkan kepercayaan diri Hitomi, lututnya mendadak lemas, dan matanya yang berbinar berubah berkaca-kaca. Dadanya sesak dipenuhi rasa sakit karena orang yang ia sukai tak membalas cintanya, tanpa sadar air matanya jatuh, dan tangis kesedihan pun mengalir di pipinya.
792Please respect copyright.PENANAqZ7ju9KJw8
Megumi terdiam melihat Hitomi yang menangis sambil menutup wajahnya dengan tangan, ia merasa sedikit iba pada Hitomi yang telah sungguh-sungguh mengungkapkan perasaannya padanya. Sebagai seorang pria, Megumi memeluk Hitomi yang tengah menangis untuk menenangkannya, tangis Hitomi semakin kencang ketika tubuhnya dirangkul Megumi dari arah depan.
792Please respect copyright.PENANA3AzYlsPg8h
“AAA… Huaaaa…. AAAAA… AAA……”
792Please respect copyright.PENANAGwLjcmiJIo
Hitomi menangis dalam dekapan Megumi, tangan Megumi membelai lembut rambut dan pundak Hitomi sambil menepuknya perlahan. Hitomi bersandar di dadanya sambil terus menangis melepaskan semua perasaannya, ketika mereka berdua tengah berpelukan Anri yang penasaran setelah mendengar suara tangisan memergoki keduanya.
792Please respect copyright.PENANAOhXo6Q3ipf
Anri tak melakukan apa pun, ia hanya melihat suaminya itu mendekap wanita lain dengan tatapan kosong—tanpa merasakan apa pun. Tak ingin mengganggu mereka, Anri pun pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, dan memikirkan apa yang akan ia lakukan ke depannya.
792Please respect copyright.PENANAFmxhZySX1N
*****
792Please respect copyright.PENANACWya8mKIL0
Ruri pergi belanja atas suruhan Rei di swalayan yang tak jauh dari klinik, saat ia tengah berbelanja tanpa sengaja ia melihat mobil Roy tengah melaju kencang dengan terburu-buru menuju klinik tempat Megumi bersembunyi. Ruri mendadak panik, ia menjatuhkan belanjaannya hingga membuat semua orang memperhatikannya.
792Please respect copyright.PENANAjlUGyh2tEs
“Tidak! Tuan Rei!” kata Ruri panik.
792Please respect copyright.PENANA2JGvatOG01
Buru-buru ia mengambil ponselnya, dan menelpon Rei untuk memperingatkannya, lama Ruri menelpon namun tak diangkat. Tak kehabisan cara Ruri pun mengirim pesan secara beruntun pada nomer Rei untuk membuat handphonenya terus berdering.
792Please respect copyright.PENANALBaoWFzVya
“Tuan Rei, kumohon jawablah! AARggh! Sial!” seru Ruri yang langsung lari, meninggalkan belanjaannya dengan wajah panik.
792Please respect copyright.PENANAz6iJzAee2q
“Nyo-Nyonya! Belanjaannya!” panggil pramuniaga swalayan tersebut saat Ruri meninggalkan belanjaannya yang terjatuh berserakan di lantai begitu saja.
792Please respect copyright.PENANAtHX5UrMW2x
Ruri langsung ngegas, ia memacu mobilnya menuju klinik dengan penuh kecemasan. Sambil terus mencoba menghubungi Rei, Ruri menginjak pedal gas semampu yang ia bisa untuk mengejar Roy.
792Please respect copyright.PENANAxDXU28hDdq
*****
792Please respect copyright.PENANAP30hcQ3bXz
Brumm! Brumm!
792Please respect copyright.PENANAMKVr2pTLND
Roy tiba di depan klinik setelah 10 menit memacu mobilnya dengan kencang, buru-buru ia turun dengan sebuah tongkat bisbol yang ia telah siapkan sebelum pergi ke rumah Tuan Shigeo. Dengan langkah pelan, Roy mengetuk pintu klinik sambil menyembunyikan tongkat bisbol di punggungnya.
792Please respect copyright.PENANADQxZiGOtKy
“Ruri! Rei! Hitomi! Apa kalian di dalam!” panggil Roy.
792Please respect copyright.PENANApiT1EfkZZl
Setelah memanggil beberapa kali, dan tak ada jawaban, Roy pun memutuskan untuk mendobrak pintu dengan kakinya. Roy terus memanggil nama Hitomi, dan mengumpat menyuruh Hitomi keluar sambil mengacak-acak barang-barang menggunakan tongkat bisbol yang ia bawa.
792Please respect copyright.PENANA2kjZrwLxpx
“Hitomi! Keluarlah! Lacur aku tahu kau ada di sini! Berikan Anri padaku!” seru Roy sambil menghancurkan apa pun yang ada di jalannya menggunakan tongkat bisbol yang ia bawa.
792Please respect copyright.PENANAbG5NXKYucR
Brak! Prang! Bruk!
792Please respect copyright.PENANAxen8FdJjd9
Roy kembali mendobrak pintu menggunakan kakinya, ia menyusur setiap ruangan di klinik itu, namun tak menemukan siapa pun di sana. Klinik tersebut dalam sekejap telah berubah menjadi kapal pecah karena amukan Roy yang mulai kehilangan kontrol atas emosinya, setelah mencari tiap sudut ruangan sampailah Roy di depan pintu masuk ruang bawah tanah di mana handuk Anri tergeletak di sana.
792Please respect copyright.PENANA4M92Er0B97
“Anri! Anri! Sudah kuduga kau ada di sini” gumam Roy sambil mengendus aroma handuk yang sengaja di tinggalkan itu.
792Please respect copyright.PENANAVsC8W29678
Tanpa ragu, Roy pun masuk ke ruang bawah tanah untuk mencari Anri, ia terus memanggil-manggil nama Anri berharap ia menyahutnya. Roy mengecek satu persatu ruangan di ruang bawah tanah itu, hingga sampai lah ia di laboratorium tempat ia mencuri obat ajaib yang menyembuhkan penyakitnya.
792Please respect copyright.PENANAERS1WyzVGo
“Anri!” panggil Roy pada sosok Anri yang tengah duduk di atas kursi dengan sebuah tank top.
792Please respect copyright.PENANAeL9gN09AQU
Bruuk!
792Please respect copyright.PENANAPlfq6wXF9y
“Arrghh!” pekik Roy saat sebuah benda tumpul menghantam tengkuknya.
792Please respect copyright.PENANAyNGW9S7ILt
Cepat-cepat Roy membalas serangan tersebut dengan menyibakkan tongkat bisbol di tangannya hingga menghantam lengan pria yang menyerangnya. Roy melangkah mundur sambil matanya memastikan sosok yang menyerangnya, ia menggenggam erat tongkat bisbol di tangannya setelah tahu kalau orang tersebut adalah, Megumi.
792Please respect copyright.PENANAf7cj1Y0S3c
“Roy! Pergilah! Jangan dekati istriku!” bentak Megumi penuh kemarahan, sambil menggenggam linggis di tangan kirinya.
792Please respect copyright.PENANABaAV7FMrVU
“Megumi…. kenapa kau bisa sadar! Oh! Jadi kau yang mencuri Anri dariku! Tak bisa dimaafkan, Megumi!” seru Roy sambil menerjang Megumi dengan tongkat bisbol di tangannya.
792Please respect copyright.PENANADopXhPo9wa
Prank!
792Please respect copyright.PENANAq7uGuibq3H
Dua benda tumpul itu saling beradu, tubuh Megumi terdorong mundur beberapa langkah karena kuatnya serangan yang diberikan Roy. Keduanya lalu saling beradu pukul dengan senjatanya masing-masing, meski membawa linggis Megumi merasa kewalahan saat menghadapi pukulan tongkat bisbol Roy.
792Please respect copyright.PENANAS7ziT1h6Uy
Bruuk!
792Please respect copyright.PENANAxg0c4UQVxW
Sebuah hantaman keras menghantam wajah Megumi saat mereka tengah beradu serangan, kepala Megumi berdengung saat Roy memanfaatkan kesempatan itu untuk mengincar kepalanya yang terbuka. Tiga pukulan beruntun menghantam pundak, tengkorak, dan matanya membuat Megumi tersungkur dengan wajah bengkak.
792Please respect copyright.PENANAJ2bPXEQBrK
Linggis yang dipegang Megumi terjatuh, Roy langsung menindihnya dengan tubuhnya, dan memukulinya dengan brutal menggunakan tongkat bisbol yang kini telah retak serta berlumur darah. Megumi menggap-menggap, berusaha mendorong Roy yang tengah memukuli dengan sekuat tenaga.
792Please respect copyright.PENANAS9yApd6mA2
“Hentikan! Roy! Berhenti!”
792Please respect copyright.PENANAEMaWrtmXDp
Roy tiba-tiba berhenti, tangannya terangkat dengan mata penuh nafsu membunuh saat Megumi berhasil mendorongnya. Keadaan tiba-tiba berbalik, Megumi balik menghajar Roy yang sama sekali tak memberi perlawanan padanya. Megumi mengambil tongkat bisbol di tangan Roy, dan memukulinya hingga tongkat itu pecah menjadi dua.
792Please respect copyright.PENANAr7TWW8OS2h
“Hentikan! Hentikan! Sudah cukup Megumi! Kumohon Hentikan!” seru Anri yang tiba-tiba telah ada di belakang Megumi, menahan tangannya yang ingin terus memukuli Roy.
792Please respect copyright.PENANAI7yZCBqU3H