Setelah kejadian itu, entah kenapa aku semakin terobsesi kepada Ani. Aku tidak mengerti perasaan dalam hatiku ini. Yang pasti ini bukan cinta, karena perasaan ini tidak sama ketika aku beru pertama kali jatuh cinta kepada istriku, dan sampai sekarangpun, aku tidak merasakan perasaan yang sama dengan perasaanku kepada Ani. Tetapi maaf, kawan. Ini juga bukan tentang birahi, karena setelah kejadian itu, aku tidak dalam kondisi yang menjadi ketagihan. Parahnya lagi, ini perasaan ini bukan hanya kepada Ani, tetapi kepada Kak Umi dan Mia. Aku jadi tertarik untuk mencoba menaklukkan kedua iparku ini di ranjang, sekaligus aku penasaran akan aksi dan reaksi mereka ketika mereka bermain denganku. Mungkin sebahagian dari kalian menilaku sebagai orang yang maruk, rakus, atau apalah. Tetapi ini adalah tentang hasrat, dan sepertinya hasrat ini harus dituntaskan.19621Please respect copyright.PENANA9HNcvMi40h
19621Please respect copyright.PENANAjnRstFmSEK
Aku menatap lekat-lekat surat tugas yang terpampang di mejaku. Tiga hari kedepan aku harus mengikuti sebuah Diklat di Ibukota provinsi. Sebenarnya diklat apapun yang biasa dilakukan menjelang akhir tahun kemungkinan besar hanya bertujuan untuk menghabiskan anggaran pemerintah pusat. Persoalan hasilnya sesuai sasaran atau tidak, nanti dulu. Sebagai seorang PNS tentu aku harus mengikuti penugasan yang telah diberikan kepadaku. Berarti aku masih punya dua malam untuk ‘menghajar’ kelamin istriku sebelum aku berpuasa selama seminggu. Kualihkan pandanganku pada angka-angka dan tabel di dalam monitor desktop di mejaku. Laporan dan laporan. Seperti itulah seterusnya. Tetapi aku bersyukur dengan pekerjaanku, karena aku sadar banyak orang yang tidak beruntung mendapatkan kesempatan yang sama denganku. Ku simpan file itu dalam foldernya lalu ku tutup aplikasinya. Mungkin sebaiknya aku buka-buka instagram dulu di desktop buat ngecek timeline.19621Please respect copyright.PENANAVLRqCZYBcB
19621Please respect copyright.PENANAGhiyiSA1GH
Salah satu hobbiku adalah fotografi meskipun sangat jarang dilakukan. Terakhir kali hunting bareng komunitas mungkin sudah sekitar enam bulanan dan kini kamera DSLR ku hanya terdiam di dalam cabinet di rumah. Ku buka timeline instagramku dan melihat beberapa postingan dari fotografer favoritku. Kadang-kadang aku kagum dengan cara mereka mengatur komposisi pengambilan gambar. Kombinasi eksposure yang menakjubkan. Ku putar scroll mouse ke bawah, hingga aku menemukan postingan foto Ani.19621Please respect copyright.PENANAKIcxk5i7jn
19621Please respect copyright.PENANAZSh6DfikDJ
Dia tampak sangat cantik dan modis duduk di sebuah bangku kayu dengan latar belakang pantai dan suasana sore yang elegan. Dengan pose memiringkan sedikit kepalanya ke kiri, Ani sangat cantik ketika melemparkan senyumnya menghadap lensa yang menangkap gambarnya waktu itu. Matanya dihiasi kacamata hitam sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Jilbabnya tampak sedikit berkibar menyiratkan tanda bahwa ketika foto itu diambil, angin sore sedang bertiup.
“Ketika kita terlihat sangat rupawan di mata orang, ingatlah bahwa itu bukan karena kelebihan kita, melainkan hanya karena aib kita disembunyikan oleh Tuhan. ~ngutip kata-kata seorang motivator~”
Aku tersenyum membaca caption itu karena akulah yang pernah mengucapkan kata-kata itu padanya ketika dulu dia pernah curhat kepadaku masalah tetangga lamanya di kontrakan sebelum ia dan suaminya pindah membangun rumah di tempat lain. Kembali terbayang ingatan seminggu yang lalu ketika sampai siang Ani terkapar di dalam kamarku, hingga Arni yang datang jam 7 pagi di rumah menyangka kalau kakaknya sedang sakit. Kami meninggalkannya di rumah waktu itu dan kembali sibuk dengan persiapan perkawinan.19621Please respect copyright.PENANAWf2ERL5G9d
19621Please respect copyright.PENANAysErQUMsl3
Kami tidak bisa mencegah rasa canggung yang mengendalikan setiap aktifitas fisik kami setelah kejadian itu. Ani terlihat agak menjaga jarak denganku, begitupun aku. Pada saat selesai resepsi pernikahan, seluruh keluarga berkumpul berbagi cerita di rumah mertua. Pada saat itu jujur aku tidak berani menatap matanya dan aku yakin diapun begitu. Bahkan ketika semua kembali normal, Ani dan suaminya akan kembali ke kota domisili mereka, Ani hanya bersalaman denganku, tanpa ada kata-kata pamit. Tidak seperti yang sudah-sudah, kali ini Ani hanya pamit dengan sebuah senyum ketika tanganku menjabat tangannya.19621Please respect copyright.PENANAGcqRGPTtVg
19621Please respect copyright.PENANAH0zqcitZKy
Aku tidak mengerti makna senyuman itu.
“Kamar 221, Pak.” Ucap resepsionis cantik itu sambil menyerahkan kartu kunci kamar padaku sekaligus mengkonfirmasi kalau akulah peserta terakhir tang check ini di hotel ini.19621Please respect copyright.PENANACPxGIvorXm
19621Please respect copyright.PENANAzK7eqS29nK
“Terima kasih, Mbak.” Ucapku segera menuju kamar di lantai dua.19621Please respect copyright.PENANAYrj5PRfyhe
19621Please respect copyright.PENANA8fbQfcQjEC
Aku jadi penasaran, baigaimana dengan teman sekamarku. Seperti apa rupanya, apa jabatannya, dari mana asalnya, dan lain sebagainya. Memang sudah menjadi kebiasaan di lingkup kedinasan bahwa Pelatihan yang dilaksanakan di hotel, pesertanya dipesankan kamar yang double bed, bahkan biasa pernah aku mengikuti pelatihan yang kondisinya harus bertiga satu kamar.19621Please respect copyright.PENANAIDbYg1puxg
19621Please respect copyright.PENANAQVZmKeqUiK
“Cklek….”19621Please respect copyright.PENANARo3GyWRiZ1
19621Please respect copyright.PENANA63ONcwJ1Gw
aku memasuki kamarku yang masih gelap. Itu artinya slot kunci di dekat pintu masuk masih belum diisi kartu kunci. Entah apa istilah kerennya. Kamarpun menjadi terang seketika slot kunci itu ku isi. Tetapi aku heran, kalau aku adalah peserta terakhir yang dikonfirmasi, lalu mengapa kamar ini masih kosong? Hmm…. Sepertinya ini harus dikonfirmasi ulang. Ku letakkan travel bag ku di dalam lemari dan menghubungi resepsionis.19621Please respect copyright.PENANA2mwrI1zM6v
19621Please respect copyright.PENANASR6ijyUfO2
“Halo selamat siang, dengan resepsionis di sini, ada yang bisa kami bantu?” ujar suara merdu yang terdengar di ujung telefon kamar begitu lancer mengalir.19621Please respect copyright.PENANAz8tIUus9FM
19621Please respect copyright.PENANAjOgsp5CNa8
“ini dengan kamar 221, Mbak” ucapku.19621Please respect copyright.PENANACd3xghUshK
19621Please respect copyright.PENANAJec0J8hanN
“Iya, Pak? Ada yang bisa kami bantu?”19621Please respect copyright.PENANAQOgrvbUh0j
19621Please respect copyright.PENANApYCjbAUEkB
“Begini, mbak. Saya tadi dikonfirmasi adalah peserta terakhir yang check ini, betul?”19621Please respect copyright.PENANAwA1Qq7Dfsn
19621Please respect copyright.PENANAQexxmJcqi9
“Betul sekali, pak”19621Please respect copyright.PENANAEwU4GNt6ba
19621Please respect copyright.PENANA006eXvAbNi
“kalau begitu, teman sekamar saya kok nggak ada, ya?”19621Please respect copyright.PENANAUeSqm7Fh1D
19621Please respect copyright.PENANAnpjXIWDHPS
“Oh.. maaf, pak. Memang list tamu yang diserahkan oleh Hotel G*** memang hanya seperti itu, Pak. Artinya Bapak hanya sendiri di kamar itu.”19621Please respect copyright.PENANAFaXiRn2ngV
19621Please respect copyright.PENANAXz0dpcFskZ
“Ohhh… Ya suda kalau begitu. Terima kasih, Mbak”19621Please respect copyright.PENANATwiB4OfOHi
19621Please respect copyright.PENANAdaLKUkFNNm
“Kembali….”
Sekedar infor saja, sebenarnya tempat Diklat yang kuikuti adalah di Hotel G*** sedangkan ini adalah Hotel E***. Pihak panitia dan managemen Hotel G*** rupanya kurang koordinasi karena jumlah kamar di Hotel G*** tidak cukup menampung jumlah peserta. Alhasil, beberapa peserta yang terlambat registerasi dipindahkan akomodasinya ke Hotel E*** yang berjarak tidak jauh. Di Hotel E*** sendiri tampaknya juga ada pelatihan untuk PNS yang bekerja sebagai guru karena sewaktu check in, aku banyak melihat guru-guru yang sedang bersiap mengikuti pelatihan di hotel ini.
Aku ternyata sendirian di kamar ini. Entah apakah aku harus senang atau apa. Aku hanya berharap seandainya istri dan anakku bisa ikut, pasti akan ada yang menemaniku di kamar ini. Tapi sudahlah. Toh aku akan sibuk dengan tugas-tugas selama pelatihan jadi kesendirian ini tidak terlalu menggangguku.19621Please respect copyright.PENANAYsx56c7b8x
19621Please respect copyright.PENANAASS9tu8KOm
Waktu di dinding kamar menunjukkan Pukul 19.25 ketika resepsionis menelfon dan memberitahukan bahwa jemputan ke Hotel G*** untuk pembukaan pelatihan telah siap di depan. Aku pun langsung mengiyakan dan segera menuju ke mobil jemputan. Pembukaan berlangsung monoton seperti biasa, dilanjutkan dengan pembahasan regulasi pemerintah tentang beberapa kebijakan yang berkaitan dengan institusiku. Tentunya tidak terlalu menarik untuk harus ku ceritakan di sini. Pukul 22.30 jemputan kembali membawaku ke hotel untuk istirahat.19621Please respect copyright.PENANAdRYf5f3MMo
19621Please respect copyright.PENANAPvOqlF9C6c
Setibanya di hotel, aku memilih untuk duduk-duduk di café sambil menikmati free akses wifi untuk melihat lihat timeline di BBM sambil menimati secangkit cappuccino hangat dan alunan musik lembut. Kembali mataku tertuju ke DP Ani di BBM yang sangat cantik. Posenya yang tersenyum tetapi menatap ke samping seperti model professional. Dia seperti seorang model, bukan seorang guru.
Dasar Kampungan
Itu status BBMnya. Aku tidak mengerti apa maksudnya, hingga kuputuskan untuk mengomentari statusnya.
Kenapa, Ni. Ini status kok kaya’ lagi BT
Kirim. Ku tatap layar ponsel pintarku. Petunjuknya menandakan Ani telah membaca statusku, tetapi sepertinya dia enggan membalas. Memang sejak kejadian itu, Ani seperti menghindariku. Beberapa kali ku kirimi BBM taupun WA tetapi dia tidak pernah membalasnya. Inilah yang membuatku menjadi serba salah. Ya sudahlah. Ku masukkan ponselku ke dalam saku celana, dan kembali menatap ke jalanan ibukota provinsi yang masih enggan beristirahat.19621Please respect copyright.PENANAzSHqsykG4m
19621Please respect copyright.PENANAxZW1rrUpXJ
“Drrrttt”19621Please respect copyright.PENANAkwUBqiGPl5
19621Please respect copyright.PENANAE87j70Hu6f
Ponsel pintarku bergetar pertanda ada notifikasi yang masuk. Ketika ku buka, ternyata BBM dari Ani. Entah apa harus senang atau apa, ku rasakan darahku berdesir.
Ini, nih….Ibu guru sekamarku. Masa’ dia ngajakin anak-anaknya yang kuliah di sini buat nginep di kamar, jdinya kan rame gimana, gitu.
Aku segera membalasnya.
Wah….korupsi tingkat dasar, tuh. Wajarlah, mungkin orang kampung seperti saya. kapan lagi ginap di hotel, gitu
Iya. Menjengkelkan banget. Mau marah tapi gak enak. Mau di diemin malah makan ati sendiri.
Emangnya ada pelatihan, Ya?
Iya. Diklat pengembangan Kurikulum dan Media pembelajaran
Ohh….sama donk kita. Aku juga lagi pelatihan di Hotel G***
Kalau aku di Hotel E***
Bersambung......19621Please respect copyright.PENANAIPGu4bJ1YX