AUTHOR POV
Sementara itu di kamar hotel Royal nomor 403, Hilman mulai mendekati Jehan yang nampak canggung di ujung tepi ranjang, gestur tubuhnya yang kaku dan tak senyaman biasanya jelas menggambarkan hal itu. Tanpa diduga Hilman mengarahkan bibirnya pada kening Jehan, mengecupnya perlahan, persis seperti apa yang sering dia lakukan pada istrinya.
Kecupan Hilman di kening Jehan membuat perempuan itu kaget. Tubuh Jehan seperti kena kejutan listrik. Dia menatap wajah lelaki yang menunduk menatapnya. Mereka beradu pandang. Detak jantung Jehan meninggi.
"Kita harus melakukan ini, kalau tidak orang gila itu akan menghancurkan hidup kita berdua" Ucap Hilman getir, pria itu ingin melanjutkan ucapannya tetapi gerakan kepala Jehan menghentikan semuanya.
Bibir Jehan dengan cepat mengecup bibir Hilman. Kali ini Hilman yang seperti tersetrum, mematung dengan detak jantung cepat. Keduanya berpelukan mereka erat. Bibir menyatu, mereka menumpahkan emosi lewat ciuman. Tidak ada penolakan dan tidak ada paksaan. Hanya mengikuti emosi dan naluri.
Dingin AC kamar hotel yang membelai kulit, kalah oleh getar hangat yang muncul dari dalam tubuh mereka. Bibir bertemu bibir. Lembut, hangat, basah. Lidah berperang, saling membelit, bergulat dan saling mendorong. Mata terpejam, kepala bergerak liar tak terkontrol ke kiri, kanan, atas, bawah mencoba mengecap kenikmatan.
Jehan melayang, ini memang bukan pertama kali dia menikmati ciuman dari orang yang bukan suaminya, tapi masih ada rasa bersalah meskipun hanya sebentar. Dia mulai mabuk oleh gairah. Kehangatan Hilman, memberi dia perlindungan.
Jehan menengadah dengan mata terpejam saat lidah Hilman menyusuri lehernya yang putih nan sensitif setelah sebelumnya menyibak kain hijab yang masih dikenakannya. Aliran kenikmatan dari sapuan lidah Hilman yang basah menyebar ke seluruh tubuh. Memberi letupan kenikmatan yang semakin tidak terkontrol.
Tangan Hilman meyusup ke dalam abaya yang dikenakan Jehan, meremas bongkahan mulus payudara yang terbungkus bra. Kencang sekali, kelembutanya membuat tubuh Hilman bergetar. Jehan menikmati belaian dan remasan itu. Dia menggelinjang. Dingin, geli, hangat bercampur jadi satu.
"Sempurna sekali." Ucap Hilman lirih tepat di samping telinga Jehan.
Kata itu menarik Jehan ke alam sadar. Menatap wajah Hilman yang teduh. Wajah yang seolah terlihat berbeda baginya. Jehan tersenyum tersipu. Saat Hilman menarik tangannya dan mengajak untuk ke tengah ranjang, Jehan hanya mengikuti sambil merapikan abayanya. Mereka duduk berdampingan, suasana hening dan kaku sempat membuat wajah Rasyid terbayang di benak Jehan.
Namun saat bibir Hilman kembali menempel dibibirnya, bayangan itu lenyap. Dia cepat sekali terhanyut oleh gairah. Jehan menyambut ciuman itu dengan lebih hangat dan penuh percaya diri. Saat tubuhnya terdorong ke sandaran ranjang, Jehan mendekap Hilman. Seandainya dia jatuh, dia ingin jatuh bersama lelaki itu. Dan bila dia terbang, dia ingin terbang bersama Hilman.
Jehan terlentang di atas ranjang, Hilman menindihnya. Di bawah cahaya lampu kamar, kecantikan dan kemolekan Jehan terlihat lebih nyata. Wajah cantik yang memerah, detak jantung yang semakin meningkat, semua dapat mereka rasakan. Hilman memulai lagi.
Dari luar baju meremas payudara si cantik yang membusung mengagumkan. Baju menjadi penghalang pandangan, tetapi sensasi tetap mengalir. Kenyal masih terasa, lembut juga iya. Nikmat bukan main.
"Buka?" Tanya Hilman.
Tentu saja Jehan setuju. Dia mencari ujung bawah abaya setelah sebelumnya melepas hijabnya terlebih dahulu, Hilman pun mulai membuka satu persatu kancing kemejanya . Mereka sama-sama tidak sabar menarik ke atas, melepaskan semua atribut yang masih menempel di badan. Saat baju itu terlepas dan teronggok berserakan di atas lantai, Jehan kembali merasa risih dan malu-malu kucing.
Hilman kurang puas dengan pemandangannya, dia mencari pengait bra dan melepasnya. Kencang, mulus, membusung, dan puting kecil kemerahan itulah payudara Jehan. Lebih kecil dari milik istrinya tetapi lebih indah. Hilman menyentuh dengan ujung jari, lembut dan kenyal.
"Aaaacchhh" Desah Jehan.
Hilman menatap tubuh mengagumkan Jehan yang kembali duduk di atas ranjang. Mereka berhadapan, sangat dekat dan semakin dekat. Tangan Hilman menangkup dari bawah dan meremas payudara. Desahan si cantik tertahan. Remas lebih keras, lagi dan lagi, menekan dengan jari puting yang semakin mengeras.
Kepala Hilman terbenam di antara kedua payudara Jehan. Menyapu dengan lidah kulit yang mulus, mengecup daging kenyal, dan mengelitik dengan ujung lidah. Jehan menggelinjang. Menggeliat, merem melek. Mendesah, menyebut nama Hilman.
Hilman lalu bersimpuh nyaman di antara kedua kaki Jehan yang mengangkang. Posisi Jehan lebih tinggi karena masih duduk di ranjang. Jehan mendunduk, Rendra mendongak. Mereka saling pandang, tidak berciuman. Hilman lanjut menyusu di payudara si cantik, tangannya merayap di kaki jenjang Jehan. Mengelus pahanya, Jehan semakin melebarkan paha, membiarkan tangan Hilman menyentuh, menekan, meremas, dan membelai pangkal pahanya. Menikmati semua kenakalan lelaki yang bukan suaminya itu.
Dia tidak menolak tangan Hilman saat menyentuh gundukan di antara selangkangannya. Menggesek-gesek area sensitif yang terbungkus celana dalam. Dia hanya ingin menikmati dan lebih menikmati. Malu, tegang, gemetar, penasaran. Tentu saja ada dalam pikiran mereka saat kedua tangan Rendra berada di pinggir elastis celana dalam Jehan. Menarik celana dalam itu turun, Jehan membantu dengan menggeser tubuh.
Celana dilempar dalam ke atas lantai. Si cantik telanjang, dia malu dan merapatkan paha. Payudara, perut, pinggang, pinggul, paha, pantat. Semua mengagumkan. Menatap sudah membuat kontol Hilman berkedut hebat.
"Kamu cantik banget..."
Jehan tersipu. Pujian dari lelaki yang bukan suaminya mampu membuat wajahnya panas. Terbakar gairah. Tangan Hilman merayap di paha, membelai kulit yang mulus nan halus. Jehan merinding, merintih kegelian. Usapan jempol di lutut, diikuti invansi jari yang lain di paha membuat paha si cantik semakin terbuka.
Kemaluan yang ditumbuhi rambut tipis terlihat di antara selangkanganya. Apa yang dilakukan oleh Hilman berbeda jauh dengan apa yang pernah dilakukan oleh Chris, bule itu lebih senang melakukkannya dengan cara yang keras dan kasar. Kali ini Jehan dicumbu dengan penuh kelembutan, sensasi berbeda yang tak pernah bisa diberikan oleh suaminya ketika bercinta.
"Jangan liatin kayak gitu. Aku malu." Ujar Jehan tersipu malu.
Bibir kemaluan Jehan indah, mengagumkan dan menggairahkan. Gundukan di sampingnya juga bikin gemes. Wajar saja Hilman menahan nafas sambil melotot menatapnya. Usapan lembut tangan Hilman di bibir vagina si cantik menimbulkan desahan. Desis lembut menahan kenikmatan yang menyerbu semakin kuat. Apalagi Hilman semakin berani memasukan jari ke dalam lubang itu, keluar masuk pelan-pelan, cepat dan semakin cepat.
"Ahh…Auuuwhh…Sssttt…" Jehan menjerit.
Wajahnya merah, matanya terpejam, deru nafasnya pendek. Dia tersengal-sengal. Perlakuan Hilman di tubuhnya membuat dia tidak dapat mengontrol diri.
"Nikmat sayang! Nikmat sekali!"
"Ooowhhh...Sshhht."
Lidah menggantikan jari tangan Hilman memainkan permukaan vagina. Keras berganti lembut. Basah bertemu becek, sensasi yang dirasakan si cantik luar biasa. Tubuh telanjang Jehan menggeliat di atas ranjang. Gerakannya liar, kaki terangkat, tangan mencakar dan menjambak permukaan ranjang. Jehan terengah-engah saat kepala Hilman mulai mejauh dari selangkanganya.
Tubuh telanjang mulus semakin mengkilat. Hilman menjaga jarak, melepas seluruh pakaiannya dengan cepat. Di bawah cahaya lampu, Jehan melirik malu tubuh Hilman yang terlihat begitu gagah. Badannya kekar, dadanya bidang dan berotot, meskipun perutnya sedikit buncit tapi menunjukan otot. Kontolnya besar dan mengacung tegak. Lebih besar dan panjang dari punya Rasyid. Mata sayu Jehan takut-takut melirik kontol itu. Kontol kedua yang dia lihat secara langsung selain kontol suaminya.
Hilman berdiri dihadapan si cantik yang masih terkagum-kagum. Kontol keras mengacung gagah semakin mendekati wajah Jehan. Perempuan itu tahu yang harus dilakukan. Jari tangan yang lentik mencengkram kontol Hilman. Iya, lebih besar dari punya Rasyid, tapi tak sebesar milik Chris, meskipun begitu telapak tangannya penuh.
Kontol itu sangat keras, ototnya berkedut terasa di telapak tangannya. Jehan melirik wajah Hilman, dia malu. Jehan memulai aksi, tangannya mengocok. Pelan-pelan, menaikan tempo pelan, cepat dan semakin cepat. Rahang Hilman mengeras, otot pahanya menengang. Mulutnya berdesis. Dia menikmatinya.
"Ahhh!! "
Jehan kembali melirik malu tapi menggairahkan sambil terus mengocok. Bola matanya nakal menatang gairah. Raut wajahnya begitu menggoda. Membuat batang kontol semakin berkedut. Jari tangan Hilman menyentuh bibir mengagumkan Jehan.
Bibir yang lembut, jari tangan lelaki itu masuk ke dalam rongga mulut ibu kosnya yang hangat. Dia bergidik, tubuhnya bergetar. Tangan Hilman dengan cepat memegang belakang kepala Jehan dan mendorong ke depan, mendekat ke arah kontolnya.
"Emutin, ya..." Pinta Hilman
Jehan tidak menjawab, hanya menurunkan tempo kocokan. Kemudian menjulurkan lidah, menyentuh ujung kontol Hilman. Memberi jilatan memutar. Hilman menggeliat tegang, tubuhnya serasa terkena setrum kecil yang nikmat. Rahangnya kembali mengeras, otot paha menengang, mata terpejam saat Hilman merasakan batang kemaluanya mulai masuk ke dalam mulut basah dan hangat Jehan.
Rasanya luar biasa. Apalagi saat kepala wanita cantik itu mulai bergerak pelan, maju mundur sehingga kontolnya keluar masuk mulutnya.
"Kamu liar sekali! Luar biasa!! Beda dengan istriku!" Racau Hilman.
Hilman tidak tahan dengan kenikmatan yang menyerbu. Dia menahan kepala Jehan, lelaki itu bergerak dan menyandarkan pantat pada pinggiran ranjang. Mulutnya mendesah, dia melirik ke arah Jehan yang menyedot kontolnya dengan begitu luwes. Cantik! Jehan tetap cantik meski dalam posisi seperti itu. Hilman duduk dengan nafas berat saat Jehan melepaskan kuluman.
Dia menarik tubuh telanjang Jehan yang mengkilat menggairahkan dengan butir kecil keringat. Menuntun untuk duduk di atas pangkuannya. Mencoba menyatukan alat kelamin mereka. Bokong Jehan yang kenyal menggesek paha berotot Hilman di bawahnya. Lembut luar biasa. Nikmat menggairahkan. Tegang! Sangat tegang ketika alat kelamin saling menggesek. Nikmat, geli, penasaran. Jantung berdetak cepat.
"Awwwwhh..!"
"Sakiit Mas... pelan-pelan ya." Jehan merintih.
Hilman mencabut kembali kontolnya, mencium bibir Jehan, menyedot lidah. Wanita cantik itu lupa rasa sakit, dia membalas ciuman dengan rakus. Satu tangan Hilman bermain di payudara, dan satu lagi menggesekan kontol di vagina.
Jehan lebih rileks, saat dia merasa kemaluan Hilman kembali masuk, dia semakin memperdalam ciuman, mengigit lidah dan bibir pria gagah itu untuk mengurangi rasa sakit. Itu berhasil, kontol Hilman masuk semakin ke dalam, mendorong dinding dan masuk lebih dalam dari yang pernah Rasyid lakukan. Sakit! Perih! Tetap saja Jehan merasakanya.
Dia belum berani bergoyang di atas tubuh Hilman. Pria gagah itu mencium payudaranya, menyedot dan menjilat. Elektrik kecil mulai menimbulkan getaran gairah kembali. Apalagi saat Hilman membelai dan meramas bokongnya, Jehan mulai menggerakan pinggul. Pelan-pelan, pinggul Jehan bergerak, bokong kenyal menggesek paha, kelamin mereka bergesekan. Nikmat, mulai terasa.
Hilman tahu yang harus dilakukan. Serangan bibir pada leher, dagu, pundak dan dada mulus Jehan semakin gencar. Tangan sudah bergeriliya di banyak tempat, pangkal paha, bokong, payudara, perut. Usap mengusap, remas meremas.
"Aaahhh...Ahhh…"
"Hasshhh...Hppppmm...Iyaaahhh!"
Desahan Jehan semakin sering. Nafasnya berat, nafsunya naik semakin tinggi, goyanganya semakin cepat. Dia ingin merengkuh nikmat. Tanganya menahan kepala Hilman, kepalanya turun mencari bibir lelaki itu. Mencium dengan rakus. Vagina yang semakin becek sudah terbiasa dengan kontol. Rasa perih sudah berubah menjadi nikmat luar biasa. Bukan hanya di dalam vagina tetapi di seluruh tubuh. Tubuh Jehan melonjak liar diatas tubuh Hilman.
"Mas...Aku nggak tahan..." Rintih Jehan sambil memejamkan kedua matanya.
"Ahhh...Hhhhmmmpp…"
Hentakan pinggul Jehan kuat dan panjang. Tubuhnya terkulai di atas tubuh Hilman. Kenikmatan luar biasa hinggap di tubuhnya. Rileks, tenang, bahagia. Itu perasaanya saat ini. Sensasi itu belum berakhir, Hilman membaringkan tubuh lemas Jehan di ranjang. Mencium bibirnya, meraba perut, menjilat payudara.
Kelamin meraka kembali menyatu. Sodokan demi sodokan, kadang cepat kadang melambat. Jehan kembali merintih. Kenikmatan luar biasa diberikan Hilman. Dia seolah lupa segala hal, lupa statusnya sebagai istri orang. Tidak peduli kalau dia bercinta dengan pria lain karena perintah dari orang gila yang mengancamnya. Dia hanya ingin kenikmatan.
314Please respect copyright.PENANALLV6PA1Jdb
***
314Please respect copyright.PENANA2EqMNiRULG
"Arrgggchh!!!"
Di tempat lain, pria berkacamata minus itu mengerang hebat tepat setelah spermanya muncrat dan mengenai tangan serta kakinya sendiri. Matanya nanar menatap monitor, melihat Hilman akhirnya memuntahkan cairan kental dari dalam kontolnya pada wajah mulus Jehan.
"Bravo ! Bravo !" Pekik pria berkacamata itu kegirangan, seolah merayakan sesuatu.
314Please respect copyright.PENANALBips5k0bE
BERSAMBUNG
Cerita "JEHAN" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION, untuk membaca versi lengkapnya silahkan klik link yang ada di bio profil314Please respect copyright.PENANA3HHuMu0iJT