x
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC3RldEilAn
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVWGMS5He1P
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDvAQ7jdV6u
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR8Rc9L6y1V
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGJdbiAGiK7
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkKVsrfwSn4
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvIJEwcN0hm
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd3QtLfb1ZV
"Cantik, Ci..."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUZtc9CSa71
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7UAu0L01oz
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeOGs1P8oqk
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlqxoXE4WPZ
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl6gVnXCueS
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe1wpbSRO8p
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ66jwuUZcIu
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9jh4BJqlYg
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZWewh6hkEE
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0zeMcrd9Ni
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPZUoLPROgJ
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3h3RK2LkeV
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8LVgNNJPWC
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBXIRnDTOfj
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMVuDyRZyBu
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxLtd4sn0hc
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ50qp2cMuOk
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuBg7lVJLj3
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEAPTHzu6DX
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQLbg0ah9pa
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcEXFUDL5lR
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZpYu0g4SEd
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSPnTKQ44jR
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhNhBypMVHy
"Apa ini?" kataku dalam hati.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaYS9De1zJ0
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqPkFw5DzHz
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOc2IO7PNVv
*****
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVCFE3zphMD
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyZnsDywK8y
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFifNX49NW6
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEbPHVN1Bw0
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE36KP5SNMD
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGGSK7W35PI
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTod1qwzOBD
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUMjYQpeKkA
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8EvgARgqkq
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCqAoxQJthn
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYGCjzILRPO
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4wMoB51Tes
******
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL9ELfpH1Xk
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg1Og5yOoxx
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3Ox6V2appd
"Dek..." Akbar memanggilku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGIyxW83eZd
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2v42oofGMv
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTOyDGFIeRj
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsY3s1ATZR4
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjwj2nJ6TZN
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwPziXdMTcU
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡphgUzAlON2
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡav3Gc4cvdB
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNcJMynutnP
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKmSeRO7uYf
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡck2KIp8UFW
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9GBsm2aCtP
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSKNW3CqgDQ
"Katakan saja, Mas!" kataku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZEJvBTW7kp
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy0GebQLLaX
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAyGT0TR7SE
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYdM3VSyljv
"Maksud Mas?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiWp75lIkP4
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡseuGqcDGOD
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjF4hTu915g
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN65rNMWn6I
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVYcWYbk8rY
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBZvXl0h4Rv
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMlrXqJyeQu
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2X35xVPI2c
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWT5DfeFiha
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWAeIc9M0Un
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRd4AmaFdSr
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGFiCl5dsxp
"Apa yang berubah?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVZlbRRh4G7
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuEILpm7i6i
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡav6G4zik4D
"Trus?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFSxaLAFqKQ
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKTy4J5WB2T
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLKYz4EMSSV
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzpzbM7LmHC
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYQmkYvXH0d
"Ya, tapi nggak buat aku..."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqBf3DWVeyR
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFc5xaKNIq2
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNl9cUClf9T
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOm866oL4FA
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn6MatwcaSM
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmNZvG0mdmP
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡru2kXFbCqx
"Ya..."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjmCcPukbZ5
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDt1LUrlETY
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡArkKG9ayK7
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTABF73bnCC
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCkp0LeLpz5
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHAY1HaHrKE
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡllLXFJr4Mq
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡheH2ishq8S
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBVNn5go96L
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD25vbq3AJY
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhxAbG8UrI7
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyIHzXO3yb6
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjBFDXxhqCF
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTii47Q8n0k
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlfTsr9cXon
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwNaPiGTJtE
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuantLIU6dp
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsdR2TxIEVS
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm2yf24eP0A
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTEExo0inMX
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGMXfjWWFVl
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTzAyaDJSZH
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhQP86aG4Uh
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWQBgSiSQFN
Plak!
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVkurous02R
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjl7hQJ0tzK
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡB8SmhBCsZW
Plak!
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzwT8LxOQoo
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrOc9HiBEnt
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBWHwuetkq1
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuyuQm0jZa7
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNP6utnmBVg
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡup2ZN89omd
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ05niuyqfdN
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo21mlKJxsQ
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmFEyxdmT3O
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPE0z5O1hzK
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwZ0mOmT3rJ
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8fS5BxltPb
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhTK7aeyKw3
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5gcmRNRJbe
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaWAxHpaUv4
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPHjztTgEVw
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡicXTf1K4j7
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcccmWQRCVM
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBOIBzgTaTo
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡecdbpbdmoA
Plak! Plak!
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAJ1pmrdJej
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡepJ82JFqF3
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhexnLMNnb4
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFunHGM7So2
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAdxbo2TV36
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡChaoc5w2Qf
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFAuOQO5Efg
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbggmYvGBxW
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP6hGSWwZEy
Plak! Plak! Plak!
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCx2A8EKNmq
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRIEIxolCEj
"Emm... sakit... lepasin!"
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbUVpdA8tBS
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN7mfXpnd47
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpkotdqJI2R
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIUpvt2mng3
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGpDbYY1ImU
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKyI9VBD66h
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCdnKSp0bPw
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡej3CLSdlij
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEvPMRf897f
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGYLzfUdIvd
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE3N8ZcbhOL
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1DB6oKA88N
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡniftlAeu9J
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUGaPHAKzc0
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvxxVnubC3h
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiszmzBsPzO
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQGBeMbwuC6
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkgA0xcQfM4
505Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡssGDOZjiQF
