HANNA POV
824Please respect copyright.PENANAwF7tMFGXsI
Jarum jam di dinding kamar menunjukkan masih pukul enam pagi. Aku adalah tipe morning person, selalu bangun pagi meskipun semalam jatah tidurku hanya sebentar. Kebiasaan dari kecil dan dunia lawyer telah membentukku jadi seperti ini. Tidur cuma 3 jam atau kurang sudah jadi kebiasaan dan sama sekali tak mengganggu kinerjaku. Ya, kami para lawyer nggak jauh beda dengan zombie. Mau mengeluh tapi ini sudah jadi tuntutan karier, lagipula di usiaku yang sudah kepala tiga bukan hal mudah mencari pekerjaan baru yang lebih santai dan fleksibel.
Sex menjadi salah satu caraku untuk melepas stress. Dulu sewaktu masih ada Jonathan, roomate ku, hampir setiap hari aku melakukannya. Pria Ambon yang kutemui di salah satu klub malam itu selalu bisa memuaskan hasrat birahiku yang meledak-ledak. Bukan hanya soal ukuran dan durasi saja, tapi Jonathan juga selalu bisa membuatku orgasme, sesuatu yang begitu sulit dilakukan oleh banyak pria yang pernah tidur denganku.
Namun kebersamaan kami hanya seumur jagung, Jonathan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya setelah tak kuasa menahan desakan dari orang tuanya agar segera menikah. Pria itu sempat memberiku tawaran agar mau membina rumah tangga dengannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah menetapkan batasan hubungan kami hanya sebatas teman tidur saja, tidak lebih.
Selepas kepergian Jonathan dari unit apartemenku praktis kehidupan seks ku hambar. Aku lebih sering mengalihkan birahiku pada pekerjaan, tak cukup membantu sebenarnya namun aku selalu bisa mengatasi ledakan nafsuku. Aku bukan tipe wanita gampangan yang bisa diajak berzina oleh setiap pria. Aku selektif dalam memilih rekan pertukaran lendir. Aku bahkan punya prinsip untuk tidak melakukan hubungan badan atau mungkin hubungan asmara dengan teman sekantor. Namun entah kenapa setelah mengenal Ubay semua prinsip itu hilang begitu saja.
Ubay mungkin tak semenarik mas-mas aktor drakor, tapi pria yang usianya jauh lebih muda dariku itu punya sisi kharisma serta pesona yang sulit buat dibantah. Seringkali aku bersikap judes dan jutek pada Ubay, bukan karena aku membencinya tapi aku lakukan itu untuk meredam rasa tertarikku padanya. Namun semua itu sia-sia, semakin aku melakukannya, semakin besar rasa penasaranku padanya. Hingga akhirnya kemarin aku tak bisa menahannya lagi, dengan berpura-pura menyelesaikan urusan pekerjaan, Ubay kuperintahkan untuk datang ke apartemenku.
Dan seperti yang telah kurencanakan, kami akhirnya berakhir di atas ranjang. Semalaman aku dihajar oleh penisnya yang lumayan besar itu. Memang tak sebesar milik Jonathan tapi Ubay berhasil membuatku meneguk nikmat orgasme berkali-kali, sesuatu yang makin memberinya nilai plus di mataku. Kulihat pria muda itu masih terlelap, namun selangkangannya mengembung di balik selimut. Morning wood, hal lumrah yang terjadi pada sebagian besar pria normal di kala pagi hari. Kusingkap selimutnya dan langsung mendapati batang penis kekar yang telah mengeras.
"Mmmhhh.....Uhhhhh....." igau Ubay saat tanganku mulai meremas batang penisnya dan mengocoknya secara perlahan.
824Please respect copyright.PENANAoBH01VcJnG
Ya Tuhan! Aku horny lagi!
Kurasakan penisnya berkedut-kedut, makin keras bak sepotong kayu. Kuarahkan mulutku, kujilati lubang kencingnya, sekujur batangnya, sebelum kemudian mengulumnya hingga tandas tanpa sisa. Kepalaku bergerak naik turun, Ubay masih bterjaga dari tidurnya, sesekali hanya terdengar dengusan nafas berat yang membuat birahiku makin terbakar. Satu tanganku juga asyik mengobel vaginaku sendiri yang sudah basah.
Lambat laun vaginaku terasa begitu gatal, dinding-dindingnya menagih disesaki batang kejantanan Ubay. Tak menunggu lama, aku langsung mengangkangi tubuhnya. Mata Ubay masih terpejam, hanya desis lirih yang terdengar drai mulutnya kala ujung penisnya perlahan mulai menelusup masuk ke liang vaginaku.
"Ahhhhhhh....." Desahku, kugerakkan tubuhku ke bawah hingga membuat seluruh batang penis Ubay tertelan liang senggamaku.
Kutatap langit-langit kamar dan meresapi nikmatnya desakan penis Ubay yang menyesaki area paling sensistif pada tubuhku. Kuamati wajahnya yang masih tejaga, sebuah pemandangan yang makin membuatku bernafsu. Perlahan kugerakkan tubuhku naik turun, tak terlalu cepat dan keras namun itu sudah cukup membuat vaginaku makin gatal.
"Aaahhh! Fuck!”
Kuletakkan dua tanganku pada dada bidang Ubay sembari terus menggerakkan pinggulku naik turun. Irama genjotanku kubuat sepelan mungkin agar Ubay tak terjaga, melihatnya masih terlelap dan sesekali bergumam sendirian membuatku berfikir mungkin dia sedang bermimpi basah, padahal penisnya sedang kukerjai saat ini.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk merasakan orgasme. Sensasi memperkosa pria muda saat dia masih tertidur rupanya jadi pemicu hebat buatku. Kutekan pinggulku lebih dalam, kurasakan ujung penis Ubay berkedut-kedut di sana. Kutarik perlahan lalu kembali kuhempaskan pinggulku, begitu terus hingga beberapa saat kemudian gelombang dahsyat itu datang menerjangku.
“Aaahhh! Shit!!!”
Rupanya, Ubay juga mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku. Hangat dan basah, itulah yang kurasakan. Begitu kuangkat pinggulku seluruhnya, cairan putih nan lental langsung meluber keluar. Buru-buru Aku sedikit berlari ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa sperma Ubay di dalam vaginaku. Dalam keadaan “lebih sadar” begini aku baru mengingat jika saat ini adalah masa suburku. Selesai dari kamar mandi kulihat Ubay masih terlelap dalam tidur, tanpa membengunkannya aku bergegas keluar kamar untuk work out sebelum berangkat kerja.
824Please respect copyright.PENANADQLrd28wpC
***
824Please respect copyright.PENANApGbxX1zmaf
UBAY POV
824Please respect copyright.PENANAZRLL2R9uOc
Entah sudah berapa lama aku terlelap dan tidur di atas ranjang Mbak Hanna. Badanku terasa begitu lelah karena semalaman aku “dipake” oleh seniorku itu. Senyumku mengembang sendirian saat mengingat momen tiap kejadian malam tadi. Bahkan sampai detik inipun aku masih tak percaya akan bisa bercinta dengan Mbak Hanna, sosok wanita yang selalu judes padaku.
Saat akan beranjak dari tempat tidur aku baru menyadari di beberapa bagian perutku terasa basah dan lengket. Aku melirik ke bawah rupanya itu adalah ceceran sperma. Apakah semalam aku mimpi basah? Tapi sepertinya sperma ini baru saja keluar, karena kalau dari semalam bekas sperma yang tersisa hanyalah bercak-bercaknya saja.
Belum sempat aku bisa mengingat kejadian semalam mendadak pintu kamar terbuka. Mbak Hanna masuk menenteng tas olahraga dan mengenakan workout set dengan model khusus untuk wanita berhijab. Wajahnya yang cantik terlihat begitu segar karena keringat.
"Pagi mbak." sapaku.
"Wah udah bangun Lu?”
"Barusan kok, Mbak darimana?” Tanyaku sembari kembali menutup bagian bawah tubuhku yang telanjang dengan selimut.
“Dari tempat gym di bawah. Gue biasa olahraga dulu sebelum berangkat kerja.”
Kulihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan, itu artinya aku bangun kesiangan. Celaka! Bisa terlambat masuk kerja. Aku tak bisa menyembunyikan kepanikan, Mbak Hanna hanya tersenyum melihat tingkahku yang bingung mencari keberadaan celanaku.
“Udah nggak usah panik gitu, ntar Lu bisa masuk agak siangan dikit. Ada Gue tenang aja.” Kata Mbak Hanna seolah tau isi kepalaku.
“Maaf ya Mbak, baru kali ini aku bangun kesiangan.” Kataku.
“Lu kalo tidur kayak kebo sih, masa dientot pagi-pagi nggak bangun.”
“Hah? Mbak Hanna tadi ngentotin aku?” Akhirnya terjawab sudah teka-teki sisa sperma di perutku. Tanpa sepengetahuanku ternyata Mbak Hanna tadi menyetubuhiku saat masih terlelap.
“Iyalah, kontol Lu lagi ngaceng mubadzir kalo nggak dipake. Hihihihi.” Seloroh Mbak Hanna.
Dasar senior mesum! Bisa-bisanya Mbak Hanna memperkosaku saat aku masik terlelap tidur. Melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Mbak Hanna yang begitu terbuka dan frontal, tak ada lagi alasan buatku untuk jaim dan malu-malu. Maka aku turun dari ranjang dengan telanjang bulat, sengaja kupamerkan batang penisku yang kembali mengeras. Mbak Hanna langsung terkesima menatapnya.
“Mau kemana Lu?”
“Mandilah Mbak, kenapa? Mau ikut?” Godaku.
“Wah! Ni bocah nantangin lagi. Ayoklah gas!” Sahut Mbak Hanna sebelum melepas seluruh pakaiannya dan menyusulku ke kamar mandi.
Saat pintu kamar mandi tertutup, suasana yang tercipta begitu berbeda. Hanya ada kami berdua, sesuatu yang tak pernah sekalipun pernah kubayangkan. Udara di sekitar kami terasa lembap, tapi itu tidak mengurangi kenyamanan yang kami rasakan. Aku menatap tubuh polos Mbak Hanna, Payudara bulat nan kencang dengan dua puting imut yang mengeras, pinggul serta pantat bahenol, ditunjang kulit putih mulus nan seksi cukuplah menggambarkan bagaimana wanita yang biasanya judes terhadapku ini begitu menggoda.
Tanpa banyak kata, aku menyalakan air hangat, membiarkan alirannya membasahi tubuh kami berdua. Mbak Hanna berdiri di sampingku, menatap ke arah pancuran dengan tatapan lembut. Aku mengulurkan tangan, menyentuh pipinya dengan ujung jari. Sentuhan kecil itu terasa begitu berarti, seperti mengingatkan betapa beruntungnya nasibku sejak kemarin bisa bermesraan dengannya.
“Panasnya udah pas Mbak?” kataku, mencoba memecah keheningan yang hangat di antara kami.
Mbak Hanna hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Aku bisa merasakan kedekatan yang terjalin tanpa harus banyak berbicara. Kami hanya berdiri di sana, merasakan aliran air hangat menenangkan, sambil berbagi ruang yang penuh dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Tak lama Mbak Hanna mengambil sabun cair, tak kuduga ternyata wanita cantik itu lebih dulu membersihkan badanku.
“Eh, aku bisa sendiri Mbak.” Kataku sungkan.
“Udah diem aja Lu.”
Akupun hanya bisa diam dan menuruti perintah atasanku di kantor itu. Dengan sangat telaten telapak tangan Mbak Hanna seluruh bagian tubuhku, hampir seluruh jengkal tak terlewati. Sensasi air hangat ditambah baluran sabun cair yang harum dan tentu saja sentuhan lembut jemari Mbak Hanna membuat penisku bereaksi.
“Hmmm…Kontol Lu gampang banget ngacengnya sih?” Goda Mbak Hanna saat membersihkan bagian selangkanganku.
“Gimana nggak ngaceng kalo diurut gitu.” Balasku menggodanya yang langsung disambut cubitan mesra di pinggangku.
Mbak Hanna mengambil gagang shower kemudian menyapu tubuhku dengan air hangat hingga seluruh busa sabun luruh. Kini giliranku, tanpa pikir panjang aku mengambil sabun cair dan langsung mengusapkannya pada tubuh mulus Mbak Hanna. Inilah kali pertama aku memandikan sosok wanita dewasa, pengalaman erotis yang mungkin sampai mati tak akan pernah kulupakan.
Kubaluri punggung mulus Mbak Hanna dengan sabun, kugerakkan telapak tanganku sepelan mungkin agar membuatnya merasa nyaman. Jemariku kemudian bergerak ke depan, Mbak Hanna mendesis tertahan saat tanganku hinggap di payudaranya. Tubuh kami saling menghimpit, penisku yang tegang menempel erat di bongkahan padat pantat Mbak Hanna. Sambil meremasi payudara, kugesek-gesek bagian belakang tubuhnya dengan penisku.
“Uuucccchhhhh…”
Kepala Mbak Hanna menoleh ke arahku, bibirnya yang tipis hanya mendesis, pipinya merona, tatapan matanya sayu. Tanpa aba-aba kupagut bibirnya, kumainkan lidah di sana. Mbak Hanna tak hanya pasif, lidahnya menyambut lidahku, kami berciuman bibir begitu mesra dan panas. Jemariku makin instens merabai payudaranya, kucapit putingnya yang mengeras, kutarik-tarik, kubetot kencang hingga membuatnya terpekik lirih.
“Ouucchh! Fuuuckk…”
824Please respect copyright.PENANAGj4i0WuhTJ
BERSAMBUNG
ns3.145.19.123da2