
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2139Please respect copyright.PENANAnFa6AGYoUU
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2139Please respect copyright.PENANAY4ojKzYz9q
2139Please respect copyright.PENANArK4Jkr1nGE
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2139Please respect copyright.PENANAvZAdwIlt4J
2139Please respect copyright.PENANAUJ8spsYuOm
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2139Please respect copyright.PENANAVWO3NZkoFQ
2139Please respect copyright.PENANAcRwsN6Ai1J
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2139Please respect copyright.PENANADKEi3eTWhD
2139Please respect copyright.PENANAUUavX8w7Mv
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2139Please respect copyright.PENANArYJWFREzU6
2139Please respect copyright.PENANAk9K7DABbul
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2139Please respect copyright.PENANAVhz7JQGtdT
2139Please respect copyright.PENANAoYloKVInza
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2139Please respect copyright.PENANAOkBHdHfk3C
2139Please respect copyright.PENANAJBjFrROsWQ
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2139Please respect copyright.PENANAM4CUxpxVpO
2139Please respect copyright.PENANAXIT7sxbTWN
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2139Please respect copyright.PENANAURg3mqPdd3
2139Please respect copyright.PENANA6CLqEC1mSz
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2139Please respect copyright.PENANAenlhN7AzXL
2139Please respect copyright.PENANAITyeRFRJvz
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2139Please respect copyright.PENANAZkduu4L5Vr
2139Please respect copyright.PENANAUzqhDybSW1
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2139Please respect copyright.PENANAZgNVs2KBuB
2139Please respect copyright.PENANAmAxjTQ8OPe
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2139Please respect copyright.PENANAJqN9PJv5MV
2139Please respect copyright.PENANAqVe0VQlzwH
“iya, sayang,” kata Fajar.2139Please respect copyright.PENANABulaWGLLCM
2139Please respect copyright.PENANAAiLA9abZVt
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2139Please respect copyright.PENANALXLoZGilaz
2139Please respect copyright.PENANApwZws59IrC
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2139Please respect copyright.PENANAZq7wW5ifho
2139Please respect copyright.PENANARNTwaeNTLg
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2139Please respect copyright.PENANAvCzaoGkR1C
2139Please respect copyright.PENANACpsyFAbm3X
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2139Please respect copyright.PENANAkamqlMYNy0
2139Please respect copyright.PENANA82vhcmVACx
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2139Please respect copyright.PENANAqHPa5vlHiD
2139Please respect copyright.PENANA9b2d75AKYf
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2139Please respect copyright.PENANAT1xV0dIIK3
2139Please respect copyright.PENANAr6Kl9WwuaC
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2139Please respect copyright.PENANA6an0a7wyo8
2139Please respect copyright.PENANAbC2OjJ58IL
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2139Please respect copyright.PENANA2n5YkWujXz
2139Please respect copyright.PENANAe8LkG7Cs9m
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2139Please respect copyright.PENANAaRNCxermpu
2139Please respect copyright.PENANANSGPArjM8K
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2139Please respect copyright.PENANAphdAz7udqI
2139Please respect copyright.PENANAUI1znv7Ykb
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2139Please respect copyright.PENANAnVwm518kbv
2139Please respect copyright.PENANAiIswmIziBi
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2139Please respect copyright.PENANAqUiGoiHqro
2139Please respect copyright.PENANAkHiUnOEbvV
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2139Please respect copyright.PENANApIFtee5pYg
2139Please respect copyright.PENANAlZXdcYTd7w
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2139Please respect copyright.PENANArtIMDkM3V5
2139Please respect copyright.PENANAZMl5hs3Qvd
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2139Please respect copyright.PENANA05wldatsHS
2139Please respect copyright.PENANAqlIKf3sjqh
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2139Please respect copyright.PENANAWPB3ORassm
2139Please respect copyright.PENANAu02Pe81440
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2139Please respect copyright.PENANAgwxiSCGYmg
2139Please respect copyright.PENANAOaQqAgx28X
“Ke mana?”2139Please respect copyright.PENANAXp1Pr78U2I
2139Please respect copyright.PENANALtlmtDRNrb
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2139Please respect copyright.PENANAEfalHIsfhQ
2139Please respect copyright.PENANAadUcLYnhkl
“Tante ikut aja, sih.”2139Please respect copyright.PENANArnGQt2z0JD
2139Please respect copyright.PENANAD6N0yCZ91U
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2139Please respect copyright.PENANAJexiGHed0I
2139Please respect copyright.PENANAfMGOQjNjj4
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2139Please respect copyright.PENANAN3nu9apQPC
2139Please respect copyright.PENANAxB21PINuOk
“Tan?” tanyanya lagi.2139Please respect copyright.PENANAf2zYr3g4Xn
2139Please respect copyright.PENANAnaiP2Pvo97
Aku ragu untuk menjawab iya.2139Please respect copyright.PENANAoCH3R9KtaC
2139Please respect copyright.PENANAQN9wVpIZiL
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2139Please respect copyright.PENANA6J2v7IY6u1
2139Please respect copyright.PENANAERqJusKGX2
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2139Please respect copyright.PENANAmyPV64rPSi
2139Please respect copyright.PENANABDAsQ9SSnP
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2139Please respect copyright.PENANAyexHE7HuKq
2139Please respect copyright.PENANAKyTawilPPl
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2139Please respect copyright.PENANAcEz1AQKqc2
2139Please respect copyright.PENANADPYDfBh2ru
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2139Please respect copyright.PENANAua3cgfD2Kt
2139Please respect copyright.PENANAh4TNwFSALZ
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2139Please respect copyright.PENANAEfTup13O8c
2139Please respect copyright.PENANAFCueibGyaO
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2139Please respect copyright.PENANACsb8CksByo
2139Please respect copyright.PENANAGgZOOn035P
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2139Please respect copyright.PENANAGboTuLB1UC
2139Please respect copyright.PENANAkNFbW5nys2
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2139Please respect copyright.PENANA2ZZJ9B0Iqz
2139Please respect copyright.PENANACJiyxxdhq1
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2139Please respect copyright.PENANA6A4OGwWIwe
2139Please respect copyright.PENANAXCfBDajMFD
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2139Please respect copyright.PENANAGjjioZ37lj
2139Please respect copyright.PENANAgehKYx7rv2
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2139Please respect copyright.PENANA5iBwT3E20l
2139Please respect copyright.PENANAEiJhNzgqWx
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2139Please respect copyright.PENANAptGsfStj0a
2139Please respect copyright.PENANAlfjZpjHYu7
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2139Please respect copyright.PENANAqpnYXheKcI
2139Please respect copyright.PENANAYrOm0lJw9S
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2139Please respect copyright.PENANAbuypIPDPKy
2139Please respect copyright.PENANAt9Yw1S02E7
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2139Please respect copyright.PENANAuJIvCL1mLx
2139Please respect copyright.PENANALYteJAIT2Y
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2139Please respect copyright.PENANALBe3HstRfv
2139Please respect copyright.PENANA0y3e95tNFs
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2139Please respect copyright.PENANAlDCKlT6GN6
2139Please respect copyright.PENANA34fOLPcM9d
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2139Please respect copyright.PENANAV1zKupqjnw
2139Please respect copyright.PENANAhnljRpzFph
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2139Please respect copyright.PENANAs8TI8dPjuI
2139Please respect copyright.PENANAwAFeVxccua
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2139Please respect copyright.PENANAqJCn0z8DMH
2139Please respect copyright.PENANAFuRcZCks3B
***2139Please respect copyright.PENANAGEOHyZp879
2139Please respect copyright.PENANAR7WcZIrrU2
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2139Please respect copyright.PENANAlauWmwzqZP
2139Please respect copyright.PENANABp5bTkdbs8
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2139Please respect copyright.PENANADTF3lvyuY6
2139Please respect copyright.PENANALbyi7uMj0p
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2139Please respect copyright.PENANA1ByibtQdNp
2139Please respect copyright.PENANAcdLYh1rc3e
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2139Please respect copyright.PENANADUbLQWdqFu
2139Please respect copyright.PENANAmFLjqVnGw0
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2139Please respect copyright.PENANA0IzYrIzL2u
2139Please respect copyright.PENANAkeKmfuk32y
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2139Please respect copyright.PENANAhOHM20EhM1
2139Please respect copyright.PENANAhBMteQWf6Z
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2139Please respect copyright.PENANAMBamum4Ef0
2139Please respect copyright.PENANAAPRc2X9ftZ
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2139Please respect copyright.PENANASltnvju4iB
2139Please respect copyright.PENANALUSp2630rm
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2139Please respect copyright.PENANAU9fClD2oCZ
2139Please respect copyright.PENANAThIFj9hRos
Aku menggangguk antusias.2139Please respect copyright.PENANACi9oGXw9qU
2139Please respect copyright.PENANAXyefF4LQkw
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2139Please respect copyright.PENANA6ocKG3yGDo
2139Please respect copyright.PENANAwU4BwuwRZN
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2139Please respect copyright.PENANAICfgj0XowM
2139Please respect copyright.PENANA1pKyN4HzCy
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2139Please respect copyright.PENANAdmm7814r6e
2139Please respect copyright.PENANANXL7VIup97
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2139Please respect copyright.PENANAoQ2JJRmwaU
2139Please respect copyright.PENANA86pcz4NKFs
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2139Please respect copyright.PENANAQIWGdvkall
2139Please respect copyright.PENANAPRENPIE9dO
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2139Please respect copyright.PENANAq7OdEt2b9b
2139Please respect copyright.PENANAQ8RDsoxmcG
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2139Please respect copyright.PENANA40ljGvGnQB
2139Please respect copyright.PENANAODdrYD86RS
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2139Please respect copyright.PENANAjeESxbAOEd
2139Please respect copyright.PENANAt9DU2Me758
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2139Please respect copyright.PENANApkIayPeeR8
2139Please respect copyright.PENANA0tjcIdJeJp
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2139Please respect copyright.PENANAMIwcwzMrju
2139Please respect copyright.PENANADO3BdjlKZd
“Kenapa?” tanyaku.2139Please respect copyright.PENANAXiTnZy9fan
2139Please respect copyright.PENANAlLi1BITbNV
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2139Please respect copyright.PENANAC5DvdXF8gE
2139Please respect copyright.PENANAuUh6F7m9pG
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2139Please respect copyright.PENANAsirRAtfB6f
2139Please respect copyright.PENANAz9A54BuOGs
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2139Please respect copyright.PENANAc4q4DYaXBd
2139Please respect copyright.PENANAMZY0ewpuSC
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2139Please respect copyright.PENANAldgOT47az8
2139Please respect copyright.PENANAPq2np9lO8Q
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2139Please respect copyright.PENANAknnPQuN6Cl
2139Please respect copyright.PENANAAfqLBlG5iI
***2139Please respect copyright.PENANAkj9DqL4Iyb
2139Please respect copyright.PENANAemdpmTFfz0
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2139Please respect copyright.PENANA80tEl4vLCA
2139Please respect copyright.PENANAW0yFCvwJ6F
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2139Please respect copyright.PENANAnLtDN6NTsM
2139Please respect copyright.PENANAk074t3ZiZ1
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2139Please respect copyright.PENANAeLtpKAat8T
2139Please respect copyright.PENANAa3nB6k6cIo
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2139Please respect copyright.PENANAWxQxbcRJIC
2139Please respect copyright.PENANAJvYZigA93m
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2139Please respect copyright.PENANAFe6DAIQCA2
2139Please respect copyright.PENANAmzr4SpMf5F
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2139Please respect copyright.PENANAB75ss5JVHt
2139Please respect copyright.PENANAK0wirfpc54
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2139Please respect copyright.PENANAqRCC8zSTmV
2139Please respect copyright.PENANAc0mPoVaM1A
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2139Please respect copyright.PENANAWqpULe2qPy
2139Please respect copyright.PENANACkGmpZrSII
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2139Please respect copyright.PENANAn6F2CwD2rm
2139Please respect copyright.PENANASq61qXUtlF
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2139Please respect copyright.PENANAMre7VCMdIq
2139Please respect copyright.PENANAwID1g3hOkd
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2139Please respect copyright.PENANAKQAicjkI3C
2139Please respect copyright.PENANA3mBRyUlkoM
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2139Please respect copyright.PENANAgVZhV7eMfC
2139Please respect copyright.PENANAq22Zp06R6a
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2139Please respect copyright.PENANAPqCVKHJ8Sg
2139Please respect copyright.PENANAxagUucTpqf
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2139Please respect copyright.PENANAIPQ4ZkES48
2139Please respect copyright.PENANAsjGUyLqYJN
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2139Please respect copyright.PENANANFsJRwkTBl
2139Please respect copyright.PENANA1oeG6eOdRA
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2139Please respect copyright.PENANAbu1irfcIGy
2139Please respect copyright.PENANABAJtBNhOeT
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2139Please respect copyright.PENANALKlUgYeSEF
2139Please respect copyright.PENANAh0Z8y2wpMV
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2139Please respect copyright.PENANAvm6p5fIOr8
2139Please respect copyright.PENANAtkcUUngN0J
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2139Please respect copyright.PENANAyC07A6I77n
2139Please respect copyright.PENANA0FtvDelj33
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2139Please respect copyright.PENANA4bJVmtZA48
2139Please respect copyright.PENANArZXSMJEliL
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2139Please respect copyright.PENANA9DtcjNliDs
2139Please respect copyright.PENANAKtKN6Z9ABw
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2139Please respect copyright.PENANAjsc9aTSQJd
2139Please respect copyright.PENANAz2AX9PoWMj
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2139Please respect copyright.PENANAlMnT1pUS3T
2139Please respect copyright.PENANAROnW1fsvrk
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2139Please respect copyright.PENANAVyI0EmHkem
2139Please respect copyright.PENANAJvG9xF3VBt
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2139Please respect copyright.PENANA8WQtDCYAWD
2139Please respect copyright.PENANAgwOXS0kxyX
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2139Please respect copyright.PENANAaHiqB94Wqh
2139Please respect copyright.PENANACBfPgqLTMq
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2139Please respect copyright.PENANAFFjXdh9x4E
2139Please respect copyright.PENANAjJ8aDMY7Nq
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2139Please respect copyright.PENANAuQZ5qywwfg
2139Please respect copyright.PENANADykygujCqF
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2139Please respect copyright.PENANAkKGk5rJIRM
2139Please respect copyright.PENANAQQ2lxkdNAb
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2139Please respect copyright.PENANAr6BJ6kVulo
2139Please respect copyright.PENANAvPzI2YlOrN
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2139Please respect copyright.PENANAqEqss5O27k
2139Please respect copyright.PENANAPOqv4rCBCS
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2139Please respect copyright.PENANA8wccBGtEZX
2139Please respect copyright.PENANAyKlksHXOsA
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2139Please respect copyright.PENANAlWSrYoPtBV
2139Please respect copyright.PENANAHrFzItal3F
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2139Please respect copyright.PENANAknqDUfc2GS
2139Please respect copyright.PENANAN4CdkOib0o
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2139Please respect copyright.PENANAUCSiiJLHaN
2139Please respect copyright.PENANAs0r7I569HD
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2139Please respect copyright.PENANAq2l3dw5ERk
2139Please respect copyright.PENANAjSePq6eDSs
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2139Please respect copyright.PENANAWRdHhpbg4t
2139Please respect copyright.PENANA8IoJEoRt1J
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2139Please respect copyright.PENANAQMiDQMvr9T
2139Please respect copyright.PENANADMhOoh51Ib
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2139Please respect copyright.PENANAxJo0ic587C
2139Please respect copyright.PENANA6FG6COLl4B
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2139Please respect copyright.PENANAMJNon9PK9A
2139Please respect copyright.PENANAghGLzts81l
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2139Please respect copyright.PENANA1C8Nei8IJA
2139Please respect copyright.PENANAk473Z2rXz1
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2139Please respect copyright.PENANAnqGgGdjCGV
2139Please respect copyright.PENANA7IOX77qKY7
***2139Please respect copyright.PENANAaDA5ngo3BY
2139Please respect copyright.PENANASyLxIzq719
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2139Please respect copyright.PENANA3ASVxWpxqG
2139Please respect copyright.PENANA2XZgNUI3yl
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2139Please respect copyright.PENANALAiteKLQqN
2139Please respect copyright.PENANAx0n48T6Jue
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2139Please respect copyright.PENANAeqyvtJA112
2139Please respect copyright.PENANAvBbVfd0zpw
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2139Please respect copyright.PENANAOSzBB1C0Pf
2139Please respect copyright.PENANA1sJv38ulzM
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2139Please respect copyright.PENANAYbLGukz7yn
2139Please respect copyright.PENANA5sQVy1deo7
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2139Please respect copyright.PENANAZ2my4zrUtz
2139Please respect copyright.PENANAkNmXjz8xtP
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2139Please respect copyright.PENANAPtETgRoLDL
2139Please respect copyright.PENANAaWvv33O70p
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2139Please respect copyright.PENANAzg6vDspY3V
2139Please respect copyright.PENANA5kJYgZLWMD
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2139Please respect copyright.PENANA44FlRIC8DB
2139Please respect copyright.PENANA1CU84ddbWt
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2139Please respect copyright.PENANAA20WiqYkV7
2139Please respect copyright.PENANAGNhpxOUTTW
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2139Please respect copyright.PENANAfRVgBislH4
2139Please respect copyright.PENANAmy1DA14hBw
“Perlengkapan buat piknik.”2139Please respect copyright.PENANAuKgD65cva5
2139Please respect copyright.PENANA9gmpXAVoG7
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2139Please respect copyright.PENANAv6kyxElIac
2139Please respect copyright.PENANAhU1IsXmeZC
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2139Please respect copyright.PENANAguwdPn1ngH
2139Please respect copyright.PENANAGcapSTu0LL
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2139Please respect copyright.PENANAswc8Bzsnlo
2139Please respect copyright.PENANAdKPIPBHd7k
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2139Please respect copyright.PENANAg5jV2fKjP6
2139Please respect copyright.PENANAiDwsB1VuOp
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2139Please respect copyright.PENANAkjX6WM2hqA
2139Please respect copyright.PENANAsKzmBj5oRg
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2139Please respect copyright.PENANAtdSyASxHyh
2139Please respect copyright.PENANAm6FcRcDJ3o
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2139Please respect copyright.PENANAlNrTnzoF0f
2139Please respect copyright.PENANAw2i7AOOPBN
“Kamu excited banget, Jar.”2139Please respect copyright.PENANAs00Q7uvUVs
2139Please respect copyright.PENANAmeXgjVFFln
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2139Please respect copyright.PENANAjfIe7Uj2ev
2139Please respect copyright.PENANA8bNg3NIoLC
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2139Please respect copyright.PENANAzvlAl8ugUb
2139Please respect copyright.PENANAYDYuhfplbS
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2139Please respect copyright.PENANA7JpGxfZnL4
2139Please respect copyright.PENANAeAKV033web
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2139Please respect copyright.PENANA82FFXOhmRa
2139Please respect copyright.PENANAVMdADrCC9r
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2139Please respect copyright.PENANADpU7dQeKoB
2139Please respect copyright.PENANAFA5JCGYn2N
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2139Please respect copyright.PENANAQA0768CDAH
2139Please respect copyright.PENANAUVpKBpqJJU
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2139Please respect copyright.PENANAq6KBgithLc
2139Please respect copyright.PENANAboWfqZIPXW
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2139Please respect copyright.PENANAaf7ejN04lP
2139Please respect copyright.PENANA0O1DIWCUPI
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2139Please respect copyright.PENANAMLGWEgT4sn
2139Please respect copyright.PENANAGjqhfC1mZL
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2139Please respect copyright.PENANAIIYyS4VVSz
2139Please respect copyright.PENANAZuyZp5lT86
“Assamulaikum, bi,” kataku.2139Please respect copyright.PENANA29HqSsoXC5
2139Please respect copyright.PENANAT9eCM8vKV4
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2139Please respect copyright.PENANAm9oRfBdpd8
2139Please respect copyright.PENANAu1PEYXFxQO
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2139Please respect copyright.PENANAqyMUIllFZQ
2139Please respect copyright.PENANAn3LHmewbOB
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2139Please respect copyright.PENANAJPCBLAUMxp
2139Please respect copyright.PENANAYUyD3YngIf
“Umi kenapa?”2139Please respect copyright.PENANAvGS0BcHDyx
2139Please respect copyright.PENANAAv9tjpPY75
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2139Please respect copyright.PENANAVcBp9nUXfo
2139Please respect copyright.PENANAtG74T6YRZe
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2139Please respect copyright.PENANAqWHPTbj5C7
2139Please respect copyright.PENANAe8XpKbdqiS
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2139Please respect copyright.PENANAt999FMJgOI
2139Please respect copyright.PENANAZcxzB2NVTz
“Iya, bi,” jawabku singkat.2139Please respect copyright.PENANAWz20JMdZGr
2139Please respect copyright.PENANAYndUEnQY7E
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2139Please respect copyright.PENANAtnsu5wmXWp
2139Please respect copyright.PENANAfndcasEY5e
“Terserah, bi.”2139Please respect copyright.PENANAbpTEhLclEW
2139Please respect copyright.PENANAAIBQtEP90t
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2139Please respect copyright.PENANArAQKA5tH4p
2139Please respect copyright.PENANAQ1EH5ekXKD
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2139Please respect copyright.PENANALApWlOHcBn
2139Please respect copyright.PENANAMgELKQBbJz
“Umi?”2139Please respect copyright.PENANAM9X64P0XVi
2139Please respect copyright.PENANAdjCBIFKuSd
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2139Please respect copyright.PENANABI27IeE6aW
Bersambung.
ns3.145.68.176da2