
Chapter 2: Celah yang Mulai Terbuka
POV Jaka
22116Please respect copyright.PENANAyxkcWLRauL
Beberapa minggu belakangan, setiap kali Riska pulang kerja, selalu ada cerita baru dari kantornya. Kadang soal kerjaan, kadang soal gosip, tapi yang paling sering—tentang Nina.
22116Please respect copyright.PENANAP4f80UVq0B
Aku udah mulai hafal gaya dia kalau mau cerita hal "agak nakal". Awalnya senyum-senyum sendiri, terus ngeteh dulu, duduk selonjoran, baru deh mulai nyerocos.
22116Please respect copyright.PENANAjxu9HMdTP3
"Mas, tahu nggak, Nina tuh parah banget hari ini..." katanya, matanya berbinar lucu.
22116Please respect copyright.PENANAWo4gSgZ4a1
"Parah gimana?"
22116Please respect copyright.PENANAyjuMeI7Y18
"Tadi dia cerita katanya pas dia liburan ke Bali, dia ketemu cowok bule. Terus... ya gitu deh. Mereka 'main'. Terus dia bilang gini ke aku, 'Ris... kamu tuh belum ngerasain nikmat dunia kalo belum nyobain yang ukurannya bule.'"
22116Please respect copyright.PENANA9tUYZuPa62
Aku berhenti menggulir HP, menoleh ke Riska.
22116Please respect copyright.PENANAupadvUQK3t
"Terus kamu gimana?"
22116Please respect copyright.PENANAe2xOMD2UGf
Dia nyengir. "Ya kagetlah! Aku cuma bisa bilang, 'Ih, Na... dosa banget.' Tapi dia malah ketawa dan bilang, 'Ris, nikmat itu kadang nggak ada di suami sendiri. Kamu belum tahu rasanya batang besar dan panjang yang bukan milik sendiri... itu tuh beda, Ris. Sampe ke ubun-ubun.'"
22116Please respect copyright.PENANAAT8xCFq5X8
Riska ketawa geli waktu cerita itu, tapi aku cuma bisa mengerutkan kening.
22116Please respect copyright.PENANAucBT9oF4NB
"Duh, Mas... serem ya. Tapi lucu juga sih, Nina tuh kalau cerita vulgar tuh ekspresinya datar banget, jadi makin absurd."
22116Please respect copyright.PENANAvA5llKALGg
Aku maksa ketawa, tapi dada rasanya sesak. Aku nggak suka dengar cerita kayak gitu dari istriku—apalagi dia kayak menikmati momen ngobrolin hal-hal vulgar bareng temennya itu.
22116Please respect copyright.PENANAAkAXlDT2SL
"Dia ngomong gitu ke kamu tiap hari?"
22116Please respect copyright.PENANA6UGLtFhLcr
"Enggak sih, tapi sering. Dia tuh suka iseng ngajak aku ngobrol hal-hal kayak gitu. Kadang aku jawab sekenanya, tapi ya... ada aja yang bikin penasaran juga, sih."
22116Please respect copyright.PENANANhC38NnPxW
Kalimat terakhir itu—"bikin penasaran juga"—masih terngiang-ngiang di kepala waktu aku coba tidur malam itu.
22116Please respect copyright.PENANA2BDH95rnrb
22116Please respect copyright.PENANAua8DCEHPEi
---
22116Please respect copyright.PENANAb3C4hb9uoA
Pagi-pagi, waktu Riska lagi dandan, aku perhatikan dia lebih niat dari biasanya. Lipstik pink tipis, sedikit bedak, alis dirapihin. Wangi parfumnya juga baru.
22116Please respect copyright.PENANAI2wLQ87xNU
"Parfum baru ya?" tanyaku, pura-pura santai.
22116Please respect copyright.PENANAk4XCuU9m6s
Dia menoleh sambil senyum. "Iya, Nina ngasih. Katanya biar aku kelihatan lebih fresh."
22116Please respect copyright.PENANAE1NpM8PTT7
"Emang kamu niat kelihatan fresh buat siapa di kantor?" tanyaku sambil ngelirik.
22116Please respect copyright.PENANALows6OHTWv
Riska ketawa. "Ya biar enak dilihat aja. Masa keliatan kusam tiap hari?"
22116Please respect copyright.PENANAQpaD7PFwEP
Aku mengangguk, walau masih ada sisa sesak di dada. Aku nggak mau jadi suami posesif. Tapi sulit menepis perasaan bahwa Riska mulai... berubah. Cara bicaranya, cara berdandan, bahkan cara dia memandang dirinya sendiri—semua mulai bergeser.
22116Please respect copyright.PENANAqQeBYDX3gH
22116Please respect copyright.PENANAuB3lzp2nZz
---
22116Please respect copyright.PENANAqCCrWVCE0U
Siangnya aku iseng buka-buka akun sosial media. Riska jarang update, tapi aku coba cari akun Nina. Setelah beberapa pencarian, akhirnya ketemu. Akunnya penuh foto-foto selfie dengan caption yang... cukup vulgar untuk standar temen istriku.
22116Please respect copyright.PENANAGp0eJD7qG4
Salah satu caption yang bikin aku menelan ludah:
“Kadang tubuh butuh yang asing... karena yang biasa udah nggak ngasih rasa.”
22116Please respect copyright.PENANAKGMHPwRCqw
Ada satu foto Nina dan beberapa teman kantor—termasuk Riska. Di situ istriku senyum, berdiri agak dekat dengan dua cowok yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
22116Please respect copyright.PENANAIxmu7LoZ0s
Aku nggak mau mikir macem-macem.
22116Please respect copyright.PENANA2f1t1W5DWl
Tapi ya... sebagai laki-laki, ada insting yang susah ditepis. Insting bahwa sesuatu di balik senyum Riska belakangan ini bukan cuma karena "pekerjaan yang menyenangkan".
22116Please respect copyright.PENANAaLFFMkCFWQ
22116Please respect copyright.PENANAqSH7UlCZZN
---
22116Please respect copyright.PENANAEipppWvk68
Sore itu dia pulang telat. Katanya ada lembur mendadak.
22116Please respect copyright.PENANA8DQ017qQnR
Waktu dia sampai rumah, aku udah siapin teh hangat.
22116Please respect copyright.PENANAoDakoMewJm
"Capek, Mas..." katanya sambil selonjoran di sofa. "Tadi Pak Arman bawain tumpukan invoice, padahal udah sore banget."
22116Please respect copyright.PENANAtDL3qdTINT
"Pak Arman emang sering minta kamu kerja lebih ya?"
22116Please respect copyright.PENANATIvPtD1WC7
Dia mengangkat bahu. "Kadang. Tapi ya namanya juga atasan. Aku nggak bisa nolak."
22116Please respect copyright.PENANAZ1JOThWp9x
Aku menahan diri buat nggak komentar banyak. Aku cuma ngangguk sambil menyodorkan teh.
22116Please respect copyright.PENANAT9UdGBBYC6
Riska menyesap pelan, lalu tersenyum. "Tadi pas Nina lihat aku masih kerja, dia nyeletuk, ‘Ris, jangan terlalu rajin nanti makin dilirik bos, lho. Si Pak Arman tuh seneng sama tipe yang nurut-nurut cantik kayak kamu.’ Hahaha, dasar Nina."
22116Please respect copyright.PENANA5INCTk4lha
Aku hanya ikut tertawa kecil, walau hati ini makin nggak karuan.
22116Please respect copyright.PENANAtRB9qu3YAb
Aku ingin percaya, semua ini cuma gurauan kantor. Cuma obrolan iseng antara rekan kerja.
22116Please respect copyright.PENANAYEhzcc2UqY
Tapi naluriku bilang, ini lebih dari sekadar itu.