Sementara di kamar belakang suara isapan makin cepat dan berat, di ruang tengah Silvi duduk di sisi Doni yang terbaring dengan kaki digips, matanya tertutup tapi napasnya belum sepenuhnya tenang.
2214Please respect copyright.PENANAG34CgoJ4dm
Silvi menatap wajah suaminya, lalu mengusap pelan dadanya.
2214Please respect copyright.PENANAlBeDfSNQue
“Maaf ya, Mas…” bisiknya lirih, “Kita gagal waktu itu… padahal kamu udah ngotot banget pengen nyobain bertiga sama aku dan Heni…”
2214Please respect copyright.PENANAcUU4bobLUA
Ia menggigit bibir, menahan sesak di dada. Ingatan malam itu masih membekas jelas. Heni udah setengah telanjang waktu itu, bahkan sempat ciuman panas sama dia, tapi tiba-tiba Doni jatuh dari motor pas pulang nyari alat bantu. Patah tulang langsung mengubur semua rencana mesum itu.
2214Please respect copyright.PENANATkgzSpah1O
“Mas, kamu tahu nggak… aku juga sebenernya penasaran waktu itu…” lanjutnya pelan, suaranya nyaris bergetar. “Pengen tau rasanya dipegang dua orang sekaligus… dipuaskan dari dua arah…”
2214Please respect copyright.PENANA27hrvGx5S2
Tiba-tiba suara pelan terdengar dari arah dapur. Bukan percakapan. Bukan langkah kaki. Tapi suara… isapan?
2214Please respect copyright.PENANAkXjsnPxOCh
Silvi menoleh pelan, alisnya mengernyit. Dari arah kamar belakang. Suara itu… terlalu familiar. Ritmik. Basah.
2214Please respect copyright.PENANAZlCJx9PZxV
Batinnya bergejolak. Ia tahu Bu Ros suka terapi khusus dari Pram. Tapi malam-malam begini?
2214Please respect copyright.PENANA5vnwYNt6u8
Silvi berdiri pelan, berjalan menuju dapur pura-pura mengambil air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar belakang terbuka sedikit. Celah sempit itu memperlihatkan pemandangan samar.
2214Please respect copyright.PENANAWiOSSGNSLs
Bayangan dua tubuh. Gerakan maju-mundur. Dan suara Bu Ros… mengerang tertahan.
2214Please respect copyright.PENANA13DGAcZ1iS
Silvi menahan napas. Tubuhnya mendadak panas. Tangannya mencengkeram gelas di meja dapur, lututnya lemas.
2214Please respect copyright.PENANAy2qNmcuBQB
Dalam kepalanya, bukan rasa jijik yang muncul.
2214Please respect copyright.PENANAlGd5apgIxF
Tapi… rasa penasaran.
2214Please respect copyright.PENANAxn9QBZegkR
Rasa bersalahnya pada Doni makin dalam. Tapi bersamaan dengan itu… nafsu yang dulu sempat dibangkitkan Heni malam itu… mulai hidup lagi.
2214Please respect copyright.PENANArdTmX45jjL
Ia kembali ke ruang tengah dengan pikiran kacau, duduk di samping Doni yang masih tidur lelap.
2214Please respect copyright.PENANA3eOFytl5ku
“Mas… kalo kamu nggak sembuh-sembuh… gimana kalo aku yang nyari partner lain dulu?” bisiknya sambil mengelus dada suaminya. “Biar aku bisa belajar dulu… nanti pas kamu sehat, kita lanjutin yang waktu itu.”
2214Please respect copyright.PENANAHrcooeN4hw
Silvi menunduk, bibirnya mencium lembut pipi Doni yang tak menyadari apa pun.
2214Please respect copyright.PENANAPc0xC2YygS
Tapi di dalam matanya, ada bara kecil yang mulai menyala.
2214Please respect copyright.PENANAuKyZ8GVh1T
Dan di kamar belakang, suara isapan kembali terdengar—lebih cepat, lebih liar. Disusul erangan tertahan dari Pram.
2214Please respect copyright.PENANAkCHVa5qecr
Malam itu, rumah yang tampak tenang dari luar… sedang menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja.
2214Please respect copyright.PENANAIw0ynWQBcO
2214Please respect copyright.PENANAqZMs4ng2Hn
---
2214Please respect copyright.PENANAJgrNhIi2r8
Bersambung…
ns18.189.170.66da2