BAB 2
SYARAT MACAM APA INI?!!!
AKU TIDAK BISA LEVEL UP!!!
406Please respect copyright.PENANAoeS3cec0u9
“Bangun. Saat nya kita memantau keadaan desa.” Aku membangunkan Xiang Xiang.
“hmmmm…” Xiang Xiang menggeliat kan tubuhnya.
“Bisakah aku tidur sebentar lagi?” tanya Xiang Xiang tanpa membuka matanya.
“Yah terserahlah, kalau kau ingin diserang oleh siluman.” Ujarku sembari mengecek senjata dan kondisiku.
“Hmmm…sekarang aku dalam kondisi terbaik. HP dan MP ku sudah pulih lagi.” Gumamku dalam hati.
Tak butuh waktu lama. Kami sudah berada di depan pintu gerbang desa. Kondisinya sudah tidak seperti kemarin. Kedua penjaga pun juga sudah tidak berseragam lengkap lagi. Bahkan beberapa pelindungnya terlihat setengah hancur.
“Seperti nya ada yang habis dihajar sampai babak belur nich.” Gurauku kepada Xiang Xiang.
Namun Xiang Xiang tidak menggubris gurauanku. Dia malah berlari mendekati kedua prajurit itu.
Dia mencoba memulihkan kondisi mereka berdua.
“Terima kasih.” Kata prajurit berlevel 27.
“Tidak. Seharusnya kami yang meminta maaf. Sebenarnya…hmmmmm. Hmmmm…” sekali lagi kubekam mulut Xiang Xiang.
“Sebenarnya apa?” tanya prajurit berlevel 23.
“Yah sebenarnya kami bisa memberi sedikit bantuan. Tapi karena kalian usir, apa boleh buat.” Kataku mencoba memprovokasi.
“Cihhh. Tahu apa kau? Siluman sepertimu tidak akan bisa membantu kami.” Kata prajurit berlevel 23.
“Hmmm. Bagaimana kalau kita bernegosiasi. Aku bantu kalian menghajar siluman-siluman itu saat gelombang kedua, kalian mengijinkan aku untuk tinggal sejenak di desa ini sampai levelku cukup untuk meninggalkan desa ini?” Ujarku sambil menyodorkan tanganku mencoba untuk berjabat tangan. Berharap mereka sepakat dengan persyaratan yang aku ajukan.
“Bagaimana kau bisa tahu mereka akan menyerang lagi?” tanya prajurit berlevel 23.
“Aku ini siluman. Insting silumanku mengatakan kalau mereka akan menyerang lagi. Mungkin dalam waktu sebulan atau dua bulan lagi.” Kataku mencoba meyakinkan mereka.
“Hmmm….Hal ini tidak bisa diputuskan begitu saja oleh kami. Silahkan aku antar kau menghadap tetua.” Kata prajurit berlevel 27.
“Baik. Temukan aku dengan tetua desa.” Ucapku sambil tersenyum.
“BUKA GERBANG!!!” teriak prajurit tersebut dan tak lama kemudian pintu gerbang itu terbuka.
“Silahkan lewat sini.” Kata prajurit tersebut.
Kami berdua berjalan memasuki desa. Kulihat beberapa rumah roboh dan beberapa dari mereka memperlihatkan wajah penuh putus asa. Begitu melihat tubuhku yang berbentuk siluman, wajah mereka berubah menjadi amarah.
Meskipun mereka diliputi amarah, tapi tidak ada satupun yang berani menyerang kami. Perbedaan kekuatan kami lah yang menjadi penyebabnya.
“Tunggu di sini. Aku akan berbicara dulu dengan Tetua.” Kata sang prajurit.
“Kukira kau akan menggunakan kekerasan.” Ucap Xiang Xiang.
“Yah…kekerasan tidak akan menghasilkan apa – apa.” Jawabku singkat. Aku pun kemudian duduk menunggu sang prajurit.
Selang beberapa lama.
“masuklah para pahlawan.” Terdengar suara merdu dari dalam. Suara seorang wanita. Mungkinkah Tetua yang dimaksud adalah seorang perempuan?
“Yosh. Sudah saatnya.” Kataku.
Selama menunggu aku mencoba membuka menu kemampuan. Ternyata kemampuanku sudah bertambah lagi.
Kemampuan Aktif Bernegosiasi lvl. 1,
Kemampuan Aktif Cangkang Kura-kura lvl. 1,
kemampuan Aktif Bilah 3 Pedang lvl. 1,
kemampuan Pasif regenerasi lvl. 1,
kemampuan Pasif pemulihan MP lvl. 1,
Kemampuan Khusus Menggunakan Satu Senjata lvl. 1,
kemampuan Khusus Menggunakan perisai lvl. 1
“Hmmm. Jadi aku memperoleh kemampuan karena aksi.” Gumamku sendirian.
“Akan kucoba kemampuan bernegosiasi. Semoga saja berhasil.” Kataku dalam hati.
406Please respect copyright.PENANAY7DmlcWwVj
“Selamat Pagi Tetua.” Sapa ku sambil membungkukkan badan.
Aku terkejut melihat kondisi fisik sang Tetua. Seorang wanita betubuh kecil, yah mungkin usianya sekitar 12 atau 14 tahun. dengan rambut hitam legam dikepang dua. Sehelai kain berwarna puttih menutup area dadanya yang baru tumbuh, memperlihatkan perutnya yang seksi. Celana panjang berwarna hitam membalut kakinya yang mungil. Tingginya kuperkirakan sebahu Xiang Xiang. Wajahnya oval dihiasi dengan bibir yang kecil menambah daya pikat nya sebagai seorang loli (karakter perempuan berusia di bawah umur atau berbadan seperti anak kecil).
Ruangan ini tidak begitu tinggi hingga aku harus duduk supaya tidak merusak atap bangunan.
“Selamat datang di desa Jia. Namaku Jia Li, Tetua di desa ini. Maafkan kekhilafan prajurit kami. Seandainya semalam Tuan dan Nona ada di sini, kemungkinan bisa meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan siluman – siluman itu.” Kata Jia Li dengan memasang muka sedih.
“Hahaha. Apa yang bisa diharapkan dari siluman buruk rupa ini?” Gurauku mencoba meluluhkan suasana ruangan yang tegang.
“Tiga prajurit desa telah gugur. 8 penduduk tewas, sisanya luka parah dan luka ringan. Tercatat 7 rumah rusak parah. Aku bukan ahli strategi, ahli siasat maupun ahli perang. Tapi aku mencoba meminimalisir jatuhnya korban.” Ujar Jia Li sambil melihat keluar jendela.
“Yaah…jika saja para prajuritmu tidak mencegah kami…” belum selesai aku bicara tetua sudah memotong :
“Tidak. Tidak. Bukan karena salah Tuan maupun prajurit kami. Ini adalah kehendak para dewa.” Kata sang Tetua.
“Hahahhaha. Benar – benar sekali. Ini semua kehendak sang dewa. Hahahahha.” Aku tertawa sambil melirik Xiang Xiang.
“Aduh!!!” tiba – tiba Xiang Xiang memukul kepalaku.
“Maafkan ketidaksopanan beliau Tetua.” Kata Xiang Xiang sambil membungkukkan badan.
“Tidak apa – apa. Sesekali bergurau itu menyenangkan.” Ujar Tetua sambil memasang senyum getir di bibirnya.
“Kita akhiri saja basa – basi ini Tetua. Langsung saja ke pokok permasalahannya.” Kataku memulai pernyataan serius.
“Mungkin kita awali dengan cerita terbentuknya desa Jia ini.” Kata Tetua Desa Jia sambil berjalan ke singgasananya.
Dia duduk dan mulai menceritakan kejadian 132 tahun yang lalu.
406Please respect copyright.PENANAepUwqbk2hZ
406Please respect copyright.PENANAksY9JC4thC
406Please respect copyright.PENANAejbCviCZhE
“Trang!!! Tringggg!!! Trangggg!!!” suara pedang beradu.
“Tebasan Angin!” Seorang wanita berambut merah menyala dengan panjang sebahu mengenakan pakaian tempur berwarna hitam kelam merapalkan sihir angin tingkat 7.
Dua tanduk melengkung di atas kepalanya menandakan perempuan itu adalah sosok siluman. Bertubuh tegak ideal dengan otot yang terlatih, terlihat wanita itu bukanlah wanita sembarangan. Dua pedang di tangannya berpijar dengan terang. Api merah menyala dengan ganas mengelilingi tubuh wanita tersebut. Api Seribu Tahun. sihir perlindungan berelemen api tingkat 8.
“Cangkang Kura – kura!” Tak mau kalah, seorang pria tua berjenggot panjang bertelanjang dada memamerkan tubuhnya yang kekar berotot. Memegang sebuah tombak bermata tiga. Pria tua tersebut berdiri dengan tegak. Seolah tak takut menghadapi sihir tingkat tinggi yang dilancarkan oleh sang wanita.
Dua kekuatan hebat beradu. Hasilnya mereka berdua terpental karena daya ledaknya.
“Seribu Peluru Air!” tiba – tiba ribuan peluru air menghujani mereka berdua. Seorang pemuda pesolek mengenakan baju berwarna biru, menghempaskan kipas yang berada di tangannya.
Sekali hempas, ribuan peluru air menghujani lawan – lawannya. Seribu peluru Air memang sihir tingkat 5, tetapi dengan banyaknya jumlah peluru yang dikeluarkan, serangan itu menjadi lebih berbahaya daripada Tebasan Angin.
“Api Seribu Tahun! Cangkang Kura – Kura!” kedua siluman mengeluarkan sihir pertahanan secara bersamaan.
Meskipun menggunakan perlindungan berlevel tinggi, Mereka berdua tetap berhasil di pukul mundur oleh pesolek tersebut.
“Hahahaha. Ternyata kalian lemah! Bisa dipukul mundur oleh si banci itu!!” serempak mereka bertiga menutup telinga mereka.
“Hahahaha. Bagaimana rasanya “Raungan Surgawi”-ku” sosok wanita cantik dengan rambut berwarna kuning, perawakannya hampir menyamai Tetua Jia li. mengenakan gaun berwarna putih. Rambutnya berwarna hijau mengkilat dan di sekitar tubuhnya memancarkan cahaya berwarna hijau. Hampir seluruh tubuhnya dihiasi loreng khas macan.
Pertarungan para penguasa Hutan Jia tiada henti.
Feng Ying, Siluman Naga Merah. Penguasa Wilayah Barat Hutan Jia. Memiliki Api Seribu Tahun sebagai pelindung nya.
Jian Heng, Siluman Kadal Bersisik Naga. Penguasa Wilayah Timur Hutan Jia. Memiliki Cangkang Kura-kura sebagai sihir pelindungnya.
Dhong Sheng, Siluman Lintah Darah Hitam. Penguasa Wilayah Utara Hutan Jia. Pria pesolek yang memiliki pesona dan kharisma dua jenis kelamin.
Shou Xue, Siluman Macan Taring Besi. Penguasa Wilayah Selatan Hutan Jia. Raungan surgawi-nya mampu membelah gunung.
Mereka berempat berlomba-lomba menyematkan diri sebagai penguasa hutan Jia. Sang Maha Kuat.
Pertarungan mereka berlangsung berhari – hari tanpa henti. Mengakibatkan kerusakan di dalam hutan Jia.
Suatu hari, saat pertarungan berlangsung dengan sengit. Tiba – tiba konsentrasi mereka terpecah karena mendengar suara tangisan bayi.
“Kita hentikan dulu pertarungan kita ini…aku mendengar tangisan bayi.” Kata Shou Xue mencoba menyudahi pertarungan mereka.
“aku setuju. Aku tidak akan bisa mengeluarkan kemampuan terbaik ku kalau ada gangguan.” Sahut Jian Heng.
“kalau aku sih tidak keberatan.” Timpa Feng Ying.
“Aku akan melihat siapa gerangan yang berani mengganggu pertempuran kita.” Tukas Dhong Sheng.
“Aku ikut.” Jian Heng mengejar Dhong Sheng.
“Cih. Siapa yang berani mengganggu pertarungan kita? Aku jadi penasaran.” Ujar Shou Xue.
“Ayo kita kejar mereka.” ucap Feng Ying.
Sekali kedipan mata, sosok mereka berempat sudah tidak terlihat lagi. mereka bergerak dengan kecepatan suara. Jika Sun Wu Kong sekali lompat 108,000 li ( + 54.000 km) terlampaui, maka mereka berempat sekali lompat bisa melampaui 345.000 li ( + 172.500 km).
Terlihat sosok gadis muda sedang menggendong bayi nya di tengah hutan. Mereka berempat mengelilingi gadis tersebut.
“Siapa kau?” Tanya Dhong Sheng.
Wanita tersebut terkejut akan kedatangan mereka berempat. Wanita itu kemudian mendekap bayi itu dengan erat.
“Ja…jangan…to…long…ja..jangan…ma…kan ka…kami…” jawab wanita itu sambil mengeluarkan air mata. Tubuhnya gemetar karena ketakutan. Di samping itu dia dan bayi nya mulai lapar. Sudah hampir setengah hari mereka berdua ditinggalkan di dalam hutan tanpa bekal atau peralatan apa pun.
“Haaaahhh…” Shou Xue menghembuskan nafas panjang.
“kami tidak akan memakanmu. Sekarang jawab siapa kau ini? Dan mengapa kau berada di sini?” tanya Dhong Sheng penuh kesabaran.
“ha…ham…hamba…di…diu…uu..sir..d..dari…de…desa…tu…tuan…” jawab wanita tersebut masih terbata – bata. Karena takut. Bahkan sekarang dia mulai mengucurkan air dari daerah kewanitaannya.
“Shhhhh…mmmmhhhhh…” sontak mereka berempat menutup hidung. Menghindari bau tak sedap karena kencing wanita itu.
“jangan takut. Tenanglah.” Kata Feng Ying.
“ka…kalau…kalian…i…ngin…ma…kan…makan…s…s..saja..a…a…ku…t…t…tapi…bi…biarkan…a…nak…i…ni…hi..hidup…” pinta wanita tersebut.
“Baiklah jika itu mau mu.” Kata Feng Ying.
406Please respect copyright.PENANASHM71lHpjX
“sejak saat itulah desa ini berdiri. Dan sudah sejak saat itulah kami hidup berdampingan dengan para siluman. Meski pun ada beberapa siluman yang melanggar perintah 4 raja.” Itulah penjelasan singkat Jia Li mengenai desa ini.
“Hmmm…” aku mencoba untuk berpikir sejenak.
“jadi, gerombolon siluman semalam salah satu anak buah dari Jian Heng?” tanya Xiang Xiang.
“Aku kira bukan.” Jawabku.
“Menurut legenda, siluman akan lebih kuat jika dia memakan manusia. Terlebih lagi manusia itu suci untuk cowok dan perawan untuk perempuan.” Jelasku melanjutkan.
“Yahhh…contohnya seperti guruku. Biksu Thong Sam Chong.” Kataku lagi sambil tersenyum. Aku sebenarnya aku membayangkan petualangan bersama biksu Thong. Aku ingin menghajar Sun Wo Kong yang memperlakukan Tit Pat Kay sewena – wena.
“hahhhhh…” aku mengambil nafas panjang.
“Biksu Thong?!” Tetua Jia Li melempar pertanyaan kepadaku sambil menatap para sesepuh desa. Namun tak satupun orang yang di dalam ruangan itu mengetahui tentang biksu Thong.
“Haaahhhh…bakalan susah nich ceritanya…” kataku dalam hati.
“Yah…lain kali akan kuceritakan kisahku. Sekarang, mau kah kau memberi izin untuk kami agar dapat tinggal di desa ini? Sebagai gantinya, aku akan memberikan tenagaku untuk menghadapi gerombolan siluman itu.” Aku mulai bernegosiasi dengan Tetua Jia li.
“Hmmmm…” Tetua Jia Li menyangga dahi nya, berpikir mencari solusi terbaik untuk desanya.
“kalau dilihat dari postur tubuhmu, sepertinya kau kuat. Aku tidak keberatan memberimu ijin. Tetapi apakah kau bisa meredam amarah penduduk terhadap siluman?” Tetua Jia Li berbalik bertanya kepadaku.
“Hahahhaha. Itu persoalan mudah. Menarik simpati orang adalah keahlianku.hahahhaha” Gurauku dengan tawa yang lantang. Tiba – tiba sebuah pukulan mendarat di kepalaku.
“Adududuhhhhh…” Xiang Xiang mendaratkan pukulannya di kepalaku.
“Kau sudah tidak waras? Kemarin hampir mati terbunuh oleh siluman kelinci. Sekarang berlagak sok kuat dan mencoba menjadi pahlawan?!” teriak Xiang Xiang di samping telingaku.
“Auuuhhhhh…” aku masih kesakitan karena pukulan kali ini terasa kuat.
“Bukankah sudah kubilang, kita masih memiliki waktu sebulan lagi. dalam waktu satu bulan itu, aku akan singkirkan semua siluman yang ada di area sekitar desa ini. Kita akan level up secepatnya.” jelasku kepada Xiang Xiang.
“Kau bisa mengetahui serangan mereka selanjutnya?!” Tetua Jia Li kaget kalau aku bisa mengetahui akan ada serangan gelombang kedua.
“Yahhhh. Aku ini siluman, jadi aku punya insting yang mengatakan mereka akan kembali menyerang desa ini.” kataku sembari mengusap – usap kepalaku yang dijitak oleh Xiang Xiang.
Padahal aku menerima pesan yang mengatakan bahwa ada misi yang wajib dijalankan. Yaitu melindungi Desa Jia dari gempuran gelombang kedua.
“Tian Zhi.” Jia Li memanggil seseorang yang berada di ruangan itu.
“Siap Tetua.” Prajurit berlevel 27 tadi menunduk sambil menjawab panggilan Jia Li.
“bawa mereka ke rumah persinggahan. Layani mereka sebaik mungkin.” Perintah Jia Li.
“Siap Tetua.” Tian Zhi dengan cepat memberi jawaban atas perintah Tetua.
“Yahhh. Kalau begitu kami permisi.” Xiang Xiang berpamitan dengan Tetua dan seluruh orang yang ada di dalam ruangan ini.
Setibanya di rumah persinggahan, aku dan Xiang Xiang mulai membasmi siluman yang berada di sekitar desa. Tidak semua kami bunuh. Hanya beberapa saja yang agresif ingin menyerang kami.
406Please respect copyright.PENANAF3sYvm0GFA
406Please respect copyright.PENANAbJy7jg2TmU
“hhhhhh…” aku terduduk lemah. Di awal – awal aku semangat untuk level up. Tapi kenapa tidak naik – naik juga levelku. Aku jadi tak bersemangat.
“ini sudah hari ketiga…tapi kenapa levelku tidak naik. Sudah banyak siluman yang kubasmi. Tapi tidak ada tanda – tanda levelku akan naik…hahhhhh…kukira ini akan mudah…padahal poin experience ku terus bertambah…” umpatku dalam hati.
“Tok tok tok…” suara ketukan pintu kamarku mengagetkanku dari lamunan.
“Masuk. Tidak aku kunci.” Teriakku pelan.
Sosok gadis cantik masuk ke dalam kamarku. Siapa lagi kalau bukan Xiang Xiang. Sekarang dia sudah level 14. Sedangkan aku masih berada di level 1, hanya kemampuanku saja yang bertambah dan ada beberapa kemampuan yang naik level.
“Kenapa wajahmu murung begitu? Bukankah hari ini kita akan berburu lagi?” wajah Xiang Xiang berubah. Dia khawatir tentang keadaanku yang terpuruk.
“bukankah kau sudah tahu apa masalahnya?” aku memalingkan wajahku. Aku malu menatap mata Xiang Xiang. Dulu aku yang menyelamatkannya, sekarang hampir setiap perburuan aku diselamatkan olehnya.
“Ayolah…kau kan titisan Budha…kau itu kuat…tanpa angka – angka apalah itu namanya…” Xiang Xiang menyemangatiku agar aku mau keluar dari desa.
“Kali ini kau saja yang pergi. Lebih baik aku tidur di sini.” Kataku.
Xiang Xiang mendekatiku dan duduk di sampingku. Di elusnya tanganku.
“Lihat otot – otot ini. terlihat kuat dan gagah. Masa’ mau kau sia-siakan?” Xiang Xiang masih mencoba untuk merayuku.
“Bukan masalah otot-otot ini. masalah utamanya adalah kenapa aku tidak bisa level up? Tidak akan ada gunanya aku bertarung dengan siluman – siluman itu kalau aku tidak bisa level up!” aku mulai marah.
Aku tahu seharusnya aku tidak melampiaskan amarahku kepada Xiang Xiang. tapi ya mau bagaimana lagi? hanya Xiang Xiang yang selalu dengan sabar menemaniku di saat aku terpuruk seperti ini. karena ini bukan kali pertama aku terpuruk seperti ini. hari kedua pun aku juga terpuruk, namun kala itu aku masih mempercayai kata – kata Xiang Xiang yang menyemangatiku.
“Hmmmm…atau coba kau buka panduan…menurut ceritamu…setiap game pasti ada panduan…” Xiang Xiang mencoba untuk menenangkan emosiku. Benar juga! Kenapa engga terpikirkan olehku ya?
“hmmm…coba aku buka icon tanda tanya ini…” gumamku dalam hati.
Wajahku mulai menunjukkan perubahan, Xiang Xiang yang melihat perubahan ini tersenyum lebar.
“Coba kita cari…level up…level up…hmmmmm…” gumamku lagi.
“Aha!!! Ketemu!!!!” langsung aku baca panduan untuk level up.
Ada banyak halaman saat membuka tab level up. Tapi di halaman pertama yang aku baca berbunyi :
Sebenarnya panduan level up ini tidak usah dimasukkan ke dalam buku panduan ini. tapi karena ada beberapa pemain yang dengan ceroboh langsung memilih karakter tanpa membacanya terlebih dahulu, yah terpaksa kami masukkan juga panduan untuk level up.
“Sialan nich panduan. Sepertinya nyindir aku. ” umpatku dalam hati. Tapi memang kenyataannya seperti itu.
Okelah kita lanjutkan ke panduannya :
Apa itu level up?
Apa fungsi poin experience?
Bagaimana cara level up karaktermu?
“Nah ini dia bagaimana cara level up karaktermu? Aku pilih ini.” aku bergumam sendiri. Sementara Xiang Xiang terlihat senang memandang wajahku yang sedang berpikir.
Apa Karakter kamu?
Kaisar Langit
Dewa Erlang
Dewa Naga Timur
Dewa Naga Barat
Penasehat Kura – Kura
Dewi Kwan Im
Budha Julay
Tong Sam Chong
Sun Wu Kong
“ketemu. Tit Pat Kay. Ehmmmmm….” Aku kembali mempelajari karakter Tit Pat Kay.
“hmmmmm…hmmmm…” berkali kali aku menggerakkan kepalaku.
“EEEEEEHHHHH!!!!” tiba – tiba aku berteriak, Xiang Xiang kaget mendengar teriakanku.
Aku melongo dengan apa yang tertulis di panduan tersebut.
“Apa? Kenapa? Apa yang terjadi?” Xiang Xiang yang tidak dapat melihat layar panduan bingung dengan sikapku.
Aku masih tidak bisa menahan rasa kaget dan tidak percaya ku ini. ini beneran??? Perlahan aku merubah pandangan ku ke wajah Xiang Xiang yang juga kebingungan.
406Please respect copyright.PENANAae5YGuXYrx