Aku beranjak dari kursi, menatap cermin yang memantulkan sebuah bayang wanita paruh baya. Wanita tersebut matanya nanar, hanya saja amarahnya padaku masih lebih jelas ketimbang hasratnya untuk menangis. Ku hanya diam, dan perlahan mencoba untuk meninggalkan nya.
Keputusanku sudah bulat, tidak semestinya aku disini, aku butuh kebebasan, aku bukan sapi yang hidungnya sedang di cekokin. Inginku memaki, tapi tak sepantasnya aku memaki perempuan yang telah meminjamkan rahimnya kepadaku. Sebelum langkahku semakin jauh, aku menghampirinya, lalu memeluk erat tubuhnya, seolah berkata "aku harus pergi, mungkin ini terakhir aku rasakan hangat buaianmu".
ns52.15.242.179da2