
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
719Please respect copyright.PENANAFmOPnd9q3l
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
719Please respect copyright.PENANANDtcLGP1zR
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
719Please respect copyright.PENANAg4ZJBidpsN
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
719Please respect copyright.PENANAxfCW5uVZiS
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
719Please respect copyright.PENANATgFBLVutiH
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
719Please respect copyright.PENANAvT58JzFS7S
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
719Please respect copyright.PENANAgTRkbzPlo4
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
719Please respect copyright.PENANAapzbaRNkfB
"Cantik, Ci..."
719Please respect copyright.PENANADZ9XifGLSH
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
719Please respect copyright.PENANAPA25aQcjPO
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
719Please respect copyright.PENANAIuaLKzU6AZ
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
719Please respect copyright.PENANA6ycIOmX8m9
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
719Please respect copyright.PENANATtg1NpV4MV
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
719Please respect copyright.PENANAdxegS1p3FZ
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
719Please respect copyright.PENANAzaeUSTcsZa
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
719Please respect copyright.PENANAk5KZtmJWqn
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
719Please respect copyright.PENANAUMExd5oBlz
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
719Please respect copyright.PENANArAmiRISD1S
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
719Please respect copyright.PENANA4ruTvsnqQD
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
719Please respect copyright.PENANAVXxlrURAYY
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 719Please respect copyright.PENANAsBpealplc6
719Please respect copyright.PENANATTFkHFVVSn
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
719Please respect copyright.PENANA9qclA73usY
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
719Please respect copyright.PENANA5wRm4dRbj1
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
719Please respect copyright.PENANAMH2eaFOcRM
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
719Please respect copyright.PENANAPwX04nGc3B
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
719Please respect copyright.PENANAEzahoQRKFT
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
719Please respect copyright.PENANAG65mUzZ11Q
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
719Please respect copyright.PENANAje6dYnN54R
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
719Please respect copyright.PENANAOHbBEHvE9e
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
719Please respect copyright.PENANASYms5Wissi
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
719Please respect copyright.PENANAozb0hvWMKl
"Apa ini?" kataku dalam hati.
719Please respect copyright.PENANA7wHOUOcHsm
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
719Please respect copyright.PENANAkBTxvjO3Yj
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
719Please respect copyright.PENANAL9pKFOONys
*****
719Please respect copyright.PENANAkWi3BbAHBy
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
719Please respect copyright.PENANAYZTevAJqyP
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
719Please respect copyright.PENANAE7cVfyCDBw
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
719Please respect copyright.PENANAduylRpvfAK
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
719Please respect copyright.PENANAM9qXdozp5d
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
719Please respect copyright.PENANA7FYqGzwgoe
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
719Please respect copyright.PENANAS9UnKihBkO
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
719Please respect copyright.PENANAF9tSnkaTsQ
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
719Please respect copyright.PENANANeanJFsABK
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
719Please respect copyright.PENANAwLXyi68N9c
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
719Please respect copyright.PENANAEBdgTk5NJ5
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
719Please respect copyright.PENANA5bQ9XtAfiC
******
719Please respect copyright.PENANAMgW9je7NO0
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
719Please respect copyright.PENANAbEb8HcCJyB
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
719Please respect copyright.PENANAfWeL3hnuJb
"Dek..." Akbar memanggilku.
719Please respect copyright.PENANA6vZs4vEycJ
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
719Please respect copyright.PENANA2c6rBpM5SW
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
719Please respect copyright.PENANAatbv3lsbLE
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
719Please respect copyright.PENANAgn14aHxtjU
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
719Please respect copyright.PENANAIHQXoDGN5e
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
719Please respect copyright.PENANAU1RmdeZFu1
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
719Please respect copyright.PENANAhNb1b7Upmh
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
719Please respect copyright.PENANAf6SIUauaMp
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
719Please respect copyright.PENANAoNDm4Qsvg6
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
719Please respect copyright.PENANAP4kNaO4tev
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
719Please respect copyright.PENANAJn0eIQaFcZ
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANAP4om8kdlF5
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
719Please respect copyright.PENANAcM1HxOkkvr
"Katakan saja, Mas!" kataku.
719Please respect copyright.PENANAHFh1XtSlFK
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
719Please respect copyright.PENANAJr2SAzPi9d
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
719Please respect copyright.PENANAKq4sE2M2To
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
719Please respect copyright.PENANAVCJIn2Liyu
"Maksud Mas?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANA0TLYKrbfnO
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANAgCZT4iVcXw
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
719Please respect copyright.PENANAjelwlLcxZz
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
719Please respect copyright.PENANAj2q0Xguyns
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
719Please respect copyright.PENANAKeDuGBoLfh
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
719Please respect copyright.PENANAXXevULtelt
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
719Please respect copyright.PENANAmKTcTguEBm
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
719Please respect copyright.PENANAg2zU3rPyIN
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
719Please respect copyright.PENANAVzx0kCno0F
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANAb2M5pOPmUy
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANABFEdPUPVCa
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANA70MU5yOpDz
"Apa yang berubah?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANAvk9K26PZU0
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
719Please respect copyright.PENANAqMHi5M267N
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
719Please respect copyright.PENANAq7K5qOiX1p
"Trus?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANA7g7p6qy6Xy
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
719Please respect copyright.PENANANmRRv07TKJ
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANA0hWpOYLFwX
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
719Please respect copyright.PENANA4v6UkAmNqH
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANAmbdfFsp9Av
"Ya, tapi nggak buat aku..."
719Please respect copyright.PENANAprnFc0JIrX
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
719Please respect copyright.PENANA16En58phUW
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
719Please respect copyright.PENANAwH0pECxybZ
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
719Please respect copyright.PENANA8y45rfguWG
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
719Please respect copyright.PENANAAMGRykRgnC
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
719Please respect copyright.PENANApvzQuBdgt7
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANAkzG6ikuolc
"Ya..."
719Please respect copyright.PENANA8CoKKvZxa3
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
719Please respect copyright.PENANA80OpwxQfAY
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
719Please respect copyright.PENANAGC6QgW75XC
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
719Please respect copyright.PENANAFBaRi665xn
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
719Please respect copyright.PENANAtLMYUk7p2o
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
719Please respect copyright.PENANAo7h6T9Fj0E
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
719Please respect copyright.PENANA8fVS9kiSMl
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
719Please respect copyright.PENANAnM7g1zIFwo
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
719Please respect copyright.PENANAeF2Ap2wZdX
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
719Please respect copyright.PENANAcFt7pQ8STd
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
719Please respect copyright.PENANAkRp8I4umL3
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
719Please respect copyright.PENANA3Kbscwke6J
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
719Please respect copyright.PENANAJVlXn6IMS8
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANAdE5YmEAF3o
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
719Please respect copyright.PENANAmO0XYNSK6p
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
719Please respect copyright.PENANAOtgfWD2EuB
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
719Please respect copyright.PENANAD83NDkBk6F
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
719Please respect copyright.PENANAMJ3q0v4X74
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
719Please respect copyright.PENANA2doGa0YtIx
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
719Please respect copyright.PENANA7Rdvc3aqKj
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
719Please respect copyright.PENANAJhj1rw5KwM
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
719Please respect copyright.PENANAZBrynB2wI6
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
719Please respect copyright.PENANAAg7uhJgnzE
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
719Please respect copyright.PENANAIGczAQHYPw
Plak!
719Please respect copyright.PENANAxQodK04eOX
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
719Please respect copyright.PENANAw71aFUZ2uE
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
719Please respect copyright.PENANAIUcjleWECN
Plak!
719Please respect copyright.PENANA4SgiidSN8j
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
719Please respect copyright.PENANAbuiWhbtiO4
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
719Please respect copyright.PENANA1w6AwxQj0D
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
719Please respect copyright.PENANAR1UXQ9M3AI
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
719Please respect copyright.PENANAtyDilP8o0Z
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
719Please respect copyright.PENANAAe9NUbpHc3
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
719Please respect copyright.PENANAHfd2We5blJ
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
719Please respect copyright.PENANAerqLCi13Ex
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
719Please respect copyright.PENANAnAe1xPjB02
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
719Please respect copyright.PENANAYFCzoxcCOc
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
719Please respect copyright.PENANA1baQUO8YPV
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
719Please respect copyright.PENANAwj4lyItX1p
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
719Please respect copyright.PENANAXHkXDbV9oU
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
719Please respect copyright.PENANAzDyEB3pyd9
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
719Please respect copyright.PENANAsTM4NgrR6i
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
719Please respect copyright.PENANAIEdz9ITY9s
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
719Please respect copyright.PENANAEBei4BrDCq
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
719Please respect copyright.PENANAUvVkbj55VZ
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
719Please respect copyright.PENANA9hA1AZG2Ry
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
719Please respect copyright.PENANAfXAsSelypN
Plak! Plak!
719Please respect copyright.PENANAeI1inEHk25
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
719Please respect copyright.PENANAwWw4HHexFw
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
719Please respect copyright.PENANAN0yx1xTZEW
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
719Please respect copyright.PENANA7U2k8yD9dd
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
719Please respect copyright.PENANAJ3mmTkD75c
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
719Please respect copyright.PENANAnANtHTf6Le
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
719Please respect copyright.PENANAX785wNXtWC
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
719Please respect copyright.PENANAoHOiD0HG5X
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
719Please respect copyright.PENANAkgwatehpIt
Plak! Plak! Plak!
719Please respect copyright.PENANAFbhdLqUtHn
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
719Please respect copyright.PENANAJABVn9ayfs
"Emm... sakit... lepasin!"
719Please respect copyright.PENANAglnhR7521K
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
719Please respect copyright.PENANA4Raj5dbmd5
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
719Please respect copyright.PENANAcAexkkj4qH
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
719Please respect copyright.PENANA7HK35nC5CH
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
719Please respect copyright.PENANAppS7QDuZZ3
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
719Please respect copyright.PENANAIOiI3hr7Rz
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
719Please respect copyright.PENANAPAOdV8s7Mc
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
719Please respect copyright.PENANARCISBOmqQ6
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
719Please respect copyright.PENANAFZ32nZjXBD
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
719Please respect copyright.PENANA4ieisJeWC9
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
719Please respect copyright.PENANALCyQCzoGGQ
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
719Please respect copyright.PENANAgIDvlV1a6m
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANAmQ7OkqSndA
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
719Please respect copyright.PENANA5vOY4UoABL
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
719Please respect copyright.PENANAAAcRWVYPmk
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
719Please respect copyright.PENANAK2S1a2cpPu
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
719Please respect copyright.PENANAMBLC5z3iTv
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
719Please respect copyright.PENANAttTBxIRnm8
719Please respect copyright.PENANAxwlVktpB8D