“Chang Er, ada game baru nich. Kamu pasti senang.” Kataku pada sang laptop yang kuanggap sebagai kekasihku.
“aku install ya.” Aku masukin DVD game itu ke laptopku.
Seperti biasa, autorun langsung muncul di layar laptop.
“hmmm…” aku tidak terlalu suka membaca sesuatu yang detail. Langsung aja aku eksekusi dengan perintah Next, Next, Next dan terakhir Install.
Proses installasi agak lama, jadi aku menunggu sambil membuka game lain.
1 jam setelahnya -----------------------------
“Congratulation, your game successfully installed” tiba – tiba muncul jendela informasi yang menampilkan bahwa game telah berhasil diinstal.
“oke sekarang kita main game baru ini Chang Er.” Kataku kepada laptopku.
“hmmm…pilih karakter apa ya?” di awal game, kita disuguhkan oleh karakter – karakter hebat di film kera sakti.
“pilihannya banyak. Sebaiknya pilih yang mana ya Chang Er?” tanyaku kepada laptop.
Ada berbagai macam pilihan, mulai dari biksu Tong Sam Chong, Kera Sakti Sun Wu Kong, Babi mesum Tit Pat Kay, si bodoh Wu Ching, Siluman Kerbau Buas, Ratu Kipas, Siluman Tengkorak Putih, sampai kera saingan Sun Wu Kong, yaitu Kera Tung Pai pun masuk sebagai karakter.
“ Sudah pasti aku akan memilih jenderal besar Tit Pat Kay.” Gumamku sendirian bersama laptop kesayanganku yang kuberi nama Chang Er.
“Are you sure choose this character? YES, NO?” ada dua opsi yang muncul ketika aku memilih karakter ini. Tentu saja aku pilih “YES”.
“You can’t change your character, are you sure?” ada pilihan YES dan No lagi. Tentu saja aku yang sudah tidak sabar ingin bermain game ini memilih YES.
“This is beta version, we hope you can involve to update this game. You will join us?” pilihan YES dan NO lagi. Aku semakin geram dibuatnya.
“Thank you. Are you sure to…” baru sampai situ aku langsung tekan YES. Karena tidak sabar. Tiba – tiba sinar terang muncul dari layar laptopku.
“Apa ini?” gumamku.
Sinarnya terpancar begitu terang. Membuat keadaan sekitar jadi tidak terlihat.
“hmmm…jadi ini ada di dalam dunia game?” aku berusaha kembali mengingat apa yang telah terjadi.
“karena aku memilih Tit Pat Kay, sekarang aku memiliki bentuk tubuh seperti dia?” sekali lagi aku menengok wajahku di aliran sungai yang begitu jernih.
“Hmmm…tidak buruk juga…” gumamku.
“hahhhh…sekarang bagaimana ini…hmmmm…” aku berusaha memikirkan sesuatu, namun tidak ada ide tentang apa yang harus aku lakukan.
“Tolong…seseorang…tolong aku…hiks…hiks…” terdengar suara perempuan meminta bantuan.
Sontak insting kemanusiaanku tergugah.
“Hahaha…menyerahlah manis…tidak akan ada orang yang menolongmu di hutan ini…hahaha” tawa seorang lelaki yang diikuti beberapa orang lainnya.
“layani lah kami cantik…kami jamin tidak akan memakanmu…hahahhaha…” kata salah satu laki – laki yang mengepung gadis cantik itu.
Aku mengamati situasinya dari jarak jauh. Ada 4 orang cowok yang mengelilingi gadis cantik tersebut.
Terlihat di atas kepala mereka ada angka – angka yang dapat kulihat dengan jelas.
Ras : Siluman
Jenis : Kelinci
Level : 4
HP : 127 / 127
MP : 24 / 24
Kekuatan Fisik : 12
Kekuatan Sihir : 5
Kecepatan : 17
Pertahanan : 7
Kemampuan : 1. Melarikan diri lvl. 1
2. Penguatan tubuh lvl. 1
Kira – kira seperti itu lah status yang mereka miliki. Bagaimana dengan ku?
“analisa diri” gumamku sambil melihat kedua tanganku.
Ras : Siluman
Jenis : Babi
Level : 1
HP : 450 / 450
MP : 150 / 150
Kekuatan Fisik : 24
Kekuatan Sihir : 36
Kecepatan : 15
Pertahanan : 46
Kemampuan : -
“hmmm…kalau berhadapan satu lawan satu sih bisa…kalau keroyokan…” saat aku hampir putus asa, tiba – tiba sepintas timbul ide untuk melihat status dari wanita tersebut. Seperti inilah status wanita itu :
Ras : Dewi
Pekerjaan : Pelayan
Level : 3
HP : 107 / 157
MP : 30 / 60
Kekuatan Fisik : 10
Kekuatan Sihir : 28
Kecepatan : 39
Pertahanan : 4
Kemampuan : 1. Memulihkan HP lvl. 1
“kemampuan memulihkan HP, bagus.” Aku sangat percaya diri jika ada yang bisa menggunakan sihir pemulihan atau item pemulihan.
“sekarang bagaimana menyerang mereka? aku tidak punya senjata. Hmmmm, coba kubuka statusku lagi.” Kembali aku menganalisa diriku.
Ada sebuah icon kecil di samping statusku bergambar tas. Mungkin ini inventory ku.
Aku mencoba untuk membuka icon tersebut. berhasil.
“coba kita lihat apa isinya?” kataku dalam hati.
Jenis : Senjata
Nama : Pisau Pendek
Level : 1
Kekuatan : Menambah daya rusak 5 – 7 poin
Tingkat : Biasa
Ketahanan : 12 poin
Jenis : Perisai
Nama : Perisai Kayu
Level : 1
Kekuatan : Menambah daya tahan 3 poin
Tingkat : Biasa
Ketahanan : 10 poin
Jenis : Helm
Nama : Helm Kayu
Level : 1
Kekuatan : Menambah daya tahan 2 poin
Tingkat : Biasa
Ketahanan : 12 poin
“baguslah, setidaknya aku memiliki senjata.” Semua senjata, perisai dan helm aku pakai.
“It’s show time!!” kataku sambil tersenyum.
“Hei kalian!!! Beraninya sama perempuan!!! Kalau memang kalian jantan, hadapi aku!!!” teriak ku setelah keluar dari persembunyian.
“Tuan…tolong saya…” kata perempuan itu merengek meminta bantuan.
“Siapa kau?! Beraninya mengganggu kami!!” teriak salah satu siluman kelinci. Ku kira dia adalah bosnya.
“Ingat namaku baik – baik!! Aku adalah Tit Pat Kay!! Jenderal Langit yang membawahi 1.000 prajurit khayangan!! Kalau masih sayang nyawa, cepat tinggalkan wanita itu!!” kataku mengertak.
Mereka saling terdiam. Saling melihat satu sama lain.
“apa kau mengenalnya?” tanya pemimpin itu kepada gadis itu.
Gadis itu berpikir sejenak. Kemudian menggelengkan kepalanya.
“Hahahaha…!!! Kalau mau bercanda jangan disini babi gendut…hahahhaha!!!” kata pemimpin siluman kelinci itu.
“akan kutunjukkan kepada kalian betapa hebatnya aku ini!! Bersiaplah!!!” kataku sembari menghunuskan pisau pendek. Aku mengambil kuda – kuda dan mulai menyerang mereka.
Pertarungan sengit pun terjadi. Saling serang dan saling menghindar tak dapat dielakkan.
Setengah jam kemudian --------------------------------------
“haaahhhh…haaahhhh…haaaahhhhh…” tak kusangka mereka begitu sulit dikalahkan. Walaupun kekuatan ku lebih besar dari mereka, tapi kecepatanku kalah dari kecepatan mereka.
“Sial…tak kusangka ternyata begitu berat mengalahkan mereka.” gumamku.
“Terima kasih…mmmm…tuan babi…” kata dewi itu,
“Sudahlah…lupakan saja…terlebih lagi…bisakah kau pulihkan HP ku dulu…aku sekarat…” kataku.
“ba…ba…bagaimana…tuan tahu…” kata dewi itu terbata – bata.
“haahhhh…apa?” tanyaku penasaran.
“Bagaimana tuan tahu…aku memiliki sihir penyembuh?” tanya dewi itu penasaran.
“Ah itu. Sekali lihat aku bisa membaca status seseorang…seperti level, HP, MP, dst…” jawabku singkat.
Aku terkejut melihat reaksi dewi yang langsung menyembahku.
“Maafkan hamba. Hamba tidak tahu bahwa sang Budha sudah turun ke bumi.” Kata dewi tersebut dengan nada gemetar.
“Heeeehhhhhh!!! Budha?!!!!” padahal jelas – jelas tadi aku menganalisa bahwa statusku hanyalah siluman babi level 1. Bagaimana mungkin aku seorang budha?
“ehhmmm…apa maksudmu? Aku ini hanyalah siluman babi. Emmmm, lebih tepatnya Jenderal Langit yang dikutuk menjadi siluman babi.” Ujarku datar.
“Bukan siluman babi!!! Anda adalah titisan sang Budha !!!” dewi tersebut tetap bersikukuh bahwa aku adalah Budha.
“Yahhh…kalau kau menganggap aku sang Budha, apa buktinya?” tanyaku.
“Mata Tuan adalah bukti bahwa tuan adalah sang Budha. Mata yang mampu melihat kemampuan dan menganalisa kekuatan lawan dengan satu kali lihat.” Jawab sang dewi.
“Yahhh…kalau memang itu benar…tapi levelku ini masihlah rendah…masih butuh beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun untuk mencapai tingkat Budha…” kataku.
"Sekarang berdirilah, kalau kau tetap seperti itu, aku tidak bisa mengumpulkan informasi apa pun tentang dunia ini.” Kataku kepada sang dewi.
“Tapi…” kata sang dewi membantah.
“Yahhh...sudahlah...kalau kau mau tetap seperti itu...silahkan saja... Aku mau pergi ke desa. Kebetulan tidak jauh dari sini ada sebuah desa.” Ujarku sambil membersihkan bajuku yang penuh dengan debu.
“Tu…tu..tuan bisa mengetahui ada desa di dekat sini?!” tanya Dewi tersebut tambah penasaran.
“Haaahhhhh…ini pasti kemampuan sang Budha.” Gumamku dalam hati.
“Terserah kalau kau mau tetap di sini. Ada banyak musuh di sekitar sini. Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu.” Ucapku sambil meninggalkan sang dewi itu.
“Tu..tunggu..Tuan…a…aku ikut…” dia berlari kecil ke arahku dan mengikuti langkahku menuju desa.
Kami berjalan berdua menuju desa yang telihat di bawah icon tas. Ada icon peta di situ dan aku mencoba membuka icon tersebut saat sang dewi menyembahku. Ada banyak titik merah di sekitar hutan. Untung hanya beberapa titik merah yang berada di jalan menuju desa.
Level mereka pun tidak terlalu tinggi. Antara level 1 sampai level 5.
“Siapa namamu?” tanyaku kepada sang dewi.
“Na…nama ha,,,hamba…Xiang Xiang…Tuan.” Tubuhnya tidak berhenti bergetar. Entah masih trauma atas kejadian tadi, atau karena terlalu kaku bertemu dengan Budha sepertiku.
“Bicaramu masih terlalu kaku. Biasa saja. Sebentar lagi kita akan memasuki desa yang dipenuhi oleh manusia. Jika kau masih kaku begitu, mereka akan curiga kepadaku.” Ujarku kepada Xiang Xiang sembari mengamatinya lebih teliti.
Xiang Xiang memiliki tubuh yang lumayan tinggi, dengan badan ramping dan buah dada yang besar menonjol dibalut kain seperti kemben berwarna hijau muda serta mengenakan gaun putih menerawang. Memperlihatkan jenjang lehernya yang dibalut dengan kulit putih bersih, bahunya terlihat manantang dengan ditambah belahan dada yang menggoda iman.
Belum lagi Xiang Xiang hanya mengenakan celana dalam untuk membalut kemaluannya. Dua helai kain hanya menutup bagian depan dan belakang saja. Sehingga pangkal paha hingga tumit dapat dilihat dengan jelas. Paha putih bersih jelas menggoda setiap mata lelaki yang melihatnya.
Kalau Tit Pat Kay yang asli pasti sudah meneteskan air liur serta menggerakkan kedua telinganya, tapi kali ini akulah Tit Pat Kay. Tabiat ku lain dari Tit Pat Kay terdahulu.
“Kenapa kau bisa terlempar dari khayangan?” Tanyaku kepada sang Dewi.
Dia hanya tertunduk. Diam seribu bahasa.
“Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri.” Gumamku.
Setelah itu aku dan Xiang Xiang diam seribu bahasa hingga tiba di perbatasan desa.
Terlihat sebuah pintu gerbang tinggi menjulang. Biarpun dikatakan aku memiliki postur tubuh 3x lipat dari tinggi Xiang Xiang, namun aku tetap harus mendongakan kepalaku ke atas untuk melihat ujung dari gerbang yang terbuat dari kayu tersebut.
Di depan pintu gerbang tersebut ada dua penjaga. Mereka mengenakan baju tempur lengkap dari Helm, perisai, pedang, pelindung dada, pelindung bahu, ikat pinggang, pelindung paha hingga sepatu hampir semuanya terbuat dari besi.
Aku menggunakan kemampuan analisaku kepada mereka. satu berlevel 23 dan yang satu berlevel 27.
“Berhenti!” bentak salah satu prajurit tersebut. prajurit yang berlevel 27.
“Kami hanya ingin singgah di desa ini meskipun hanya meneguk setetes air.” Kataku mencoba berdiplomasi.
“Tidak ada tempat untuk siluman sepertimu.” Kata prajurit yang berlevel 23.
“Tuan. Ijinkan kami bermalam di sini.” Ujar sang dewi memelas kepada kedua prajurit tersebut.
Mereka berdua saling melirik.
“hmmmm…nona…kau begitu cantik. Kenapa kau bisa bersama dengan siluman babi ini? kalau kau mau, kau bisa masuk ke dalam desa ini. Tapi tidak dengan siluman babi itu!” ucap sang prajurit berlevel 27.
“Dia bukan siluman!! Dia..hppmmmmm…mmmmppphhhh…!!!” segera ku bekap mulut Xiang Xiang agar tidak menceritakan siapa diriku sebenarnya.
“Lihat perilaku siluman itu!!!” kata kedua prajurit berbarengan sembari menghunuskan pedang.
“Maafkan aku. Kami akan pergi dari sini.” Kataku sambil menggendong Xiang Xiang sambil tetap membekap mulutnya.
“Hmmmppphhh!!! Hmmmpppphhhh!!!” Xiang Xiang terus memberontak.
Kedua penjaga kembali ketempat mereka sambil menyarungkan pedangnya. dan melihat kepergian kami sembari memasang senyum sinis.
Setelah agak jauh dari pintu desa--------
“Kenapa kau tidak bilang terus terang kepada mereka?” Xiang Xiang berbicara dengan nada tinggi. Dia terlihat sangat marah.
“Sudah lah. Aku tidak mau suasana bertambah buruk.” Aku mencoba menenangkan kemarahan Xiang Xiang.
“Sebentar lagi desa itu akan diserang puluhan siluman.” Ujarku lagi.
“Apa maksud Tuan? Diserang?” rasa amarahnya sedikit meredam perlahan berubah menjadi penasaran.
“hmmmm...” aku mencoba menganalisa icon peta.
Agak lama aku berpikir. Sedangkan Xiang Xiang yang penasaran dengan sabar menunggu penjelasanku.
“Ada sekumpulan titik merah yang bergerak dengan cepat ke arah desa. Dari arah sana.” Aku menunjuk salah satu arah.
“Tii…tidak mungkin…kalau memang benar dari arah sana…maka desa itu tidak akan bisa bertahan.” Nada suara Xiang Xiang berubah menjadi gemetar ketakutan.
“hmmmm…” wajar saja Xiang Xiang ketakutan. Yang menyerang mereka adalah sekumpulan siluman berlevel antara 30 sampai 50.
“hmmmm…” aku cek lagi, ternyata peta hutan ini dibagi menjadi 4 wilayah. Wilayah barat dengan siluman berlevel 1 – 25 (dimana aku dan Xiang Xiang bertemu), wilayah Utara dengan siluman berlevel 51-75, wilayah timur dengan siluman berlevel 26 – 50, dan terakhir wilayah selatan dengan siluman berlevel 76 hingga 100.
Ketika aku kecilkan (zoom out) peta itu, ada ribuan titik merah. Namun dari arah timur (arah yang aku tunjuk) ada beberapa kelompok titik merah yang berjalan mendekati desa dengan cepat.
“biarlah. Itu bukan urusanku.” Gumamku dalam hati.
“Kita harus menolong mereka.” kata Xiang Xiang.
“Aku tidak mau. Akan berbahaya kalau kita gegabah. Keberadaan kita hanya akan mengganggu para prajurit karena level kita masih rendah.” Kataku sembari mengumpulkan beberapa kayu kering untuk menyalakan api unggun.
Xiang Xiang hanya bisa tertunduk sambil berdoa.
“Lindungilah mereka Dewi.” Kata Xiang Xiang.
“Hahahahaha....hahahahha…” aku tertawa mendengar doa Xiang Xiang.
“Kenapa kau tertawa?! Ada yang salah?!” Xiang Xiang memasang wajah cemberut.
Sekarang dia sudah mulai terbiasa denganku. Setidaknya sudah berani memanggilku dengan sebutan “kau”.
“hahahhaha…dasar aneh. Kau itu dewi, tapi berdoa kepada dewi untuk melindungi mereka? tidak salah? hahahahaha” sindiranku sedikit menyinggung perasaan Xiang Xiang.
Xiang Xiang melipatkan tangannya di depan dadanya yang besar itu, dan memalingkan mukanya sambil membuang muka.
“hhhhhh!!” gumam dia sambil membuang muka.
“sudahlah. Sementara ini kita bermalam di luar. Besok kita kembali lagi ke kota untuk melihat seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan para siluman itu.” Kataku sembari membaringkan badan setelah api unggun menyala.
“Kau!!!” kata Xiang Xiang.
Tapi aku sudah memejamkan mata. Aku tidak mau diganggu saat tidur. Memang salah satu kebiasaan buruk Tit Pat Kay adalah pemalas, suka tidur.
Kami berdua pun tertidur pulas.
ns3.17.153.20da2