
#2 Perspektif2573Please respect copyright.PENANAuKjY206UFm
2573Please respect copyright.PENANACLLiUWRhJM
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.2573Please respect copyright.PENANAQOOGEq2sAN
2573Please respect copyright.PENANA2Gluj5QnRF
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”2573Please respect copyright.PENANAXV6FGwWB5C
2573Please respect copyright.PENANATNfBp1FWD3
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.2573Please respect copyright.PENANAP3UX7YspMM
2573Please respect copyright.PENANAPzK3WGr3Oi
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.2573Please respect copyright.PENANAEiGhca4DAk
2573Please respect copyright.PENANAqx74uxlUFa
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.2573Please respect copyright.PENANAALSO2a94Fh
2573Please respect copyright.PENANAxH1ejSsO9u
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.2573Please respect copyright.PENANAQQpwOpoOzV
2573Please respect copyright.PENANAuFR19eciJR
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.2573Please respect copyright.PENANAjphRioGHzJ
2573Please respect copyright.PENANAbxgnsqbhSZ
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.2573Please respect copyright.PENANA3if6NwyW3b
2573Please respect copyright.PENANAnsjBI3DCKA
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.2573Please respect copyright.PENANAlYdVTxc8Qr
2573Please respect copyright.PENANALZ9iaIhYBo
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.2573Please respect copyright.PENANAByni35mdun
2573Please respect copyright.PENANAqo6E3GtVBx
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.2573Please respect copyright.PENANABCkyi4wivU
2573Please respect copyright.PENANASd4rngPr7q
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.2573Please respect copyright.PENANASdfEklk9Oy
2573Please respect copyright.PENANARhjmKK721P
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.2573Please respect copyright.PENANAzCPUiSxYPg
2573Please respect copyright.PENANANUN0lHqWUw
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.2573Please respect copyright.PENANAw9rUKwrMif
2573Please respect copyright.PENANAWKEtizDBSM
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.2573Please respect copyright.PENANAwVxW7qQo96
2573Please respect copyright.PENANA2fh8z6PNSZ
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.2573Please respect copyright.PENANAQstsUipezw
2573Please respect copyright.PENANA8PimznCuwd
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”2573Please respect copyright.PENANAjehoK5oepp
2573Please respect copyright.PENANAmur0G0E409
“Dia jaga stand buku.”.2573Please respect copyright.PENANAQqRszwsYvP
2573Please respect copyright.PENANAHCrZ8OeM6E
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.2573Please respect copyright.PENANAhqTLNOB5yZ
2573Please respect copyright.PENANAR4zWyDooYq
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.2573Please respect copyright.PENANAYBbPWapklM
2573Please respect copyright.PENANAT2tfAIHhsH
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.2573Please respect copyright.PENANAc0yKShE3xs
2573Please respect copyright.PENANAdI4uKIdD1I
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”2573Please respect copyright.PENANA6dC4Gtf3rf
2573Please respect copyright.PENANAKYEn0JpsTE
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”2573Please respect copyright.PENANAgu6mijjdS6
2573Please respect copyright.PENANAQPf5vn1cGF
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.2573Please respect copyright.PENANAHg5DytwrSY
2573Please respect copyright.PENANAESRDOPaZOA
“Gratis, om.” Tolak Fajar.2573Please respect copyright.PENANA4886J79HLG
2573Please respect copyright.PENANAqjYVR2NeL7
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.2573Please respect copyright.PENANAvx68kaudV2
2573Please respect copyright.PENANASsD0DamzEi
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”2573Please respect copyright.PENANAK4UIO0XB0W
2573Please respect copyright.PENANAgtpImN9VSY
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.2573Please respect copyright.PENANAjkh4wLIi2p
2573Please respect copyright.PENANA4PS9SIezpi
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.2573Please respect copyright.PENANA3JUeRzdT6r
2573Please respect copyright.PENANASZfGlrZ8xQ
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.2573Please respect copyright.PENANAD31iGu0jUM
2573Please respect copyright.PENANAy9D9aXCFQR
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.2573Please respect copyright.PENANANnB3mT6kiC
2573Please respect copyright.PENANANP8BLB99rr
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.2573Please respect copyright.PENANA5ynU6WAjPw
2573Please respect copyright.PENANAHySxZv8y8z
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.2573Please respect copyright.PENANAEY3qTTmtf2
2573Please respect copyright.PENANARYXJJKSZ3L
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2573Please respect copyright.PENANAX7hbmY8dJK
2573Please respect copyright.PENANAXfR8Frgjk9
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.2573Please respect copyright.PENANAYFCUyWwUIv
2573Please respect copyright.PENANA8i8b7I4F4w
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”2573Please respect copyright.PENANAMFMnL3J0KM
2573Please respect copyright.PENANA3MxirXEVqA
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.2573Please respect copyright.PENANAxlubmrR2tf
2573Please respect copyright.PENANAEUfDFyRq0e
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.2573Please respect copyright.PENANArB9YF1tczV
2573Please respect copyright.PENANAmiF2Oc04Jy
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.2573Please respect copyright.PENANAeEG8gwmOQd
2573Please respect copyright.PENANA9Sy6nUBCR7
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.2573Please respect copyright.PENANAKhhXWGWDs3
2573Please respect copyright.PENANAa46JUyCGmJ
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”2573Please respect copyright.PENANAmBcqjQD4Fk
2573Please respect copyright.PENANAWR8bsm6WHJ
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.2573Please respect copyright.PENANAyW4M6dAtrV
2573Please respect copyright.PENANASBumKYIlJt
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.2573Please respect copyright.PENANAGX9KEe7ajk
2573Please respect copyright.PENANALPVJdZ2Czy
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”2573Please respect copyright.PENANASI8mmKwieY
2573Please respect copyright.PENANATTcTJ9LLy2
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.2573Please respect copyright.PENANARMPKzW8vSf
2573Please respect copyright.PENANAkgxAHy8Oxb
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.2573Please respect copyright.PENANABfklhOvtQp
2573Please respect copyright.PENANADaJmDANpTW
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.2573Please respect copyright.PENANALeK3wcrl13
2573Please respect copyright.PENANACnqBnkgbGF
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”2573Please respect copyright.PENANAVb68Xew4Rt
2573Please respect copyright.PENANAAmp62uyCVD
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.2573Please respect copyright.PENANA0WstE4t86T
2573Please respect copyright.PENANAMtNOGfvX5o
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.2573Please respect copyright.PENANAZXF1emjlXV
2573Please respect copyright.PENANAuWKFuyZcv9
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.2573Please respect copyright.PENANAWymx0LgtMd
2573Please respect copyright.PENANAiskjQ9yYnT
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.2573Please respect copyright.PENANA8mX5XE84NG
2573Please respect copyright.PENANADU0YKlEGiE
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”2573Please respect copyright.PENANAh05TNdauMs
2573Please respect copyright.PENANA6G6Fjzo481
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.2573Please respect copyright.PENANAvdZxco0yI8
2573Please respect copyright.PENANAibvZk4hHZR
***2573Please respect copyright.PENANAMa01AQPzC6
2573Please respect copyright.PENANAL9lPeXMy8h
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.2573Please respect copyright.PENANAKwgmVumrmm
2573Please respect copyright.PENANAoCyBUuyVRD
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.2573Please respect copyright.PENANA9mg4H65HaJ
2573Please respect copyright.PENANA8FiP7f8kh2
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.2573Please respect copyright.PENANAQaX1Oe2cC7
2573Please respect copyright.PENANAarm8RKkVDF
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”2573Please respect copyright.PENANAD1wJfBF1ah
2573Please respect copyright.PENANAorN9PIlZ9V
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.2573Please respect copyright.PENANA1NTjdEnn9G
2573Please respect copyright.PENANAwLOgGahqoq
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.2573Please respect copyright.PENANAahGfBewS2f
2573Please respect copyright.PENANAydT0NlZVzC
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.2573Please respect copyright.PENANANqRbOk2Shp
2573Please respect copyright.PENANAiB3MOekhgu
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.2573Please respect copyright.PENANA08quo14IkE
2573Please respect copyright.PENANAns6Mvi9Lk7
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.2573Please respect copyright.PENANAJpCIcK2vEd
2573Please respect copyright.PENANAg254uuAEu0
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.2573Please respect copyright.PENANAqs78iYodLe
2573Please respect copyright.PENANAdPxx8FaIzv
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”2573Please respect copyright.PENANACSHAjXtZfr
2573Please respect copyright.PENANAYiIr9YH68l
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.2573Please respect copyright.PENANAU0uF4P18nC
2573Please respect copyright.PENANAr5my9dyJH6
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.2573Please respect copyright.PENANAUSkX5M1joj
2573Please respect copyright.PENANAFw4fkvTqSC
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.2573Please respect copyright.PENANAY7WS1XIXfj
2573Please respect copyright.PENANAc8mM09DdKO
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.2573Please respect copyright.PENANAAUEMmZhNxO
2573Please respect copyright.PENANAj79f5W0K1A
***2573Please respect copyright.PENANAQFOFWNbTQl
2573Please respect copyright.PENANAuwfsyd6C6I
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.2573Please respect copyright.PENANAGNe0OXBiqf
2573Please respect copyright.PENANAeis6HA8jzw
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.2573Please respect copyright.PENANAVoGGEC8gOE
2573Please respect copyright.PENANAPoDPm6bKw4
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”2573Please respect copyright.PENANAnI84hvoqgU
2573Please respect copyright.PENANAwRCItIooBH
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”2573Please respect copyright.PENANA6eQnLUZ0Iq
2573Please respect copyright.PENANAP8LD9jAoWX
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.2573Please respect copyright.PENANAyvyYdqQy5M
2573Please respect copyright.PENANA0kdeLNYNUk
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.2573Please respect copyright.PENANA6fnf9lIPUZ
2573Please respect copyright.PENANASZImN6N6mT
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.2573Please respect copyright.PENANAbUgSfYSoE5
2573Please respect copyright.PENANAnKhjXJnXI2
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.2573Please respect copyright.PENANAFpt2J5R6nF
2573Please respect copyright.PENANAb71acog5QW
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.2573Please respect copyright.PENANAfAfXxxpOz3
2573Please respect copyright.PENANAciDSjHuxas
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.2573Please respect copyright.PENANAigqHMIk4s3
2573Please respect copyright.PENANAQ35VSJmFkc
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.2573Please respect copyright.PENANAyVOwMdWKck
2573Please respect copyright.PENANAtWm4UGJ8Sy
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”2573Please respect copyright.PENANA5a2pMgmzpw
2573Please respect copyright.PENANArvG83B9HIv
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”2573Please respect copyright.PENANAVqhfl9egTc
2573Please respect copyright.PENANAexZmFET9Xc
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.2573Please respect copyright.PENANAat7MSkazxW
2573Please respect copyright.PENANArr76eyELD2
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”2573Please respect copyright.PENANAvGOX1TBEMM
2573Please respect copyright.PENANAijS1ibH6n8
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”2573Please respect copyright.PENANArJHYRe7YB2
2573Please respect copyright.PENANAqSlE0z2Hq8
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”2573Please respect copyright.PENANALJL6uwsitT
2573Please respect copyright.PENANAPF5Bhwghqe
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”2573Please respect copyright.PENANAuZNjDeUH7Q
2573Please respect copyright.PENANAiZ6fEJ5a3z
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.2573Please respect copyright.PENANAv5VMaAWgKF
2573Please respect copyright.PENANAMMHsNT62Zc
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”2573Please respect copyright.PENANA9x49D0sqG4
2573Please respect copyright.PENANAFWmdVPbqVX
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.2573Please respect copyright.PENANAiXA03PZXNn
2573Please respect copyright.PENANAzUviGv2cUa
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.2573Please respect copyright.PENANA9aSHhwAbYj
2573Please respect copyright.PENANAyznENdT3vH
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”2573Please respect copyright.PENANA1FxcqtJz00
2573Please respect copyright.PENANArvpMmjH0ck
“Umi penasaran doang,” kataku.2573Please respect copyright.PENANAIbhfqMN7YK
2573Please respect copyright.PENANAA78xo0bGQv
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”2573Please respect copyright.PENANAwbX1dNM6Ed
2573Please respect copyright.PENANAkZaf4BPVIW
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.2573Please respect copyright.PENANAeqtyhuohP7
2573Please respect copyright.PENANAIGt2IawtB5
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.2573Please respect copyright.PENANAeurLKdXSUx
2573Please respect copyright.PENANAZt5HjmE0kw
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.2573Please respect copyright.PENANAQZyz6LwoEJ
2573Please respect copyright.PENANAIh2xAQfNzm
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.2573Please respect copyright.PENANAfMEyFe8xEd
2573Please respect copyright.PENANAdCtNf3O3a2
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”2573Please respect copyright.PENANAaQnN17lEui
2573Please respect copyright.PENANA0O78D0Wl9P
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”2573Please respect copyright.PENANAP52WHy6U2M
2573Please respect copyright.PENANAGgfCgU6jUy
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”2573Please respect copyright.PENANAki5C1oo6rI
2573Please respect copyright.PENANANm174cCcwC
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.2573Please respect copyright.PENANAYI3XfGs0nI
2573Please respect copyright.PENANAo1yfDAw974
***2573Please respect copyright.PENANAUwbOfK3Rsg
2573Please respect copyright.PENANA0KIVhGZpms
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.2573Please respect copyright.PENANAGxyUJAAEy6
2573Please respect copyright.PENANAsplJCwr9i3
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.2573Please respect copyright.PENANA8VFCUWr5Ji
2573Please respect copyright.PENANAviZyEWHSbU
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.2573Please respect copyright.PENANAhOZH7XTFr4
2573Please respect copyright.PENANAkLTUEMfVuk
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.2573Please respect copyright.PENANAqmxLDcZooq
2573Please respect copyright.PENANAZ8eBLMwgcK
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.2573Please respect copyright.PENANANtnKguyU8N
2573Please respect copyright.PENANAGtV6NrP0Bo
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.2573Please respect copyright.PENANAz8Pd8DE1jZ
2573Please respect copyright.PENANAL0TigJdnG3
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.2573Please respect copyright.PENANARTwaCYglHa
2573Please respect copyright.PENANAjrv9EnxgCo
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.2573Please respect copyright.PENANAyMNnxHgGV0
2573Please respect copyright.PENANAZbBe7bgw5F
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.2573Please respect copyright.PENANAE7HieTnVOH
2573Please respect copyright.PENANA8TDI4p3ioI
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”2573Please respect copyright.PENANAwG21wOI7x5
2573Please respect copyright.PENANAVoZtjvnWVD
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.2573Please respect copyright.PENANAy0UosyXfpv
2573Please respect copyright.PENANAJ4YRMW3m5Q
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.2573Please respect copyright.PENANAkfNtCR5GjD
2573Please respect copyright.PENANAfXTSSmAPcg
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.2573Please respect copyright.PENANAcIrCOo83MZ
2573Please respect copyright.PENANAUZhoG4vDGB
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”2573Please respect copyright.PENANAKTZSA1G7uL
2573Please respect copyright.PENANAvtVNQWBa3Y
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”2573Please respect copyright.PENANAiciEDL3Me0
2573Please respect copyright.PENANAX79hYK6i8l
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.2573Please respect copyright.PENANAY7w2JQXccv
2573Please respect copyright.PENANAPNKBKFCPQ5
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.2573Please respect copyright.PENANAMjIkPFgaIN
2573Please respect copyright.PENANAFnz6WvoOY1
“Tante cemburu?” dia menoleh.2573Please respect copyright.PENANA3vwklZyZD1
2573Please respect copyright.PENANAAmRnfijwaN
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.2573Please respect copyright.PENANA8xADo5C0UG
2573Please respect copyright.PENANAIq6sB28hAY
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.2573Please respect copyright.PENANA2Gou4B73YO
2573Please respect copyright.PENANAzVTNooMpOC
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.2573Please respect copyright.PENANAQgB0v5FWtE
2573Please respect copyright.PENANAJvTw5x3RSV
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.2573Please respect copyright.PENANAFww6ndrtEW
2573Please respect copyright.PENANA3gJqkBlH8T
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”2573Please respect copyright.PENANApDxAjCJ20R
2573Please respect copyright.PENANAuCp1GYpBuL
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.2573Please respect copyright.PENANAnbiLUpTV8q
2573Please respect copyright.PENANA9oaANkcxeZ
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”2573Please respect copyright.PENANAm2L9zGHt8I
2573Please respect copyright.PENANAMVC1vFfMmD
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.2573Please respect copyright.PENANAPGpYwMzafH
2573Please respect copyright.PENANAlDTBmBtzvM
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”2573Please respect copyright.PENANA3rjKidPKNO
2573Please respect copyright.PENANA9jIZvYcnY8
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.2573Please respect copyright.PENANAuN3TnQPspx
2573Please respect copyright.PENANAS9W62sd8op
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.2573Please respect copyright.PENANAKvr61sdmxf
2573Please respect copyright.PENANAGoQmYN7dqb
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.2573Please respect copyright.PENANAfwVH2qGPpg
2573Please respect copyright.PENANAx5tci3gPyp
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.2573Please respect copyright.PENANAUgWDtVFZyp
2573Please respect copyright.PENANAH1kRcF0Lon
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.2573Please respect copyright.PENANAlb0TNk2Uri
2573Please respect copyright.PENANAN654HG46OR
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.2573Please respect copyright.PENANAs65Ur5tIq5
2573Please respect copyright.PENANAyYYCLaE90E
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.2573Please respect copyright.PENANA43BIg22WyO
2573Please respect copyright.PENANACATsbprJNX
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.2573Please respect copyright.PENANAGQ8zNpfdUZ
2573Please respect copyright.PENANAnLRJn4RlW1
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?2573Please respect copyright.PENANAgeKLLl9nMp
2573Please respect copyright.PENANAsUvlCmMi1o
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.2573Please respect copyright.PENANApdtvXOgMWP
2573Please respect copyright.PENANAjzyFMbl6HE
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.2573Please respect copyright.PENANAyOAfEv07kp
2573Please respect copyright.PENANAkm5bjw0qv1
***2573Please respect copyright.PENANAleFFQXa4lB
2573Please respect copyright.PENANA9XE8at16v5
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.2573Please respect copyright.PENANA91z0s7hw0l
2573Please respect copyright.PENANAsmfoKp770N
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.2573Please respect copyright.PENANAPnLdIXqtfr
2573Please respect copyright.PENANA23f5R60gf6
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.2573Please respect copyright.PENANAYEB2svZgMf
2573Please respect copyright.PENANAdnjIJ72yCT
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.2573Please respect copyright.PENANAaR8OJxuHqN
2573Please respect copyright.PENANAbpbEn055r1
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.2573Please respect copyright.PENANAHsKnYa4Y4v
2573Please respect copyright.PENANAZQ4Hr2HIqk
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.2573Please respect copyright.PENANARkevvtdzhz
2573Please respect copyright.PENANAm0yfM3koLU
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.2573Please respect copyright.PENANAzblRIo7yPy
2573Please respect copyright.PENANALvgr9vTv3g
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.2573Please respect copyright.PENANA5cR1FqxiZs
2573Please respect copyright.PENANALKVFr6mFd6
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.2573Please respect copyright.PENANAHh9kpC8Mq6
2573Please respect copyright.PENANA427LMefpmK
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.2573Please respect copyright.PENANABnHijrV3Va
2573Please respect copyright.PENANA6hoRmH8Hei
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.2573Please respect copyright.PENANAuqaF5blZq4
2573Please respect copyright.PENANATqAO7a8yyX
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.2573Please respect copyright.PENANAT3jZjbcOvs
2573Please respect copyright.PENANAQIVY3UlDzY
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.2573Please respect copyright.PENANAk77H2PBO9G
2573Please respect copyright.PENANA8ONsSDQDsr
Aku menggelang.2573Please respect copyright.PENANAZWJVxVhToH
2573Please respect copyright.PENANANTNRcbnQri
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”2573Please respect copyright.PENANAL2RmZfpZ1a
2573Please respect copyright.PENANAddk6Wg0fzR
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”2573Please respect copyright.PENANAbOvq3cYme5
2573Please respect copyright.PENANArFuqdKMtCN
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.2573Please respect copyright.PENANA9PVaox4r4u
2573Please respect copyright.PENANABjHkiSiBM4
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.2573Please respect copyright.PENANAZ7nMPxVSHd
2573Please respect copyright.PENANAYZ1dAPLji8
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,2573Please respect copyright.PENANAfbeNe5claC
2573Please respect copyright.PENANAt8MNm72ZAN
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
2573Please respect copyright.PENANAI89B70pI77