
#2 Perspektif2518Please respect copyright.PENANAP5hwJ8WiWB
2518Please respect copyright.PENANAWojE8ohNJn
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.2518Please respect copyright.PENANAxMM8mnXfxw
2518Please respect copyright.PENANAyEINMognOF
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”2518Please respect copyright.PENANAzkAUxTyZ2D
2518Please respect copyright.PENANAfyBsrYRPbo
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.2518Please respect copyright.PENANA5iLFPuWX0A
2518Please respect copyright.PENANAiOMXQOFR7R
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.2518Please respect copyright.PENANAICUK2oVAaV
2518Please respect copyright.PENANAq9TvZ2cmLE
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.2518Please respect copyright.PENANAW7VLWtH12Q
2518Please respect copyright.PENANA1Yj0u3fAEY
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.2518Please respect copyright.PENANAgDBukP9qVa
2518Please respect copyright.PENANAqZzWkWTBXl
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.2518Please respect copyright.PENANAjMyoG8avue
2518Please respect copyright.PENANAsKDe9iYfVf
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.2518Please respect copyright.PENANAUZBYO1Ww6j
2518Please respect copyright.PENANAIYFgLxW58H
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.2518Please respect copyright.PENANAMFYuYdLV46
2518Please respect copyright.PENANA5aI8oyuPno
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.2518Please respect copyright.PENANAY5bZrhF3NB
2518Please respect copyright.PENANAJ60hXGALm3
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.2518Please respect copyright.PENANAYbkKPwDmRV
2518Please respect copyright.PENANAYIpazlOFCl
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.2518Please respect copyright.PENANAaOmQ7VESjD
2518Please respect copyright.PENANA2Zf8JRdyG4
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.2518Please respect copyright.PENANAKC5LI1nACO
2518Please respect copyright.PENANASLfW1BJbLs
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.2518Please respect copyright.PENANAHWgELRUvkI
2518Please respect copyright.PENANA0b1GhgVX1E
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.2518Please respect copyright.PENANAUElt5A3L9C
2518Please respect copyright.PENANA7zcZqi4mhs
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.2518Please respect copyright.PENANARXpNNS5piP
2518Please respect copyright.PENANANpbGgVKq99
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”2518Please respect copyright.PENANArmU1is2Lbo
2518Please respect copyright.PENANADtr7VHblfN
“Dia jaga stand buku.”.2518Please respect copyright.PENANA4Dzee7owGe
2518Please respect copyright.PENANAjTCXWEBKsK
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.2518Please respect copyright.PENANAQ6rRPqccuL
2518Please respect copyright.PENANAg8H0oaTfoC
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.2518Please respect copyright.PENANArhSOMLimJf
2518Please respect copyright.PENANA9uKA5LWQOO
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.2518Please respect copyright.PENANAxlHFohXPU1
2518Please respect copyright.PENANAKHhaKhZuqV
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”2518Please respect copyright.PENANAgds21FQH8R
2518Please respect copyright.PENANA80A0urZv0c
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”2518Please respect copyright.PENANAFVw7kWl23L
2518Please respect copyright.PENANAs4nHP6ajcS
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.2518Please respect copyright.PENANAMMJeAGZvHx
2518Please respect copyright.PENANAzFuDDiMnrm
“Gratis, om.” Tolak Fajar.2518Please respect copyright.PENANAi6HT3Qxlj2
2518Please respect copyright.PENANAjV1jensfQM
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.2518Please respect copyright.PENANAYjgoPngxxk
2518Please respect copyright.PENANAqVpeaf1qei
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”2518Please respect copyright.PENANAy30S5FGQxV
2518Please respect copyright.PENANATCXvMJzQZn
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.2518Please respect copyright.PENANAU7Mk8QB78S
2518Please respect copyright.PENANA3GMWeo2pGG
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.2518Please respect copyright.PENANA1T4xyf7aCd
2518Please respect copyright.PENANAeFdFD3r1ak
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.2518Please respect copyright.PENANAWHvw8G2sZf
2518Please respect copyright.PENANA77pk0A06oc
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.2518Please respect copyright.PENANAdDNEEOcJmY
2518Please respect copyright.PENANAj5AIxz2nga
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.2518Please respect copyright.PENANAQvAV1UDXMh
2518Please respect copyright.PENANAoh5rssppmH
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.2518Please respect copyright.PENANAzaVJJsjd2x
2518Please respect copyright.PENANAlzF8xThbY4
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2518Please respect copyright.PENANAaVro4FPiq1
2518Please respect copyright.PENANA483LRZ4a9S
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.2518Please respect copyright.PENANAegfDpr1VMF
2518Please respect copyright.PENANAiSotxmfxRd
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”2518Please respect copyright.PENANAkwKt6wNzLv
2518Please respect copyright.PENANABVctrTXiEs
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.2518Please respect copyright.PENANATb36AVGcdP
2518Please respect copyright.PENANAuw6SWr4rRq
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.2518Please respect copyright.PENANAgtuzudJemK
2518Please respect copyright.PENANAXpyNQGsV0B
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.2518Please respect copyright.PENANASW6sBWYwef
2518Please respect copyright.PENANAjnndmMF2nk
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.2518Please respect copyright.PENANA0iORObas4a
2518Please respect copyright.PENANAeoUpDtLzOQ
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”2518Please respect copyright.PENANAAbEkKxVq9S
2518Please respect copyright.PENANADlCtnWlA0f
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.2518Please respect copyright.PENANAARKlDnNAYV
2518Please respect copyright.PENANAV5nd2WSFB0
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.2518Please respect copyright.PENANAFexYVwkW58
2518Please respect copyright.PENANAJMPf35cXtP
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”2518Please respect copyright.PENANAddvk3DIqoW
2518Please respect copyright.PENANA0X6ISTZkxe
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.2518Please respect copyright.PENANA7VNCrjQ1vv
2518Please respect copyright.PENANA04FczpWDUM
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.2518Please respect copyright.PENANAk1TUJ8CUJ4
2518Please respect copyright.PENANAEclevUxkr3
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.2518Please respect copyright.PENANAkh7cjKlZSC
2518Please respect copyright.PENANAhy5W7uQxYJ
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”2518Please respect copyright.PENANAd64CC4TYnp
2518Please respect copyright.PENANA8Sz9eMUZMF
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.2518Please respect copyright.PENANAAZSRF1005l
2518Please respect copyright.PENANAiDxRHBES6Q
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.2518Please respect copyright.PENANAMrri01MQUn
2518Please respect copyright.PENANAlcXCBqvs4M
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.2518Please respect copyright.PENANAxZ4R932Inl
2518Please respect copyright.PENANAdpCJvj3l59
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.2518Please respect copyright.PENANAkwfxd7kkkq
2518Please respect copyright.PENANAIOdVNMPKni
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”2518Please respect copyright.PENANAUYKVMcMV6c
2518Please respect copyright.PENANAlvhAvruYZj
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.2518Please respect copyright.PENANAbdpKImJiS1
2518Please respect copyright.PENANAJb7MEAUeRM
***2518Please respect copyright.PENANAuNWQYGvccC
2518Please respect copyright.PENANASw2spAok9p
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.2518Please respect copyright.PENANAOFd2e08eSf
2518Please respect copyright.PENANAcbTcbozt7y
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.2518Please respect copyright.PENANA0vWMrAx8jp
2518Please respect copyright.PENANAZnuiNGRP14
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.2518Please respect copyright.PENANAFkYoILzMIo
2518Please respect copyright.PENANAaXlA73ihUZ
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”2518Please respect copyright.PENANA7ynHzDS5iV
2518Please respect copyright.PENANAk0GiF06aPn
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.2518Please respect copyright.PENANARB1rch91VX
2518Please respect copyright.PENANAvNR5ItI5nQ
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.2518Please respect copyright.PENANAbI7VlMf1Iy
2518Please respect copyright.PENANAXVB9SZGdzS
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.2518Please respect copyright.PENANAF5TyB7NEto
2518Please respect copyright.PENANAwilPJ0VC1n
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.2518Please respect copyright.PENANAjLtNDdi9h7
2518Please respect copyright.PENANAM0P0U7NJNH
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.2518Please respect copyright.PENANAACNCknl41G
2518Please respect copyright.PENANAj2mBw1q6NM
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.2518Please respect copyright.PENANALrwz7GJGlX
2518Please respect copyright.PENANAOFQKIp8tN9
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”2518Please respect copyright.PENANASoptXHG1xz
2518Please respect copyright.PENANAkYeYXSNK58
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.2518Please respect copyright.PENANAvLy7Xv70bf
2518Please respect copyright.PENANAhvTdqzJieV
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.2518Please respect copyright.PENANACAuO2FFMiH
2518Please respect copyright.PENANAiuTz1jhDps
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.2518Please respect copyright.PENANAN8qXNKXGVf
2518Please respect copyright.PENANA7N6OoorKjP
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.2518Please respect copyright.PENANAM4LulXemva
2518Please respect copyright.PENANAr5eXaMIu6x
***2518Please respect copyright.PENANAHdQ2e9FNDF
2518Please respect copyright.PENANAvEgNnQe4TK
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.2518Please respect copyright.PENANAY1YbragddW
2518Please respect copyright.PENANAsCIijgj9FV
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.2518Please respect copyright.PENANAkKFIuqQIVV
2518Please respect copyright.PENANAaY9ZPI18Su
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”2518Please respect copyright.PENANAAHO3cks1aS
2518Please respect copyright.PENANAUara6xFK0U
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”2518Please respect copyright.PENANAYXDi6Xskxb
2518Please respect copyright.PENANA0z21b6KczO
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.2518Please respect copyright.PENANAjr72nUFLzW
2518Please respect copyright.PENANAPSPEc84LwL
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.2518Please respect copyright.PENANA379pvnhnjR
2518Please respect copyright.PENANAjcW0ynVi9r
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.2518Please respect copyright.PENANApKPdncrcsy
2518Please respect copyright.PENANA3ATAC5eGgR
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.2518Please respect copyright.PENANAalGIEHEL1F
2518Please respect copyright.PENANAcQ4c0xQObK
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.2518Please respect copyright.PENANAqHwNhyK0M6
2518Please respect copyright.PENANAdI9l4fKzca
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.2518Please respect copyright.PENANAAGbzNVktqn
2518Please respect copyright.PENANAXmd5WpaQXM
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.2518Please respect copyright.PENANAwIhcvNMbTV
2518Please respect copyright.PENANALl2ZNXpjmI
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”2518Please respect copyright.PENANAbjinsgTZfE
2518Please respect copyright.PENANABdtEYDsx8r
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”2518Please respect copyright.PENANAaVY47QWvBn
2518Please respect copyright.PENANAHGLgrMOUxJ
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.2518Please respect copyright.PENANAEIQVZRh9b9
2518Please respect copyright.PENANAJcbsyZQ8EA
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”2518Please respect copyright.PENANAWDGvm5wSmZ
2518Please respect copyright.PENANAZboWuaCzKG
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”2518Please respect copyright.PENANAfpD9SrZMdJ
2518Please respect copyright.PENANAgE64Kw3sX4
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”2518Please respect copyright.PENANAveOLEW8O2S
2518Please respect copyright.PENANAPuY4rL0y1Q
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”2518Please respect copyright.PENANAdkDoODMnFh
2518Please respect copyright.PENANAO7bo9dgZ7q
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.2518Please respect copyright.PENANAqp0PHNkS3R
2518Please respect copyright.PENANAP5gwVeuYZC
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”2518Please respect copyright.PENANAcHjZxvDPGy
2518Please respect copyright.PENANAAkEB3qP3vU
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.2518Please respect copyright.PENANA9JGTcNaevZ
2518Please respect copyright.PENANANlGcfNnZcF
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.2518Please respect copyright.PENANAzuucOX09YZ
2518Please respect copyright.PENANAxyOVg8YJ7r
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”2518Please respect copyright.PENANAbsT2DM9TA5
2518Please respect copyright.PENANApLjNA3U3sN
“Umi penasaran doang,” kataku.2518Please respect copyright.PENANA2ONrfkX2T3
2518Please respect copyright.PENANA5z5qpj55Tr
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”2518Please respect copyright.PENANARUw9MxEaOU
2518Please respect copyright.PENANAUrKPGXAlOF
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.2518Please respect copyright.PENANA5gCqto8W9V
2518Please respect copyright.PENANArwc9tQZJ82
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.2518Please respect copyright.PENANAG0LZGcDgl5
2518Please respect copyright.PENANAjLD4q2NsKg
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.2518Please respect copyright.PENANAFDit384iuj
2518Please respect copyright.PENANAR6ty8t8fHY
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.2518Please respect copyright.PENANAne6LhyOpCo
2518Please respect copyright.PENANAczZk7t2MuX
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”2518Please respect copyright.PENANARpYRbDF5GX
2518Please respect copyright.PENANAtAFb85RjS9
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”2518Please respect copyright.PENANAo1TKqgGDZJ
2518Please respect copyright.PENANALvgVLtwzVV
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”2518Please respect copyright.PENANAkjUm5oIXo9
2518Please respect copyright.PENANAmOpVr50ECj
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.2518Please respect copyright.PENANApUGsDwqYSl
2518Please respect copyright.PENANAdwJNpdm8Tl
***2518Please respect copyright.PENANAXGK2Es3WwA
2518Please respect copyright.PENANA7hBhAKspgS
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.2518Please respect copyright.PENANAQfNCxYWlfD
2518Please respect copyright.PENANAt07GR749VP
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.2518Please respect copyright.PENANAavRVpKf8xI
2518Please respect copyright.PENANAFVkAtlQdqy
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.2518Please respect copyright.PENANAxGQh1Scw1y
2518Please respect copyright.PENANAATqby7L5Bb
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.2518Please respect copyright.PENANAtNt5G0Ay4t
2518Please respect copyright.PENANAdE59lipQbt
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.2518Please respect copyright.PENANAmodaCuAO4g
2518Please respect copyright.PENANA9x4o2vvrn2
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.2518Please respect copyright.PENANAk7BM1npg94
2518Please respect copyright.PENANAr5oTRt7t6h
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.2518Please respect copyright.PENANAwpvSGBxHo0
2518Please respect copyright.PENANAbxy8fCp38q
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.2518Please respect copyright.PENANAVSzL1QOiUa
2518Please respect copyright.PENANAv41g8zNYG3
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.2518Please respect copyright.PENANACcUUVfkvUV
2518Please respect copyright.PENANAZ0VDMGEsRH
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”2518Please respect copyright.PENANAMvP0O82nkO
2518Please respect copyright.PENANAIgORYTfANY
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.2518Please respect copyright.PENANALldxKmHBIa
2518Please respect copyright.PENANAtmvolSZEoJ
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.2518Please respect copyright.PENANAY0CODVXSCO
2518Please respect copyright.PENANAaSuZgQNV2d
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.2518Please respect copyright.PENANA2pSYO6WnvX
2518Please respect copyright.PENANAmimx0ZBsfv
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”2518Please respect copyright.PENANAbuLNxhVOyo
2518Please respect copyright.PENANAb9N1wAqmEa
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”2518Please respect copyright.PENANAx3jaVPFw55
2518Please respect copyright.PENANArQSS8rHoRJ
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.2518Please respect copyright.PENANAys2n3jwguB
2518Please respect copyright.PENANAMQi80OZcVL
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.2518Please respect copyright.PENANA3icKaknCao
2518Please respect copyright.PENANAbHhlHLnQDA
“Tante cemburu?” dia menoleh.2518Please respect copyright.PENANA9ku4S94ofK
2518Please respect copyright.PENANAhR15UEjH3W
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.2518Please respect copyright.PENANAY0qcLVESWo
2518Please respect copyright.PENANAWRQ6SxrohW
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.2518Please respect copyright.PENANA2WHbLij1WJ
2518Please respect copyright.PENANAKrCGbH0X3Y
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.2518Please respect copyright.PENANAb7qEh17N9B
2518Please respect copyright.PENANAP333adIub0
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.2518Please respect copyright.PENANAUJNydOkxa0
2518Please respect copyright.PENANAkqvpm30f5J
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”2518Please respect copyright.PENANAtpEqoigfhK
2518Please respect copyright.PENANAfH7yZL2zbF
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.2518Please respect copyright.PENANAwTnFtrBs2I
2518Please respect copyright.PENANAJUOZYnbmFY
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”2518Please respect copyright.PENANAIjhYjEbNxg
2518Please respect copyright.PENANAvALdJNWRhQ
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.2518Please respect copyright.PENANAuqCGMR3PaB
2518Please respect copyright.PENANAvdrQYnJ7Gs
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”2518Please respect copyright.PENANAUW8kQFNOyh
2518Please respect copyright.PENANAGWgAyCOJoW
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.2518Please respect copyright.PENANAbFqB1h41jv
2518Please respect copyright.PENANAo3gWBt9LGU
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.2518Please respect copyright.PENANAbEze5iroXR
2518Please respect copyright.PENANAhElcFdbsKP
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.2518Please respect copyright.PENANA6b3RST5iTe
2518Please respect copyright.PENANAEfQoux0OLx
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.2518Please respect copyright.PENANAZfv1dozIQb
2518Please respect copyright.PENANAHDJFeBo6fq
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.2518Please respect copyright.PENANAZ5CikczQ6g
2518Please respect copyright.PENANASRQHGZ5N4W
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.2518Please respect copyright.PENANAjopirVBBmW
2518Please respect copyright.PENANAoS48l4JX9N
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.2518Please respect copyright.PENANAlldAoA3JpX
2518Please respect copyright.PENANAFNhYFIcpMB
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.2518Please respect copyright.PENANAOFekSuuVAh
2518Please respect copyright.PENANALpwRF37REi
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?2518Please respect copyright.PENANAyeSLC3PWJV
2518Please respect copyright.PENANALXpnZBubY3
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.2518Please respect copyright.PENANA41FNsUSIU9
2518Please respect copyright.PENANAjLzmHQ5lSH
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.2518Please respect copyright.PENANADWvGLz44gC
2518Please respect copyright.PENANAmqsj9Gd52D
***2518Please respect copyright.PENANA2m8xzxYUF2
2518Please respect copyright.PENANAbRWZqMN3Hj
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.2518Please respect copyright.PENANAWZ76BXhQWF
2518Please respect copyright.PENANAkglUIa974l
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.2518Please respect copyright.PENANAOQZb40GHjB
2518Please respect copyright.PENANAmwNkhxZ8AJ
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.2518Please respect copyright.PENANAR6oPqQLVFH
2518Please respect copyright.PENANA65gwAktjpS
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.2518Please respect copyright.PENANACNNzKn9v8g
2518Please respect copyright.PENANAo75OZSf5Rt
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.2518Please respect copyright.PENANAlbOxgJHrQ8
2518Please respect copyright.PENANAwm1NowpAXx
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.2518Please respect copyright.PENANAGv3fl1ge7c
2518Please respect copyright.PENANADqFcfpXlqf
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.2518Please respect copyright.PENANAwsxvCW2yBX
2518Please respect copyright.PENANABqepung8n0
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.2518Please respect copyright.PENANAy5KuAEdQ5s
2518Please respect copyright.PENANAOUOvHVPulB
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.2518Please respect copyright.PENANAGIORDb1gQo
2518Please respect copyright.PENANA7XTkBGBTjD
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.2518Please respect copyright.PENANAD3uI5J9tqA
2518Please respect copyright.PENANAZbWn6bYWlE
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.2518Please respect copyright.PENANAbB5lb3EWBx
2518Please respect copyright.PENANANIrHu6AhgH
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.2518Please respect copyright.PENANAA3rFq3w7tj
2518Please respect copyright.PENANABJ8KwRXeiD
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.2518Please respect copyright.PENANA3OZIUFFUGz
2518Please respect copyright.PENANACm9gjpHaSO
Aku menggelang.2518Please respect copyright.PENANAbUEqSZVnyJ
2518Please respect copyright.PENANA9juZprBsfo
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”2518Please respect copyright.PENANAcExCPWGZsb
2518Please respect copyright.PENANAnWZSWxJyhb
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”2518Please respect copyright.PENANAgxasZKzcQK
2518Please respect copyright.PENANAeRgs20leE8
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.2518Please respect copyright.PENANAniGIlnNWAL
2518Please respect copyright.PENANA1fTOcFHv9p
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.2518Please respect copyright.PENANAyHeYFZYeNP
2518Please respect copyright.PENANAw4f1pJPwL0
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,2518Please respect copyright.PENANASVdJrcRQdV
2518Please respect copyright.PENANAUo1tGwHkKF
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
2518Please respect copyright.PENANAGNDi9o7JqU