Hayden duduk dengan tidak nyaman di kursinya. Tumpukan dokumen menjulang berjajar di meja kerja di hadapannya. Siapapun yang melewati meja kerjanya tidak akan bisa menemukannya tanpa melongokkan kepala melewati gunungan kertas itu. Dan itulah yang dilakukan Rick sekarang, berusaha menjulurkan kepalanya untuk memandang wajah temannya.
"Hayden!"
Pria itu hanya melirik Rick sekilas, kemudian kembali menatap nanar pada foto usang yang tergeletak di mejanya.
"Kenapa dengan wajahmu? Kau terlihat seperti baru keluar dari sarkofagus." Sindiran Rick tidak berhasil memancing eksresi pada wajah Hayden.
"Ehem... Aku dapat sesuatu." Lanjut Rick. Melihat Hayden tidak menampilkan reaksi seperti yang diharapkannya, pria berambut pirang itu tetap melanjutkan ucapannya.
"Daniel si hacker berhasil menemukan beberapa fakta tentang Anna Mason. Seperti yang dikatakan ibunya, Julie Mason, bahwa putrinya itu terlibat dalam sebuah geng yang menyebut dirinya Angels. Rupanya geng itu beranggotakan anak-anak orang kaya, politikus dan pengusaha. Bisa menjadi bagian dari Angels dianggap sebagai semacam golden card yang memberikan akses eksklusivitas dan semacamnya. Nicholas Mason termasuk pengusaha yang cukup sukses kala itu, jadi tentu saja sebagai putri sulungnya, Anna, tidak menemui kesulitan melenggang sebagai salah satu anggota Angels. Scott Nicholson juga terlihat terlibat dengan Angels."
Postur tubuh Hayden langsung berubah tegang. "Pria botak itu juga bagian dari Angels?"
Rick bergerak bersandar pada salah satu meja di samping Hayden saat menjawab, "Kurasa dia hanya terlibat, bukan anggota tetap. Peter berhasil mendapatkan latar belakangnya secara detail, Scott tumbuh di panti asuhan sampai usianya sepuluh tahun. Setelah itu dia diadopsi oleh pasangan Keith."
"Keith?" Hayden mengerutkan keningnya saat mendengar nama itu.
"Kenapa? Kau tahu sesuatu?"
"Entahlah. Aku hanya merasa seperti pernah mendengar nama itu sebelum ini," ucap Hayden. "Lanjutkan. Informasi apalagi yang kau dapat, Rick?"
"Well, kemampuan Daniel benar-benar sangat membantu. Dia bahkan berhasil mengakses beberapa informasi rahasia yang sudah disimpan rapat oleh sebuah perusahaan media belasan tahun lalu. Daniel bisa menjadi asset penting bagi kepolisian kita."
Hayden mencondongkan tubuhnya. "Apa yang dia dapat?"
Rick berbisik pelan, memastikan suaranya hanya terdengar oleh Hayden. "Kontroversi cinta segi empat, man!"
"Maksudmu?"
"Scott diadopsi oleh Richard Keith karena putranya hilang akibat kasus penculikan. Kabar yang beredar, karena anak itu bukan anak kandung Richard Keith melainkan anak haram hasil hubungan gelap istrinya dengan pria lain, maka Richard tidak berusaha maksimal untuk menemukan anak itu. Tidak ada tebusan, tidak ada keinginan keras untuk menemukan anak yang bukan darah dagingnya. Pada akhirnya anak itu tidak pernah ditemukan. Sampai sekarang."
"Kenapa dia justru memilih melakukan adopsi?"
"Pernikahan Richard dengan istrinya merupakan pernikahan yang diatur. Richard akan mendapatkan merger saham milik orangtua istrinya. Dan sebagai gantinya, istrinya yang hamil diluar nikah itu akan lolos dari aib. Richard tidak pernah memedulikan istrinya. Bahkan tepat setelah pernikahan, Richard terlihat bermalam disebuah hotel ditemani wanita muda yang sangat cantik. Singkat cerita, ada kesan Richard tidak menginginkan anak dari istri sahnya. Dia memiliki hubungan gelap dengan seorang model bernama Miranda yang telah memiliki anak."
"Lalu? Kenapa dia mengadopsi Scott?"
"Scott adalah anak model itu. Hasil hubungan satu malam Miranda dengan salah seorang pejabat yang akan menjadi skandal besar jika terungkap. Jadi Miranda melahirkannya diam-diam dan menyerahkan anak itu, Scott, begitu saja ke panti asuhan."
"Jadi untuk membalas istrinya yang membawa anak hasil hubungan gelapnya sebelum menikah, Richard memutuskan untuk membawa anak kandung kekasih gelapnya, Miranda, setelah putra kandung istrinya itu hilang dalam kasus penculikan?"
"Sepertinya begitu. Banyak yang mengatakan Halina Dixon adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tapi sepertinya masih tidak cukup bagi Richard Keith."
"Bagaimana dengan ayah kandung anak yang hilang itu? Maksudku, kekasih Halina?"
"Yah, sepertinya pria itu juga tidak berniat membantu karena sudah memiliki keluarganya sendiri."
Hayden mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba mencerna informasi pelik yang baru di dengarnya itu. "Lalu benang merah apa yang menghubungkan kontroversi cinta segi empat yang kau bilang ini dengan Anna Mason selain karena Scott?"
"Kau ingat kata-kata Julie Mason tentang dugaan keterlibatan Smith Corp dalam kasus pembunuhan Anna?"
Hayden menatap Rick tajam sambil mengangguk pelan.
"CEO sekaligus pemilik Smith Corp, Anthonio Smith yang sangat disegani banyak kalangan adalah kekasih Halina Dixon sebelum dia menikah dengan Richard Keith."
Hayden membelalak mendengar fakta itu. "Maksudmu, anak yang hilang diculik itu adalah anak biologis Halina Dixon dan Anthonio Smith? Kau yakin?"
Rick mengangguk mantap. "Kabarnya Richard akhirnya meninggalkan Miranda setelah beberapa tahun karena wanita itu terlibat dengan narkoba, tapi tetap memberikan tunjangan untuk Scott. Dibawah asuhan keluarga Keith, Scott tumbuh menjadi pria yang cekatan dan terampil. Scott juga beberapa kali terlihat di Smith Corp entah untuk keperluan apa. Scott sudah berusia sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun ketika pertama kali muncul sebagai salah satu karyawan Anthonio. Putra sulung Anthonio memilih tinggal di London bersama ibunya. Dan putrinya tinggal di LA bersamanya. Menurutku, putri kecil Anthonio merupakan anggota tetap Angels. Dugaanku, itulah sebabnya Scott terlibat dengan Angels."
"Untuk mengawasi putri Anthonio Smith?" tanya Hayden getir.
Rick menanggapi dengan anggukan kecil. "Mungkin. Dan dari sanalah dia mengenal Anna Mason. Melihat reaksi Scott saat di ruang interogasi kemarin, sepertinya dia memiliki perasaan pribadi pada Anna tapi tidak berbalas. Scott menyebut sesuatu tentang pria lain saat interogasi. Menurutmu dia kekasih Anna?"
Hayden terlalu bingung untuk beraksi. Fakta tentang Smith Corp membuatnya terguncang. Jadi dia hanya menjawab sekadarnya. "Yah... mungkin."
"Bagaimana kalau kita menemui Julia Mason lagi? Barangkali wanita itu tahu sesuatu tentang kekasih putrinya?"
"Jadwalkan saja. Lebih cepat lebih baik."
"Oke." Rick meninggalkan ruangan Hayden dengan langkah gontai penuh antusias tanpa menyadari wajah pucat rekan satu teamnya itu.
***
"Aku benar-benar tidak tahu." Julie Mason memandang Hayden dan Rick dengan kening berkerut.
Mereka berada di ruang tunggu khusus untuk keluarga pasien VIP yang memang disediakan oleh rumah sakit Brigham. Julie Mason terlihat lelah tapi setelan blus dan celana panjang warna peach apricot yang dikenakannya membuatnya terlihat fresh.
"Anna sepertinya lebih sering bercerita dengan Amy atau Victoria."
"Victoria?" tanya Rick.
"Victoria Smith. Putri pemilik Smith Corp." Jawab Julie.
"Mereka berteman? Bukankah dulu kau bilang menurutmu kasus kematian putrimu dihentikan karena ada keterlibatan Smith Corp? Jika mereka berteman, bukankah seharusnya yang terjadi adaah sebaliknya?"
Julie menghela nafas panjang. "Sepertinya Victoria juga terlibat." Julie menatap pintu ruang tunggu tempat banyak petugas rumah sakit berlalu lalang. Pandangannya menerawang. "Hari itu, setelah mengambil foto keluarga bersama, kami berkumpul untuk berbincang di ruang keluarga. Awalnya semua baik-baik saja. Entah bagaimana obrolan Amy dan Anna berubah ke Victoria. Amy menyebut Victoria bukan gadis baik-baik dan Anna tidak suka mendengar Amy menjelek-jelekkan sahabatnya. Mereka bertengkar. Pertengkaran yang cukup keras menurutku. Anna pergi setelah itu. Dan dua hari kemudian... Dua hari kemudian polisi meminta kami datang untuk mengkonfirmasi mayatnya."
Airmata kembali mengalir dari mata sendu Julie. "Mungkin jika kasus itu terungkap, maka keburukan Victoria Smith akan jadi konsumsi publik. Entahlah. Itu hanya asumsiku."
Asumsi yang sepertinya benar, ucap Hayden dalam hati.
"Apakah ada perkembangan, Sir? Baik itu tentang Anna atau Amy? Yang mana saja... apapun itu. Sekecil apapun informasinya, tolong beritahu aku." Julie berbisik lirih. Bisikan seorang ibu yang putus asa dan lelah dengan kehidupannya.
"Kurasa untuk sekarang ini belum ada yang bisa kami katakan, Mrs Mason," ucap Rick prihatin.
"Meskipun itu hal sepele dan mungkin tidak penting, tolong beritahukan padaku," pinta Julie penuh harap.
Hal sepele? Hal yang mungkin tidak penting?
Hayden teringat ucapan Irina pagi ini. Tentu saja itu bukan hal penting. Atau tepatnya terkesan tidak penting. Lalu kenapa itu justru membuatnya gelisah? Kenapa instingnya tidak bisa melupakan hal tidak penting itu?
Hayden menatap Julie sekilas. Mungkin tidak akan terlalu menyakitkan jika dia bertanya. Dia mengambil foto usang pemberian Julie minggu lalu.
"Ehem... Mrs Mason, apakah jaket yang Anna kenakan ini entah bagaimana memiliki noda?"
Rick menoleh terkejut. Tapi Julie Mason sepertinya tidak.
"Itu jaket edisi khusus buatan seorang desainer terkenal. Diproduksi terbatas. Anna sangat berhati-hati saat memakainya. Dia tidak pernah mengotori jaket itu. Itu jaket kesayangannya. Pelayan dirumah kami bahkan harus ekstra hati-hati saat mencucinya."
"Jadi mungkin memang salah orang," gumam Hayden pelan.
"Kenapa kau bertanya?" tanya Julie.
"Ah. Bukan apa-apa. Hanya saja pagi ini seseorang salah mengira putrimu dengan gadis lain saat melihatnya mengenakan jaket dalam foto ini."
"Benarkah?"
"Yah. Tapi dia menyebutkan ada noda di bagian kiri jaket mahal itu."
Julie Mason terhenyak. "Sir, foto yang kau pegang itu adalah foto keluarga yang diambil sesaat sebelum Anna dan Amy bertengkar karena Victoria, cerita yang baru saja kukatakan."
Hayden dan Rick kompak menatap foto itu. Jadi itu foto bersama keluarga terakhir sebelum Anna dibunuh.
"Saat kami datang untuk mengkonfirmasi mayatnya, memang ada noda dibagian kiri jaket itu. Polisi forensik mengatakan itu noda kopi."
Kini giliran Hayden yang tercengang. Dengan sisa ketenangannya, dia berujar, "Sungguh kebetulan yang luar biasa. Tapi dia salah mengenali putrimu, Mrs Mason. Dia tidak menyebut apa-apa tentang Anna. Dia justru mengenalinya sebagai Adria."
Sepasang mata cokelat Julie melebar terkejut menampilkan ekspresi shock yang kentara. Wanita tua itu bergerak dengat cepat, meraih tangan Hayden dan mencengkeramnya dengan kekuatan yang disangka Hayden tidak lagi dimilikinya karena usia.
"Dia memanggil putriku Adria? Kau yakin?"
Terkejut, Hayden hanya mengangguk. "Siapa dia? Dia menyebut nama kecil putriku dan tahu tentang noda kopi di jaketnya. Dia pasti bertemu putriku sebelum terbunuh." Kalimat menggebu Julie menghentak keterkejutan Hayden.
"Adria?" tanya Rick bingung.
"Nama putriku Adrianna Mason. Hanya keluarga dan orang-orang tertentu yang memanggilnya Adria. Jadi orang yang kau sebut itu, dia memang tidak salah mengenali orang. Dia memang tahu putriku. Tolong katakan siapa orang itu." Julie mengguncang tangan Hayden dengan cukup keras. Pertanyaan yang Hayden anggap sepele dan tidak penting justru membuat wanita tua itu histeris.
Jika noda kopi itu ada di jaket Anna setelah gadis itu pergi dari rumah karena pertengkarannya dengan Amy, maka kemungkinan besar Irina bertemu Anna pada jeda waktu singkat sebelum Anna terbunuh. Kesimpulan itu membuat harapan yang ditahannya pagi tadi kembali melambung. Jika kesimpulannya tepat, maka Hayden baru saja menemukan seseorang yang berpotensi besar sebagai saksi penting.
Hayden berdiri tergesa-gesa dan segera berlari keluar ruangan tanpa menghiraukan panggilan Rick. Dia harus memastikan dugaannya. Harus secepatnya.
Hayden sudah berada di dekat mobilnya ditempat parkir ketika rentetan pertanyaan memenuhi pikirannya.
Bagaimana Irina mengenal Adrianna Mason? Kapan mereka bertemu? Apa Irina juga terlibat dengan Angels? Apa lagi yang diketahui gadis itu? Bukankah Aiden bilang Irina berasal dari Dallas?
Pertanyaan lain semakin bermunculan seiring langkahnya yang bergerak mendekat. Ditatapnya bangungan di depannya dengan penuh tekad. Setelah memastikan napasnya tenang dan sikapnya meyakinkan, Hayden membuka pintu, melangkah memasuki Black Russo.
***
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead you can read it free on my wattpad (The Black Angel by ghian7st).241Please respect copyright.PENANAlocqTIXJBf
-ghian7st-
ns18.191.120.131da2