x
Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ2p7eAa8Lo
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUGBKPEVmJE
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzyewblfGhS
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmtpgCbexmx
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtfp8VbqN9S
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ61DSMzdQiN
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx2SIWT0fKM
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk6KOXPTCbS
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJdcPiuQVBY
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0yCGVlewbB
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0PzyvvLolN
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdPcHrQwEsW
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5yx5azwngX
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtCNjgFnRJ0
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbzqpgVSYnB
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWTCf63MkmA
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiBPorsOSnR
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN45k3jnsaI
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwd7Qjsy8WC
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJQIoNb7t4J
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT3eW4LIpLd
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Vcr12LNfe
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo5jvB4FcJ4
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDvqe2N4z0n
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRXwL7N4k5K
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDwdItsBUwg
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx8pxbxN8f9
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAq6JrWYY5S
"Sakit?" tanya Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0DCrdYky8B
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcmF6GrNw6G
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXrJEUtQQc6
"Makasih," kataku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhXiRucSDlH
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3nuKBJSibB
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyJtu8QtjRa
*********
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeV02Rpu9RW
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK6gp3xEXBt
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9qOFGCO5H5
"Iya, Mas!" kataku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNzxJK33xBr
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxI7F1spTNY
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR8YyhmJGdL
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrMYBVURSwH
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXYc1gCGhZc
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5Uhrhc8IE3
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEQ6IIOwDU7
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ5tpspLZc9
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMCb6VhyuR4
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzUWwSk6nbO
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnFkC7hjcHq
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI75IkKm5uP
"Rumah Abah," kata Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5SJowVHWdZ
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2bOmzeyA2o
"Assalamualaikum..."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡohoo3pbUKC
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmNGnUDx0ww
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKCV9UbkJF0
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLSp2ygcRcq
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlu6sVxJn9G
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMjq7T3rSQG
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfQSKcTEab4
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz43OvXO8Io
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ35s7sMyMDG
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡepv8ddKEPg
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6B48nMmLqR
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiTnWd5pU2z
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOWCDP5kvNK
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdKbFrZRYS3
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRbnzwH0CPf
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4lNOUMzd4I
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu6V9zBrZmZ
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg0QYHBQsef
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIoQP939S6y
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQODIXS8GM5
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh9nSLg2GzA
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsu70s1nZRi
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlpwM13fDEV
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJoBhUqOhw1
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfJbqxtfx7E
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlXuFhATOoj
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ23RpwMRkSo
*******
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡabRtk0jdTD
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5xvGXfSryp
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbbyZFnsOjU
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4XdRytA1jU
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTRh672gb1E
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtun8nbOIGG
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSqjU2b0XYu
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCYWGy7DMbE
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKkIyQqNuff
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8UBIG6sbpY
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVCBl1Js3Wi
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTjNonzt9wO
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYGVOg3wSWi
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlgHDFE8MVX
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYvEByvGFlV
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7w2qFqcPTh
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGuuNx0cEY8
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8MobJvPsXa
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8O6wqSiIyj
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhv66T7sJjA
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5ZBtyoze7V
"Aaaaah, menjepit banget."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCofyQplaLE
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGC4ZAWfi96
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrzVdtJM0NU
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1FTbOpQuQ
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD2hPK01uGL
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7rRwULidpi
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtn0bSfTbFC
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡekMCzpuaMH
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoLFonfVIp1
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3LQvN4FZlb
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhFeNIvQy0g
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDJG2DHJIP0
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS6cdUYFveq
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXCzUgAAws9
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEB7FWgQzFz
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9r108tl3u4
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡumRfiouMJ9
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTbGBrmN6UK
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5rpEmz7GdM
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo5Ukm6Cvex
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd7sptZaQ2B
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCOB44rC8XI
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuLgWODo5CS
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsv0ZQC5BTG
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz5pbMSSMMu
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMuyEmiwymU
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzk6s6NFv9O
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSvuI71ZlyF
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwFkPRbiIJL
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡavtKlxCgqx
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDWtChobX0V
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqvUmLnDqFT
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW7raX726kM
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe5AZRD5X2I
"Mas?"
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS08hu7ngyN
"Apa?" tanya Akbar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxCbXHjL6Nr
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡac0g0WbU0v
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZGhCG685Ex
"Aaaaaah..."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5ry3WlHURA
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDo6e9f6fKl
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4RFppA8u8h
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡih41pTSA7b
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW348cSnT8k
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQlO4ksN7kb
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkSpTqVApqm
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0igbRR4cD4
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3AvwSwR0gG
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpoEcQCMGCY
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyqdENXLhfA
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJHGt8BDlOB
"Abah..."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ48rXgyLQ7R
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMZlAwjCzge
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmhr3CtMtdP
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC8OFF6edKf
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuQjTBUe0tN
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQKxHDBjGG7
"Jangan! Aku malu..." kataku.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7skPKWkeWB
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeza3ZZjvqb
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCJ5HfIExBt
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb93RdWXhOz
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmFzjBuP1in
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOR8LFgVnLS
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5zYcQpcZ88
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
1228Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjjXtc3cjUB
