Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2U3eveIVpl

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr32kyYCDmQ

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSsTtJMVe1F

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEh9cYqAYeI

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5smRZSinLK

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUUI2pPYe15

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkBqxcu1GAk

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZv2phuDJKQ

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO7mZIIpCZ6

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2tOpeLgXCb

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl3ucFMIjD1

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqRQPYr4bWH

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCB9gOBZV0x

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWZezKtUckq

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXUriSYCT5s

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2j9siE3f2t

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5LBrr9XEnY

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDU09Kgd21G

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOAOujCfgQl

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuflkI7mpkq

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL1dDjiiI5r

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlPQzl3ryg8

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC8eBxV7qDu

Dan dia suka itu.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbDNlOH3YWS

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwsQS9y56oJ

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi5N49QNOSW

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY84Noi6JLy

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgDgiSRxDGG

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡewKFdW8rIJ

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3uqT6Nxrf9

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXGnDzTQugl

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBBwgZQeENo

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ54w5egYdry

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHbRmTuxPZh

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2VHJgq51it

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ05Hm08WgXS

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBr694uABtj

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOZJ7Oo1jzs

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5zdmgQxygK

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEvVAcyccsE

24534Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE027duSv9G

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.217.6da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: