x
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡds2cKfqAex
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡumXHk9nj3E
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgC5HHe9CST
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4KDe2AJg83
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ514KObbLO6
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv4qOxhqe4S
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9zpe3cUJ3m
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyLLiARVUfJ
"Cantik, Ci..."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiXG0pyXg3M
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqaJCd3FNap
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSAz1omlsz0
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7MtwwpcErz
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ9gUTqlSPp
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEhJDYDX9Rz
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9HBCICFnDw
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXjwUEmETa1
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAJOcbfGyaF
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMinjb1wr5l
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnS9Blg5PwT
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEoR2sB5hnv
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2y4Nfj0VNX
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgjt0PjBHCr
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUQzRQ4Jw9W
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr3GwJOaeKv
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNRldZnJ1ij
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFBiWgzzAOK
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡskgiysQxip
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRIN5UWnbkz
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiYXSrLgbCD
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuW4O6uSHWd
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtfvFx0NnWD
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO0MBcPzaiR
"Apa ini?" kataku dalam hati.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ36qD9bovkU
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHChEKCOcDC
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2HjjdZCX2d
*****
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcWpXksdXnZ
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4Ak6b4hDon
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwlR6F2aTeJ
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQQirKz3kJI
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUpbv1cO1sp
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNsd64FAcVP
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrgMvqxq8Jw
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5bg5ye8dOd
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7TXy4AxDVp
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWrRkwRzA8h
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3t7H0zFEou
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXHG8lGOkqC
******
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWC0lFOiWsC
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9294jL6auL
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFg07RzmOgM
"Dek..." Akbar memanggilku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRm6nwpEa31
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQedPo3yqVD
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtxHFtHhNI1
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7x0d1YYb4F
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrTSigNbyNm
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3AqiDlp5h2
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡncPhrpQPPT
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3FqN9L83DI
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4DoWFvZ7cO
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdpqZ3HoFVr
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGH5Hm33KRD
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTZRT7i3uqc
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbkD4qCFRgA
"Katakan saja, Mas!" kataku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwYOwJCGL5S
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo4EKKYuO2p
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiPsVB0pKWW
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRfXj17Dbke
"Maksud Mas?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcf7edMT33x
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe2rkbY1kIU
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUsyx67CYhQ
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSzoESs1vQx
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcxZrr9u1iV
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIAukFIqySv
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHrzt2wn2hS
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFmM7p1LQ5i
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9Lpovj93bv
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK3hG0NfDJh
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡie0twnkG80
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDQQsBjMtTZ
"Apa yang berubah?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKz7ZvubrNP
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoid3QogzOH
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6CY0wykSGR
"Trus?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡStrC77syVg
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK4ZLH7RXxy
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQEOZxwEMBj
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFRusmH0wcb
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ68WPCmG94Z
"Ya, tapi nggak buat aku..."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW4vs54l0I2
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ37fkDkXDg6
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMIPf2dQCuW
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx8dbikA7ts
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbS2gMIy6gt
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrBz26lPjnY
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAROlB44Eok
"Ya..."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZTBbaWJdLj
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwwKwvYJke6
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8E5L58UNbx
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTrrSgRxY0P
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ466jA7jOd6
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxryJLTCsGV
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡto37tvH6Gq
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSMm0BsyRg4
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvJpCYS2y0X
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmmWkNwsrju
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGfYYLfpTjc
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4aa882N0z4
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡry9XIB340c
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvEOYfuZEM7
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡksApZGcNHj
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCXIjA2B8yV
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBD7G24tCkx
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKN8mEO4wT7
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMjViTlxc5t
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsVBcITA5LF
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3GN2vcGZ1L
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdBhJvXlpbX
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWk3smCDW86
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlX7RKsA2OU
Plak!
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG2hgypXjdF
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyB0g5pRma6
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjUqZC3s9Ji
Plak!
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSP8yZ5XrIc
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaD0yqUmXIQ
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMiToSmrRcl
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU2ErsAvKlT
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWzSflrXRFD
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡngtfuv2JQn
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ65oF06JUCC
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzy9vDuMkA9
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjLbD7BdMXf
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN0WcsiYols
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUFBBK8NsU0
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXPMdFUHAWz
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaropqhQ86I
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcRXSylLlVs
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIHhYVHHgSj
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLywHNOLxCm
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRwoJVUjlgH
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcyT5WNX3NW
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa9jGjUQJzJ
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKMKtrnaN3M
Plak! Plak!
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQZ4GuXOxo7
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6fvDM9wVAc
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBau7cp6Wbe
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNRF0PgTIc7
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyLf4brOaRA
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡznbSsfVyz0
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdEMgGRffy4
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvkbvA8uuKX
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEpEyKVL9e1
Plak! Plak! Plak!
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWlRMyr1Oil
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGH2Fp2FkYW
"Emm... sakit... lepasin!"
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd0FiYFEKYK
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWoV7qlGXKm
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ71PQgAIViv
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5iLp07CmtT
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqvUi1LQ7T8
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcDUcOhOsIh
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlATY3zViu2
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM7Fk7X1cE7
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8eEqsqoXo8
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQJ9LTRDBkK
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6ums0fOjNG
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBmEsQucM62
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvCZuGhh4BD
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5D89AQw9Ma
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2JrAEZOKX0
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfDTqeNDFAa
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoTVU06UXOg
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWqXzF7Mdaa
743Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgpad0Ijxkn
