
#5 Nikmat itu sungguh Terlarang1915Please respect copyright.PENANAtdmT8cGAb6
1915Please respect copyright.PENANABJ97Vo2Dvw
“Umi gak denger abi ngomong apa dari tadi?”1915Please respect copyright.PENANAA79tIBCMqG
1915Please respect copyright.PENANAdVFTEicfaw
“Umi lagi fokus makan, bi. Maaf, ya.”1915Please respect copyright.PENANAzx2otwVryW
1915Please respect copyright.PENANAnaUImns9mD
“Maaf, mi. Kalau gitu Abi matiin, ya?”1915Please respect copyright.PENANA3SsAX18IHS
1915Please respect copyright.PENANAoNn1zzKPIW
“Iya, bi,” kataku dan langsung mematikan telepon tanpa mengucapkan sepatah salam.1915Please respect copyright.PENANASgiWLsxrS9
1915Please respect copyright.PENANALx1AwjqQJk
Fajar semakin gencar meremas buah dadaku.1915Please respect copyright.PENANAZqfHSNCW0k
1915Please respect copyright.PENANA7jIgLPGQT1
“Empshh…, Jar…, ihh…., udah…,” terdengar desah ketika aku berkata.1915Please respect copyright.PENANAIul8U5XAPJ
1915Please respect copyright.PENANAJGo3md0Yv8
Fajar berhenti sejenak. “Tan, boleh cium lehernya?” ia menatapku.1915Please respect copyright.PENANAEGa6FdSoVG
1915Please respect copyright.PENANAFD5MS65IPw
Aku menggeleng. Menolak. Tapi, Fajar kekeuh dan terus meminta. Pada akhirnya, seperti yang sudah dan yang berlalu, aku mengiyakan dan mengganguk pelan.1915Please respect copyright.PENANAEMauxrLt7c
1915Please respect copyright.PENANA3MPgJO9OEB
Seketika bola matanya berbinar. Ia singkap jilbabku sedikit ke atas.1915Please respect copyright.PENANApf5JR41bss
1915Please respect copyright.PENANAk6Aw2cVZDt
“Empss…,” aku melenguh pelan, merasakan lidahnya menjilati leherku. Rasa geli dan juga gairah bercampur ketika ludahnya membasuh leherku.1915Please respect copyright.PENANAHQTF4Hpr90
1915Please respect copyright.PENANABkr5g1d3MP
Aku memejamkan mata. Lidahnya semakin gencar.1915Please respect copyright.PENANAruswQhJ8KQ
1915Please respect copyright.PENANAAlVLfa4H2W
“Aw…, Jar, ih, jangan di kasih tanda.” Aku menahan pelan kepalanya agar tak melanjutkan gigitannya.1915Please respect copyright.PENANA66lpbh7oKh
1915Please respect copyright.PENANANnQNc0A92V
Lama-kelamaan aku merasakan gairahku bangkit. Aku bisa merasakan kemaluanku terasa lembab. Bersamaan dengan itu, Fajar terus saja memberi tanda di leherku. Satu-dua gigitan kecil ia layangkan, membuatku meringis kecil.1915Please respect copyright.PENANAyJh2xJlmGT
1915Please respect copyright.PENANALlflz47mNw
Merasa bosan, Fajar berpindah ke sisi satunya. Giliran sisi satunya ia kasih tanda. Ludah-ludahnya bisa kurasakan mengaliri leherku bagai sawah yang dialiri air oleh sang petani.1915Please respect copyright.PENANA0IuaXvwlHK
1915Please respect copyright.PENANAeJq4gSM5di
Aku bisa menebak pastilah leherku memerah. Tapi, aku tidak terlalu takut, sebab, merah itu akan hilang beberapa hari kemudian.1915Please respect copyright.PENANA2gYYH73GbC
1915Please respect copyright.PENANAiIrymzLL4b
Mendadak tubuhku seperti dialuri listrik. “Jar…, empsh…, jangan di situ.” Aku mendorong pelan tangannya yang mengelus kemaluanku dari balik gamis.1915Please respect copyright.PENANAFfdd2GfmzZ
1915Please respect copyright.PENANAhhsNjjxrM2
“Jar, berhenti, gak!” Suaraku terdengar meninggi.1915Please respect copyright.PENANA1wg8rhaKPJ
1915Please respect copyright.PENANAanw0OBD9TQ
Sambil terus menjilati leherku, Fajar menarik kembali tangannya, berpindah meremas buah dadaku.1915Please respect copyright.PENANAHHfUf2yejS
1915Please respect copyright.PENANABaf43ic8c9
“Empshh…,” aku melenguh pelan.1915Please respect copyright.PENANA7uh2aQLdjp
1915Please respect copyright.PENANAyRahQ4Va4s
Tak lama kemudian, Kegiatannya di leherku berakhir. Lekas kurapikan jilbabku yang terlihat berantakan.1915Please respect copyright.PENANASJQyyoghT5
1915Please respect copyright.PENANAmrnUL8FK1p
“Tan, maaf, ya lehernya aku merahin.” katanya tersenyum.1915Please respect copyright.PENANAsbHATHoMMx
1915Please respect copyright.PENANAR9SABxCzNk
“Ish…, gimana kalau bekasnya gak ilang?” aku memayunkan bibir.1915Please respect copyright.PENANALH9SEPTckz
1915Please respect copyright.PENANAXWUbHfP2nb
Fajar malah terkekeh sambil membenarkan posisi duduknya.1915Please respect copyright.PENANAp4WZym0EF3
1915Please respect copyright.PENANAmQ50ZEeT8U
“Itu tanda cinta, tan,” lanjutnya. “Tapi, enak, kan?”1915Please respect copyright.PENANAgRuYnu3XTu
1915Please respect copyright.PENANAPGxW5QiDsG
Aku tidak menjawab.1915Please respect copyright.PENANACDF9wWVYB3
1915Please respect copyright.PENANAgg4lbNbiAg
“Enak, tan?” cercanya.1915Please respect copyright.PENANAWkgwfxJkb9
1915Please respect copyright.PENANA0s9nsnsME9
“Iya…, enak,” kataku akhirnya.1915Please respect copyright.PENANAmW37WE48Hw
1915Please respect copyright.PENANAAATaH1ThC8
Fajar tersenyum dan mengelus puncak kepalaku. Seketika kuerasakan pipiku memanas, tindakan romantisnya barusan berhasil membuatku salah tingkah.1915Please respect copyright.PENANAR71b7saNTs
1915Please respect copyright.PENANApqBeUmoZzE
Terdengar tawa dari suaranya. Agaknya ia mentertawakan tingkahku yang seperti remaja putri ketika sedang jatuh cinta. Kupukul pelan bahunya. Ia malah menarik tubuhku, dan aku kembali ambruk dalam peluknya.1915Please respect copyright.PENANAjxnMgogOTa
1915Please respect copyright.PENANApLoYyItRH3
Elusan tanganya di kepalaku terasa begitu hangat, ombak-ombak bagai sebuah iringan musik yang menemani kami berpaduh kasih. Aku melingkaran tanganku di pinggangnya. Erat.1915Please respect copyright.PENANAOCE2tL3bBA
1915Please respect copyright.PENANAnCJWySrWv6
Dalam dekapnya, aku merasa aman, seperti kalipertama ia bernyanyi kepadaku. “Ku aman ada bersamamu”. Aman, adalah sebuah rasa yang menurutku hadir atas perlakuan lembut yang penuh kasih. Yang hadir dan terasa nyata, begitulah aku memaknainya.1915Please respect copyright.PENANAMFxZmhgg9Q
1915Please respect copyright.PENANAcd0QsMLkzg
Fajar telah membuatku terbang jauh mengarungi sesuatu yang belum pernah kurasakan. Sebelumnya aku belum pernah memeluk pria lain selain anakku dan suamiku, apalagi bercumbu. Dan ia, adalah yang pertama kalinya merenggut itu selain mereka yang pantas.1915Please respect copyright.PENANA8LyiRr9PBV
1915Please respect copyright.PENANAaOGo1Pu3p9
Kemudian Fajar meraih tangan kananku dan ia letakan di pahanya. Kami saling bertatapan, saling jatuh dalam pandangan satu sama lain. Daun-daun kelapa yang melindungi kami dari atas, terdengar berdesir. Terdengar merdu seperti syair Rumi.1915Please respect copyright.PENANAzBFiBgHsfU
1915Please respect copyright.PENANAgg6Ped2Tda
“Terus sama Fajar, ya, Tan.” Fajar mengusap punggung tanganku mesra.1915Please respect copyright.PENANAPHWykElSbn
1915Please respect copyright.PENANAKRM3NJV6Et
Aku mengganguk. “Iya, Jar,” kataku singkat.1915Please respect copyright.PENANAsirxxUluYM
1915Please respect copyright.PENANABZMPGOGeus
“Selamanya?”1915Please respect copyright.PENANAqMNZQS9VgX
1915Please respect copyright.PENANASb0G1UUo62
“Selamanya.”1915Please respect copyright.PENANAMtvPaTqFYK
1915Please respect copyright.PENANAElmJNUKicX
Dia tersenyum. aku balik tersenyum. Kali ini aku yang mendaratkan ciuman di bibirnya. Hanya sekedar ciuman tanpa lumatan. Cukup lama. Sampai pada akhirnya, ia berkata, “Tan, Fajar bakal usahain semaksimal mungkin untuk membuat tante nyaman; membuat tante terus bersama Fajar, selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu.”1915Please respect copyright.PENANAUbssLdZYsv
1915Please respect copyright.PENANAOoOrghAafV
Aku terharu dan sedikit terkekeh. “sampai jadi tua?”, Aku sendiri sudah berumur 38 tahun, sudah cukup tua. Tapi, perkataannya barusan entah kenapa, mampu membuatku memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak pantas dipikirkan oleh ibu rumah tangga sekaligus istiri sepertiku.1915Please respect copyright.PENANAxJeS9D1R06
1915Please respect copyright.PENANAVmnvv3jqZg
Aku berfikir dan jatuh dalam sebuah khayal: bagaimana jika aku memulai hidup dengannya dalam artian adalah pernikahan. Apa yang terjadi? Apakah aku akan sebahagia ini atau malah lebih bahagia lagi? lantas sampai mana kami bisa bertahan? Apakah sampai kelak kami memilik cucu dari ketiga anak kami? Khayal itu sungguh terlampau jauh; sungguh terlampau nekat, dan; sungguh membuatku meringis getir.1915Please respect copyright.PENANAKkIeCpszKt
1915Please respect copyright.PENANA5YCFg3tVOG
Andaikan aku lebih muda dan belum menikah, atau andaikan saja Fajar bertemuku terlebih dahulu daripada Dimas, mungkinkah aku akan hidup bersamanya?1915Please respect copyright.PENANATeIlEjvLPG
1915Please respect copyright.PENANAWpmCZKVsEj
“Jar, Tante gak bisa memberi kamu kepastian tentang hubungan kita yang akan sampai mana.” Akhirnya aku mengungkapkan sesuatu yang selama ini ingin ku bahas dengannya.1915Please respect copyright.PENANAiBWkqhbbCL
1915Please respect copyright.PENANADxaxDMMnJJ
“Kenapa gak bisa, Tan? Tante bahagia kan sama Fajar? Seharusnya tante ikutin naluri tante sendiri. Tinggalin Om Dimas dan Adit, lalu hidup berdua dengan Fajar. Fajar memang gak punya banyak uang, tapi Fajar orangnya pekerja keras, kok. Tan.” Ia berkata tanpa jeda, suaranya terdengar pilu.1915Please respect copyright.PENANAudgfqk6tgD
1915Please respect copyright.PENANAzDid1L5AhN
“Jar,” aku menatapnya dalam. “Kehidupan kamu masih panjang, kamu ganteng, pintar, pekerja keras. Apa yang kamu harapkan dari perempuan tua seperti tante. Masa depan yang indah menanti kamu, Jar. Untuk sekarang, tante akan terus sama kamu. Tapi, jika pada akhirnya tante disuruh milih. Tante pasti milih keluarga tante.”1915Please respect copyright.PENANArjvNsqhGwn
1915Please respect copyright.PENANAQcVDKG2OFV
Fajar terlihat muram. Bola matanya berkaca-kaca. Tangannya tidak lagi menggengam tanganku. Ia fokus memandangi lelautan.1915Please respect copyright.PENANAig46aN7IoO
1915Please respect copyright.PENANAmV82gx1SRL
Terdengar lirih suaranya, “Tan, kalau pada akhirnya kita gak bisa bersama, terus buat apa kita kaya gini? Bahagia, lalu tersakiti lebih lanjut? Bahagia terus mati dalam ruang kekosongan?”1915Please respect copyright.PENANAHboY5ffOND
1915Please respect copyright.PENANABYINx81Mjv
“Kita jalanin dulu, oke?” Giliran aku yang meraih tangannya, mengelus punggung tangannya dengan lembut, meminta pengertian. “Untuk kedepannya, biarin waktu yang menjawab.”1915Please respect copyright.PENANAEiYvjI4n8r
1915Please respect copyright.PENANAydHTx26X6m
Fajar menatapku dalam. Alisnya sedikit berkerut, kedua sudut bibirnya terangkat sedikit ke atas, seperti meringis. “Tan, Fajar akan selalu mencintai Tante. Selamanya.”1915Please respect copyright.PENANAWXMxNZysUZ
1915Please respect copyright.PENANAYM6LeDI7sG
Kalimat singkat itu, mampu membuatku tersenyum kecil. Walaupun aku tahu, bahwa aku tidak yakin bisa membalas “selamanya” ia, dengan “selamanya” aku. Tapi, ada sesuatu kehangatan yang kurasakan pada kalimat itu, sehingga aku sampai pada sebuah pemikiran, apa yang menandakan “selamanya”, atau apa yang memaknai arti “selamanya?”. Ya, mungkin kelak aku akan menemukan jawabannya.1915Please respect copyright.PENANA5MRzAen9Nd
1915Please respect copyright.PENANAmJQqF1BOe8
Setelah itu kami terus mengobrol, berbincang tentang banyak hal, sesekali aku tertawa lepas, sebab lelucon yang ia lontarkan. Sementara sinar Matahari semakin terik membakar puncak kepala, menembus dedaunan kelapa yang melindungi kami.1915Please respect copyright.PENANAT66Tsep0ZJ
1915Please respect copyright.PENANATsQ3tIAWoZ
Aku bersandar di bahunya. Romantisme ini membuatku ingin dan ingin terus menapak ruang dengannya, mencipta sebuah kenangan yang membuat kami tertawa, jatuh cinta, dan bahagia.1915Please respect copyright.PENANAe9TPpMELpZ
1915Please respect copyright.PENANAURJctgadOS
“Banyak perempuan telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.” Fajar berkata sambil tangannya membuka lembar alkitab. “Amsal 31:29.”1915Please respect copyright.PENANAjrTcyauTpq
1915Please respect copyright.PENANAnZmVWQXsRV
Aku meliriknya dan berkata, “Ayatnya cantik.”1915Please respect copyright.PENANAg8ssfnCztL
1915Please respect copyright.PENANA6wVcam0JCq
“Fajar suka kalimat yang ini,” Terdengar lembaran alkitab yang ia buka dengan tergesa. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu,” Fajar berkata lugas. “1 Korintus 13:4-7.” Lanjutnya.1915Please respect copyright.PENANA0hAP4pIW81
1915Please respect copyright.PENANAmNNAWQNn3N
Aku terus bersandar di bahunya, entah kenapa, kalimat yang ia comot dari alkitab itu, membuatku jiwaku terasa tenang. “Bacain lagi, dong,” kataku. Aku meliriknya. Ia terlihat antusias.1915Please respect copyright.PENANAJIVD9qmwkr
1915Please respect copyright.PENANAJTU6goA5cp
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. – Roma 10:9.” Ia berkata dengan irama dan kesesuaian nada sehingga mirip seperti berpuisi.1915Please respect copyright.PENANAuiWKMc8djy
1915Please respect copyright.PENANAtKMoE9NelF
Namun, entah kenapa, aku seakan mengerti apa yang dimaksud Fajar. Kemudian aku hengkang dari bahunya. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan penuh arti.1915Please respect copyright.PENANACxW5pkg61c
1915Please respect copyright.PENANAIUI4TczMgC
“Fajar pengen kita berjalan dalam satu arah di antara lima persimpangan” ia berkata dengan wajah yang terlihat senduh. Ia kemudian meraih kedua tanganku dan mengecup punggung tanganku bergantian.1915Please respect copyright.PENANAkhVvq48eqq
1915Please respect copyright.PENANAyRO8fTb5Fr
Aku tidak ingin membahas perihal itu, sebab bagaimanapun aku memiliki keyakinan kuat terhadap imanku, begitupun ia.1915Please respect copyright.PENANAh1Gxactpg6
1915Please respect copyright.PENANAjK9NF7D66s
“Habis ini ke mana lagi?” tanyaku. Mengalihkan topik obrolan.1915Please respect copyright.PENANAlBYC22ic13
1915Please respect copyright.PENANAluGWg5DSSJ
Fajar masih memegang kedua tanganku. “Ke rumah Fajar, gimana?”1915Please respect copyright.PENANANNYg0Zg7Vt
1915Please respect copyright.PENANA2k3oGWtmyw
Aku berfikir sejenak. “Nenek ada di rumah?”1915Please respect copyright.PENANArkLcrrMHPm
1915Please respect copyright.PENANAUnS3dMtPg7
“Nenek pulangnya sore.” Dia tersenyum nakal kepadaku. “Mau nyusu, boleh?” tanyanya lugas sambil menatap lekat buah dadaku.1915Please respect copyright.PENANAgUPCJcTIWJ
1915Please respect copyright.PENANAkMjJ63RqEZ
Sontak aku mentuup dadaku dengan kedua tangan. “Remes aja, gak lebih!” kataku sedikit galak.1915Please respect copyright.PENANAzrtoVyN1Ov
1915Please respect copyright.PENANA3UYd3gnEtQ
Fajar memayunkan bibir, lalu merengek. “Remes doang bosan, tan. Pengen nyusu. Boleh, ya, ya.”1915Please respect copyright.PENANAfdvnsAR4fR
1915Please respect copyright.PENANAci2CskDh9x
“Engga!”1915Please respect copyright.PENANAxCBrHRNznu
1915Please respect copyright.PENANAAFCVGtQR4X
Fajar terus saja merengek. Berkali-kali aku mengatakan tidak, berkali-kali juga ia memohon layaknya anak kecil yang ingin membeli mainan.1915Please respect copyright.PENANAv32MF0jH9h
1915Please respect copyright.PENANAqMokWVNK5i
Aku menghela nafas, dalam. “Nyusu doang, kan? gak lebih?” akhirnya aku mengiyakan. Entah kenapa, melihatnya merengek seperti anak kecil membuatku kasihan kepadanya.1915Please respect copyright.PENANAu9JMt8FaoO
1915Please respect copyright.PENANAM6IqmsGqfE
Seketika bola matanya berbinar. Ia mengangguk berkali-kali. Aku menghembus nafas kuat. “Janji?” aku mengulurkan jari kelingking di hadapannya.1915Please respect copyright.PENANA0RjbpIMoUD
1915Please respect copyright.PENANAopxKYOWVLv
Fajar tersenyum sambil jari kelingkingnya memeluk jari kelingkingku. “Janji!”1915Please respect copyright.PENANAyClq8EQSlQ
1915Please respect copyright.PENANAcKKYoOYFgY
Lalu, kami menghabiskan sisa-sisa waktu dengan bermesraan, berbincang, dan bergurau. Sampai pada akhirnya, Jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjuk pukul 13. 00. Aku berkata padanya untuk pulang. Kemudian kami beranjak bangkit dari karpet dan merapikan alat-alat. Dan, tentunya melepas ikatan Hammock yang sebenarnya tidak berguna sama sekali.1915Please respect copyright.PENANACZWu5L0vaZ
1915Please respect copyright.PENANAmL5goKRQUB
Tidak lama kemudian kami kembali menapak kaki di pantai. Berpadu bersama semilir angin dan deru ombak. Sepanjang langkah, kami saling menggenggam tangan sambil membentangkan pandangan ke lautan. Angin-angin mulai menyapa wajah kami dengan lembut, deru ombak bernyanyi mengawal perpisahan, menghantar kami menuju daratan.1915Please respect copyright.PENANAlJe9odIAJQ
1915Please respect copyright.PENANABhv21MVtP4
Aku baru menyadari sesuatu. Sejak kami menapak kaki di sini, kami tidak membeli satupun makanan atau minuman. Tapi, entah kenapa, aku tidak mempersalahkan itu. Atau, bisa jadi remaja itu memiliki cara tersendiri untuk memperlakukanku.1915Please respect copyright.PENANAUYWHt4n2dw
1915Please respect copyright.PENANAkAqRf8C30W
Dalam mobil kami saling melempar senyum satu sama lain. kemudian aku bersandar lagi di bahunya. Agaknya, bahunya adalah tempat ternyaman yang pernah kurasakan.1915Please respect copyright.PENANA1toL7LFrfF
1915Please respect copyright.PENANARr0a52fa78
***1915Please respect copyright.PENANA64sYbhTBYs
1915Please respect copyright.PENANAkLpjw5a0sW
Tiba di rumahnya, aku segera masuk. Fajar menarik ku masuk dalam kamarnya. Katanya, lebih aman di kamar. Maka, aku iyakan.1915Please respect copyright.PENANA20ZOYc5bUy
1915Please respect copyright.PENANAAbKK4XKK3R
Aku duduk di tepi ranjang sambil membentangkan pandangan ke penjuru ruang. Banyak stiker yang tertempel di balik pintu kamarnya. Di tembok tempat tidur, beberapa lukisan bertengger indah, salah satu yang kuketahui adalah lukisan Kahlil Gibran, seorang penyair terkenal kelahiran Lebanon. Di samping pintu, terdapat meja belajar dengan buku-buku yang tertumpuk.1915Please respect copyright.PENANAFc1IxRpkd3
1915Please respect copyright.PENANAUBW4E7ZIVt
Fajar mulai mengendus leherku yang tertutup jilbab. Agaknya ia tak sabaran.1915Please respect copyright.PENANA3vj7xjE5k1
1915Please respect copyright.PENANAPxZ7pcETea
“Tan, buka dong, bajunya.” Katanya sambil meremas pahaku.1915Please respect copyright.PENANAmdjLUC3b4f
1915Please respect copyright.PENANAcTKvwim9gd
Aku menelan ludah. “Janji, kan? gak sampe masuk?” kataku.1915Please respect copyright.PENANAfTBSqr9Q3H
1915Please respect copyright.PENANASM4nuZ7Y5T
“Iya, tan,” sahutnya. “Kan daritadi udah Fajar bilang.”1915Please respect copyright.PENANAOiDluc1zNB
1915Please respect copyright.PENANA0v691dEfnf
Aku beranjak bangkit, lalu melepaskan tasku dan menaruhnya di samping meja tempat tidur.1915Please respect copyright.PENANAIX9zQNg48A
1915Please respect copyright.PENANAhNFt9AuTzt
“Sini, Tan Fajar bantuin.” Fajar bangkit. “Angkat tangannya.”1915Please respect copyright.PENANAEgAGF6nnvo
1915Please respect copyright.PENANAOuXpZRYYWh
Aku menatapnya dengan ragu. Jujur saja, aku takut seandainya terbawa suasana. “Janji, kan? engga sampe masuk?” kataku lagi, memastikan.1915Please respect copyright.PENANA2woWG1oeiF
1915Please respect copyright.PENANAZNiGdp0LZy
“Udah, angkat tangannya,” kata Fajar tidak sabaran.1915Please respect copyright.PENANAJprZ3QESoA
1915Please respect copyright.PENANA61o4o06HIr
Perlahan kuangkat kedua tanganku dan membiarkan Fajar menanggalkan gamisku. Sontak aku menutupi area dadaku yang terbalut bra hitam tanpa motif, serta selangkanganku dengan celana dalam bewarna merah muda.1915Please respect copyright.PENANAVjXmzlKl9R
1915Please respect copyright.PENANACcL6cS0ZUS
Terlihat wajahnya terpukau ketika gamisku tertanggal. lekas aku duduk di tepi ranjang. Fajar mendekat. Aku menahan lengannya ketika ia hendak menanggalkan jilbabku.1915Please respect copyright.PENANAFxuDQb2KCX
1915Please respect copyright.PENANAzi7jvSUoxT
Fajar mengerti, kemudian ia duduk di sampingku.1915Please respect copyright.PENANAG6paF8rmQI
1915Please respect copyright.PENANACTwuH7p8gm
“Jangan di tutupin, tan.”1915Please respect copyright.PENANAN4WYhTY4nD
1915Please respect copyright.PENANAiaXcyX5Uyw
“Malu,” kataku sambil menutupi area selangkanganku dan dadaku.1915Please respect copyright.PENANABgbkgtwvAV
1915Please respect copyright.PENANAK5G1rg0KsZ
Perlahan ia menggeser tubuhku bersandar di dinding. Kemudian ia angkat tanganku kananku.1915Please respect copyright.PENANAppdMKymVWt
1915Please respect copyright.PENANANvxZult8G8
“Ketek tante mulus banget,” pujinya.1915Please respect copyright.PENANA153VCFyjxt
1915Please respect copyright.PENANA9qOauYTwmf
Aku tidak menjawab.1915Please respect copyright.PENANADdripgjRoT
1915Please respect copyright.PENANAnrYUFb5aEr
Fajar mulai menjilati ketiakku. Terasa lebih geli daripada biasanya. Aku memejamkan mata. Geli yang kurasakan berbeda, geli dengan kenikmatan yang tak bisa kurangkai dengan kata.1915Please respect copyright.PENANAQl9Di6lIbM
1915Please respect copyright.PENANAzvdtelyQW2
Pinggulku menggeliat, ke kanan, akibat rasa geli yang ia lancarkan. Tanpa rasa jijik, ludahnya bercampur dengan keringatku. Semakin gencar Fajar membasuh ketiakku. Sementara aku, semakin-semakin merasa nikmat.1915Please respect copyright.PENANA0G77H9orLq
1915Please respect copyright.PENANAVlW0I3WWkd
“empshh…, Jar…, jangan…,” Aku menahan lengannya dengan tangan satunya. Tapi, jangkauanku tak cukup untuk mendorong tangannya.1915Please respect copyright.PENANAL33r7HCQuc
1915Please respect copyright.PENANAhTo1v0HNQy
“Empshhhh…Jar…,” aku melenguh merasakan jarinya menyentuh lembut kemaluanku dari balik celana dalam. Kini sentuhan itu semakin terasa. Aku terperanjat ketika kurasakan jemarinya mengelus kemaluanku dari dalam.1915Please respect copyright.PENANA3QLEMG6EmB
1915Please respect copyright.PENANAogoCBcwP7a
“Jar…, empshh…” Aku malah mendesah seakan menikmati sentuhannya di kemaluanku. Ia kemudian menyudahi aktivitas di ketiakku, sementara jemarinya bisa kurasakan masih gencar mencari lubang masuk kemaluanku.1915Please respect copyright.PENANAKXTyPDcaNS
1915Please respect copyright.PENANAw4kqGyoiA3
Aku menatapnya sambil menggelengkan kepala.1915Please respect copyright.PENANARzIgOChsL3
1915Please respect copyright.PENANA9rV8LGJUoq
“Udah, nikmatin aja, Tan.” Fajar menarik braku ke bawah, membuat buah dadaku terpampang jelas di hadapannya.1915Please respect copyright.PENANA1LBaPQcuhh
1915Please respect copyright.PENANAva73QYTjzT
“Empshhh…, Ahhh…,” Bibirnya melumat pentilku, sementara tangan satunya meremas buah dadaku. Aku tidak bisa mengelak kalau aku juga menikmati.1915Please respect copyright.PENANAjOscJoNV0B
1915Please respect copyright.PENANADrKpNlUCjD
Tiba-tiba pinggulku tersentak ke atas ketika kurasakan jarinya masuk dalam kemaluanku. “Aww…, keluarin…” Aku berkata dengan suara pelan, suaraku lebih terdengar seperti menahan desah.1915Please respect copyright.PENANAF8RijBxMF2
1915Please respect copyright.PENANANAVFUlOOuh
“Ahhh…, Jar…, udah, ya.” Terdengar suaraku memohon. Sebab bagaimanapun aku takut terlena akan kenikmatan yang ia berikan.1915Please respect copyright.PENANAJhQkUzJS7V
1915Please respect copyright.PENANAMHjH6PwtwH
“Memek tante udah becek, lho,” katanya dengan senyum nakal yang ia layangkan.1915Please respect copyright.PENANAeQwGkxokVw
1915Please respect copyright.PENANA3XUrNnMoEg
Dan baru kali ini aku mendengarnya berkata kotor. “Ih, mulutnya, Tante gak suka kamu ngomong kasar gitu,” kataku dengan nafas setengah-setengah.1915Please respect copyright.PENANA4qTJFoB5lV
1915Please respect copyright.PENANAMoDZWKZkxV
Fajar menghiraukan perkataanku, dan kembali melumat buah dadaku bergantian. Sementara tangannya sedari tadi masih gencar mengobrak-abrik kemaluanku.1915Please respect copyright.PENANAzjG63XecTG
1915Please respect copyright.PENANAqrkWnh9HXf
“Ahhh…, Mpshhh…” Kali ini desahku terdengar luwes, tanpa penolakan. Lama-kelamaan-an aku malah membiarkannya menyentuh setiap jengkal tubuhku. Dan tanpa kusadari tanganku malah meremas pelan rambutnya.1915Please respect copyright.PENANAKle5fGYhj8
1915Please respect copyright.PENANACi2hpNMWSo
Fajar berpindah, kepalanya turun ke arah selangkanganku perlahan sambil lidahnya membasahi perutku. Sedangkan aku masih bersandar di tembok.1915Please respect copyright.PENANAP3O5td5i6w
1915Please respect copyright.PENANA918ZM5JAyg
“Jar…, Jangan!” Aku menahan kedua tangannya ketika ia hendak menurunkan celana dalamku. “Kan janjinya Cuma nyusu. Gak lebih.”1915Please respect copyright.PENANAkjHGSlCCot
1915Please respect copyright.PENANAVWCeVchcFn
“Tapi Fajar udah sange banget, tan.” Jawabnya.1915Please respect copyright.PENANAlbJ9WbpuaF
1915Please respect copyright.PENANAc9nPfbHtLY
Aku tahu, terlihat dari wajahnya yang penuh akan nafsu. Tapi, mau bagaimanapun aku kekeuh terhadap pendirianku.1915Please respect copyright.PENANAD7k43QpdzO
1915Please respect copyright.PENANAP2FrDt0kbV
Kemudian aku terpikir sesuatu. “Tante kocokin, mau?” tanyaku. Mungkin dengan begitu, nafsunya bisa terlampiaskan.1915Please respect copyright.PENANAxWgSGPWSqk
1915Please respect copyright.PENANAg5ffkUFwMY
Fajar terlihat berfikir, kemudian ia mengangguk. Aku bergeser ke tepi ranjang, duduk di sampingnya.1915Please respect copyright.PENANAH0nmJf4lya
1915Please respect copyright.PENANAUgHpfOw8e3
“Bukain celananya, tan.” Suruhnya.1915Please respect copyright.PENANAKpcC6p5dqb
1915Please respect copyright.PENANAhF5u5hoVS5
Aku beranjak bangkit dan bersimpuh di depan selangkangannya. Fajar berdiri. Jemariku membuka kancing celananya terlebih dahulu, perlahan kutarik ke bawah celananya.1915Please respect copyright.PENANAZScHIgqXIX
1915Please respect copyright.PENANAU5H0mt6iyc
Degup jantung berdetak kencang ketika dengan kulihat tonjolan kemaluannya yang terbungkus celana dalam bewarna abu-abu. Aku menelan ludah sejenak, membayangkan kemaluannya sebesar apa.1915Please respect copyright.PENANAAOPB5pTNob
1915Please respect copyright.PENANAXrBwvYL1jv
Perlahan, ku arahkan kedua tanganku menuju pinggangnya. Dalam satu tarikan pelan, kemaluannya menyembul keluar. Bulu-bulu tepis di kemaluannya mencipta desir hangat. Ukurannya lumayan besar, atau bisa dikatakan besar.1915Please respect copyright.PENANAnu0JQaLcQR
1915Please respect copyright.PENANAk7LV0MB6Z1
Kemudian ia menampar wajahku dengan kemaluannya. Aku malah membiarkannya, membiarkan penghinaan yang ia layangkan. Mendadak, ku dorong kuat pahanya ketika penisnya mencoba masuk dalam mulutku.1915Please respect copyright.PENANAZbqQ6oH14h
1915Please respect copyright.PENANAywgGvYZS4j
Fajar terhempas duduk di tepi ranjang dengan keheranan.1915Please respect copyright.PENANALxxKLRLs0f
1915Please respect copyright.PENANAdVardytda2
“Tante bilang cuma pake tangan, bukan pake mulut!” kataku galak. Lagian, seumur-umur, aku tak pernah memasukan kemaluan suamiku ke dalam mulutku. Sebab bagaimanapun juga, itu menjijikan.1915Please respect copyright.PENANAw90Whdx2c8
1915Please respect copyright.PENANAlgx3MRnzF1
Aku segera bangkit dan duduk di sampingnya. Fajar mengarahkan tanganku menuju penisnya. Kugengganm penisnya. Permukaan kemaluannya terasa kasar, bulu-bulunya bisa kurasakan menyentuh tanganku. Agak pelan, tanganku turun-naik.1915Please respect copyright.PENANAZx9ct4vTXT
1915Please respect copyright.PENANAMwBMWCHA1O
Aku melirik Fajar sekilas, ia tampak menikmati. Entah kenapa, aku senang mengetahui kalau ia menikmati permainan tanganku. Sementara tangannya meremas buah dadaku.1915Please respect copyright.PENANAG0wxk7b6Po
1915Please respect copyright.PENANABFxkQB38BQ
Terdengar suara Fajar meringis. “Sakit…, tan,” katanya.1915Please respect copyright.PENANAJVBFJyhHCb
1915Please respect copyright.PENANAsfAlsQ3XAf
Aku menatapnya bingung. Lalu, aku menyadari sesuatu, bahwa aku tidak menggunakan pelumas.1915Please respect copyright.PENANAqwiVkoRKYQ
1915Please respect copyright.PENANAQdPvtvOSUL
“Baby oil ada?” tanyaku dengan kelima jari yang masih melingkar di penisnya.1915Please respect copyright.PENANAzZ24idPvEt
1915Please respect copyright.PENANAn5WaE7TcI2
Fajar menggeleng. “Pake air ludah aja.”1915Please respect copyright.PENANA08OtvapzMh
1915Please respect copyright.PENANARJToiAkW2I
“engga, Jorok!”1915Please respect copyright.PENANABRPIZ3Li6i
1915Please respect copyright.PENANAYxJz0YCzU0
Mau tak mau, Fajar beranjak bangkit keluar setengah telanjang, Tak lama kemudian ia datang dengan minyak goreng sachet.1915Please respect copyright.PENANAo8hFAokZie
1915Please respect copyright.PENANAsPj0sTp3jo
“Kunci pintunya.” Kataku.1915Please respect copyright.PENANA9FKBpQZcNl
1915Please respect copyright.PENANAtYyWjMKCqx
Fajar terdengar mendengus, lalu mengunci pintu. Kemudian ia menyodorkan minyak itu kepadaku. Kuteteskan minyak di telapak tanganku. Lalu ku oleskan perlahan di batang kemaluannya. Kini, terasa lebih lembut. Perlahan, kulanjutkan kocokan yang sempat terhenti.1915Please respect copyright.PENANAR8shKNeAdK
1915Please respect copyright.PENANANuKgTl26XG
Nafas Fajar terlihat memburu. Nampaknya, ia sungguh menikmati. Sementara tanganku terasa licin.1915Please respect copyright.PENANAlTmqk6TLd1
1915Please respect copyright.PENANA3DfGG35Xjs
Kurasakan kembali telapak tangannya menyusup melewati celana dalamku. Kali ini kubiarkan. Bersamaan dengan tanganku yang terus mengocok penisnya, Fajar juga melakukan hal yang sama. Satu jarinya masuk dalam kemaluanku.1915Please respect copyright.PENANAvToDKUClNm
1915Please respect copyright.PENANAulbqXdrOqZ
“Empshhh…huftt,” aku melenguh agak tertahan. Pinggulku sedikit meliuk kanan-kiri, mengikut irama jarinya.1915Please respect copyright.PENANALy9em7fXI8
1915Please respect copyright.PENANABXfRXJZEWw
“Gimana, tan, enak?” tanyanya.1915Please respect copyright.PENANATSHwo0VGYo
1915Please respect copyright.PENANArNTujCUixf
Aku mengangguk pelan. “Kamu gimana?” tanyaku agak malu.1915Please respect copyright.PENANAelOqnvB64W
1915Please respect copyright.PENANAfSMF2QjSlk
“Tangan tante jos banget.” Suaranya terdengar riang.1915Please respect copyright.PENANAHVkRTQXK6K
1915Please respect copyright.PENANAnlnbJwJnLB
Aku malah bangga mendengar pernyataannya barusan. Lima menit berlalu. Tapi, tak kunjung kulihat ia akan mencapai orgasme.1915Please respect copyright.PENANAb6XH735rVA
1915Please respect copyright.PENANAhua7tDyeXc
“Masih lama gak?” tanyaku.1915Please respect copyright.PENANAVL5qhxYkSP
1915Please respect copyright.PENANAumsoSXNst6
“Awww….” Fajar malah menjawab pertanyaan ku dengan mendorong jarinya masuk lebih dalam. sontak membuatku memekik pelan. “Ih, Fajar!” Aku berkata dengan suara manja.1915Please respect copyright.PENANA86KtLuDPpJ
1915Please respect copyright.PENANARjiiBEDbpM
Fajar malah terkekeh. “Kalau mau cepet, sepongin, tan.”1915Please respect copyright.PENANAm0HznRmUZ8
1915Please respect copyright.PENANAlHzaHTwmGo
Dengan cepat aku menggelengkan kepala. Menolak.1915Please respect copyright.PENANAJJWfN508Z1
1915Please respect copyright.PENANAiFPFAsN3GI
“Kalau gitu bisa sampe satu jam tante ngocokin kontol Fajar.”1915Please respect copyright.PENANAySy5ZUplO5
1915Please respect copyright.PENANATtqRgEEk9f
Sontak kupukul pahanya. “Jangan ngomong Jorok!”1915Please respect copyright.PENANAou1VNMrIEs
1915Please respect copyright.PENANADJf2pFxrde
“Empshhh…,” Fajar menekan jarinya agak dalam. Membuatku mengerang tertahan. “Keluarin, Gak!” Kataku, garang.1915Please respect copyright.PENANAylwSqF7snR
1915Please respect copyright.PENANAWK9ePkynkX
“Dasar tukang marah.” Fajar menarik keluar jarinya dari kemaluanku. Sekarang aku bisa fokus mengocok penisnya.1915Please respect copyright.PENANA28XG59HbJT
1915Please respect copyright.PENANAcPIj2pWc5Q
Sepuluh menit berlalu. Tak kunjung juga ia menampakkan tanda-tanda akan orgasme.1915Please respect copyright.PENANAWX3q3IlxNJ
1915Please respect copyright.PENANAOHutbwdBYn
Aku menghela nafas cukup dalam. “Jar, tante capek, lho.”1915Please respect copyright.PENANAVjgNfONeOc
1915Please respect copyright.PENANAdA9t3k2MKr
“Kan, udah Fajar bilang, Kalau Cuma pake tangan, bisa satu jam baru keluar.”1915Please respect copyright.PENANAvlUt0mSTLf
1915Please respect copyright.PENANAkXvkDO1YrI
Aku mendengus kesal. Sudah berapa kali aku melumuri tanganku dengan minyak. Tapi, tak kunjung juga kemaluannya mengeluarkan cairan putih nan kental. Kemudian aku berhenti sejenak, merehatkan tanganku yang terasa pegal.1915Please respect copyright.PENANAeZMr8kDnIH
1915Please respect copyright.PENANAQeZLDFIP71
“Gimana kalau kontol Fajar dikocok di tengah-tengah susu tante.” Fajar meremas pelan buah dadaku sambil tersenyum nakal.1915Please respect copyright.PENANAkFPgNZG8fn
1915Please respect copyright.PENANAxQlpyF4eye
Reflek kupukul bahunya untuk yang kedua kalinya, cukup keras. “Udah tante bilangin, jangan ngomong jorok!”1915Please respect copyright.PENANAGKnQS5azwq
1915Please respect copyright.PENANATy6s4UBLlf
“Mau gak, tan?” alisnya sedikit terangkat.1915Please respect copyright.PENANA36EZLHHAzS
1915Please respect copyright.PENANA4JVcecFlAJ
“Gak!” jawabku ketus.1915Please respect copyright.PENANAeQs60Tqo6i
1915Please respect copyright.PENANAStzlMsy7Tk
Fajar meraih kembali tanganku menuju penisnya. Belum ada satu menit beristirahat dan kini aku harus harus mengocok kembali penisnya.1915Please respect copyright.PENANA9POmu739n0
1915Please respect copyright.PENANA8zz64tZfpX
“yaudah, kalau Tante mau capek,” katanya. “Kocokin lagi.”1915Please respect copyright.PENANA1MyrTXwe1O
1915Please respect copyright.PENANABsAMP8teZe
Aku mendengus dan kembali mengocok penisnya. Terhitung 15 menit aku mengocok kemaluannya. Dan pada akhirnya aku menyerah. “Yaudah boleh. Tapi awas aja kalau sampe masuk!” suaraku terdengar sedikit mengancam.1915Please respect copyright.PENANAfCdy20vt4o
1915Please respect copyright.PENANAHH34UeSHpu
Fajar terlihat riang. Perlahan ia rebahkan tubuhku di ranjang. ku sandarkan kepalaku di bantal. Ia beranjak naik di atas ranjang. kemudian berjongkok di kedua buah dadaku. Kini, penisnya tampak jelas di wajahku. Tangannya meremas buah dadaku terlebih dahulu.1915Please respect copyright.PENANApxUj5bIHkm
1915Please respect copyright.PENANAJ8sZdwJG26
“Udah, ih, cepetan!” kataku, memalingkan wajah, sebab penisnya terlalu dengan dengan wajahku.1915Please respect copyright.PENANARfeaKj0C84
1915Please respect copyright.PENANAHeWx0Shzdj
Kemudian ia meletakan penisnya di tengah buah dadaku. kedua buah dadaku ia hempit di antara kemaluannya. Perlahan pinggulnya maju mundur. Bisa kurasakan penisnya bergesekan dengan buah dadaku. Entah kenapa, ada rangsangan sendiri yang kurasakan. Apalagi ketika menatap penisnya yang menegang. Perlahan kurasakan kemaluanku semakin terasa lembab, seperti embun pagi yang menyelinap melewati kaca jendela.1915Please respect copyright.PENANAhFN8UFhUGL
1915Please respect copyright.PENANAVbDtS8ffJ7
Fajar terus memaju-mundurkan pinggulnya. Matanya terpejam, kedua tangannya menekan buah dadaku. Aku memandang penisnya yang terhimpit di antara kedua buah dadaku. Mendadak tubuhku terasa bergetar dan tersengat ketika semakin lama kuperhatikan penisnya. Terlihat pucuk penisnya mengeluarkan cairan bening, seperti anak bayi yang ngeces.1915Please respect copyright.PENANAVaeDhuYScb
1915Please respect copyright.PENANAMheGl0GD9A
“Gila…, susu tante enak banget!” Suara Fajar terdengar menahan desah. Dahinya banjir akan keringat. Kedua tangannya semakin erat menekan buah dadaku.1915Please respect copyright.PENANAjJJU0CHOJC
1915Please respect copyright.PENANAyyFFjcuUwP
“Kalau mau keluar bilang,” kataku. “Awas aja kena muka tante.”1915Please respect copyright.PENANAdvZW3Yrvl4
1915Please respect copyright.PENANAKFy6u8hu4Y
Mendadak Fajar berhenti. Ia kemudian menanggalkan bajunya, lalu menarik keluar penisnya dari himpitan buah dadaku. Aku melihatnya terheran. Ia malah beranjak mundur. Sepersekian detik kemudian, ia melorotkan celana dalamku. Lalu membentangkan kedua kakiku lebar. Sontak, aku mencoba bangkit.1915Please respect copyright.PENANAtWNqpJFJT9
1915Please respect copyright.PENANAHeE0on4omK
“Empshh…, Jar…, jangan.” tubuh kembali terhempas ke ranjang.1915Please respect copyright.PENANA7cWSsXc0Xk
1915Please respect copyright.PENANAmauPP2JT5S
Aku merasakan kemaluanku dijilati oleh lidahnya. Tubuhku merinding, desir nikmat kurasakan berkali-kali lipat. Dimas, suamiku, tak pernah menjilati vaginaku. Dan Fajar melakukannya. Memberiku suatu nikmat yang belum pernah kurasakan sejak awal pernikahan. Aku memejamkan mata, pinggulku meliuk-liuk akibat lidahnya.1915Please respect copyright.PENANA7LIX26GEYw
1915Please respect copyright.PENANAZHAPsyKi7L
“Ahhh…, Empsshhh….” Tidak ada lagi penolakan dariku. Aku malah semakin menikmati permainan lidahnya. “Empshh… ahhh…berhenti…, Jar” Aku mencoba bangkit kembali, Reflek ia mendorong perutku yang membuatku kembali terbaring.1915Please respect copyright.PENANAwFW2F3KyQc
1915Please respect copyright.PENANApDdcuh8qzL
Permainan lidahnya semakin membuatku merintih nikmat. Kepalaku menggeleng kanan-kiri. Pentilku terasa mengeras, keringat-keringat mulai membanjiri tubuhku. Aku meremas sprei dengan kuat. Kemudian kurasakan lidahnya berhenti. Aku mendongak ke bawah. Terlihat Fajar bangkit dan mengangkat kedua kakiku.1915Please respect copyright.PENANA1SKcDDZmQY
1915Please respect copyright.PENANA7uQBtORfG6
“Jar…, please…, jangan!” Aku merapatkan kedua kakiku, mencegah penisnya agar tidak masuk. Tapi, Fajar tidak kehilangan ide. Ia mendekat dan mencumbu bibirku.1915Please respect copyright.PENANA2LdRy3HXAU
1915Please respect copyright.PENANAkAp7zGKDta
Aku malah membalas cumbuannya. Gairahku tidak tertahan. Fajar beranjak ke arah ketiakku. Tanganku ia angkat, dan ia jilati. Aku mengerang menahan geli sekaligus nikmat. Tangan satunya mengobrak-abrik kemaluanku.1915Please respect copyright.PENANAsJERoRWHez
1915Please respect copyright.PENANAlnkOoPJZjt
“Empshhh…Jar….,” tidak ada penolakan dariku. Hanya lenguhan, desahan, erangan yang kulontarkan.1915Please respect copyright.PENANAC4ar8BRsuD
1915Please respect copyright.PENANA0Vv0fKJZ8H
Melihatku yang tak lagi melawan, Fajar kembali mengangkat kedua kakiku. Aku tidak bisa mencegahnya lagi. Tenagaku tak cukup kuat. Kenikmatan yang kurasakan terlalu nikmat.1915Please respect copyright.PENANAWjupx4u0ZY
1915Please respect copyright.PENANAHOXo33RD9E
Nafasku tercekat, jantungku memompa darah begitu cepat, cengkraman tanganku pada sprei semakin menguat. Bersamaan dengan itu, kurasakan ada sebuah benda yang mencoba masuk dalam kemaluanku. Aku menggigit bibir, memalingkan wajah, sedikit meringis.1915Please respect copyright.PENANAQMLcOmfjXp
1915Please respect copyright.PENANAF6GbIkNLBD
“Empshh…, Ahhhh…,” desahku pecah seketika.
1915Please respect copyright.PENANATkEUYkRdLU
Bersambung
1915Please respect copyright.PENANAwCQoxAWZ3I
1915Please respect copyright.PENANAMHiIXm9aQG
1915Please respect copyright.PENANAr0TK1HWM5H