Anwar seakan tidak sadar, tubuh siapa yang sedang ia pegang. Nafsu di kepalanya seolah membutakan matanya. Ia seperti lupa siapa yang ada di depannya.10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm6c30W4Jmi
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmmdM12XGKp
Dalam pikiran Anwar, di depannya adalah wanita untuk pelampiasan nafsunya. Pikirannya benar-benar gelap, menutupi akal sehatnya. Ia seperti benar-benar lupa, bahwa di depannya adalah ibunya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡik4FMK7Q1X
Ia tak bisa menahan gejolak nafsu. Telinganya juga seakan tiba-tiba tuli, tak mendengar suara ibunya dari tadi meminta untuk menghentikan aksinya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6wSMcye9Ta
“Anwar, lepaskan nak,” ucap Hamidah seperti merengek.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3dqLAutkF1
Anwar tak peduli, vagina dan payudara wanita yang ia jamah langsung dengan tangannya itu adalah yang melahirkannya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS87U4vF5Wg
Sementara Hamidah sudah benar-benar tersadar dari tidurnya. Meski menjanda, di usianya saat ini, seks kini bukanlah prioritasnya. Jika pun terbesit tentang berhubungan badan, ia tak kepikiran dengan anak sendiri.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPWRbdzp5PT
Ia benar-benar menolak, namun tangannya tak kuat menyingkirkan tangan Anwar. Untuk berteriak, Hamidah juga takut. Takut anak pertama dan ketiganya terbangun hingga tahu kejadian ini. Karena ini bisa menjadi aib yang besar. Ia tak mau, kedua anaknya membenci Anwar atau malah membenci dirinya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDHDMzbaTs4
Tangan Anwar masih memegang vagina dan payudara ibunya. Tangan kirinya memilin puting ibunya dan jari tengah tangan kanannya berusaha menembus lubang vagina ibunya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJeGvT6Qicb
Sementara penis Anwar sudah mengeras sejak nonton film porno di kamarnya. Penis itu mengacung di balik sarung tanpa celana dalam. Seperti siap digunakan menuju ke lubang vagina ibunya. Lubang tempatnya lahir.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPzuuQrepur
Tapi Anwar masih kesusahan memasukkan jari ke vagina ibunya yang kering. Hamidah sadar, tak ada nafsu pada anaknya. Meski sudah dijamah, ia tak merasakan sedikit pun getaran pada tubuhnya yang bisa membuat vaginanya basah.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgUcJF64ZNw
Anwar tak kepikiran untuk menjilat vagina ibunya agar basah. Tak kepikiran juga untuk menjilati payudara ibunya. Apalagi untuk berciuman dengan ibunya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlfXMVi4dZX
Ia kini hanya ingin nafsunya terlampiaskan secepatnya. Ia juga tak mau berlama-lama di kamar ibunya. Takut saudaranya ada yang tahu.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj1QqzWpB5o
Anwar juga tak kepikiran untuk menyodorkan penisnya ke mulut Hamidah dan memaksanya untuk mengulum penis yang lumayan besar itu. Lumayan besar untuk ukuran standar penis orang Indonesia tersebut.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXvCUXBm4qA
Tangan Hamidah masih memegangi tangan anaknya yang terus berusaha menjamah bagian penting dan sensitif dari tubuhnya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLfWrW1jo4E
Tahu ibunya terus menolak, Anwar pun tiba-tiba menindih tubuh ibunya agar tidak bergerak. Yang dilakukan Anwar itu membuat ranjang kayu itu berbunyi cukup keras.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxG3TwOfAPa
“Kriek…,” suara itu tak dipedulikan Anwar.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ8EBykGIGK
Kini justru berganti, Anwar dengan cepat memegang keras kedua tangan ibunya. Ia mengarahkan tangan ibunya di kanan-kiri kepala Hamidah.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx1rMiLtNOL
“Bentar aja ya bu, Anwar tidak tahan,” bisik Anwar di telinga Hamidah, seperti sadar kembali bahwa orang yang sedang ia tindih adalah ibunya. Namun tidak dengan nafsunya, ia tak peduli, masih tetap ingin lampiaskan pada tubuh ibunya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvPyfG9Yknl
Ibunya hanya geleng-geleng kepala. Isyarat menolak. Tak bersuara. Karena keberatan dengan tubuh Anwar yang menindihnya dengan keras.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBSJdH5DDoL
“Ibu jangan bergerak lagi, biar segera selesai,” ucap Anwar.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSW5sZ5Xqa9
Hamidah kembali hanya geleng-gelang. Tubuh anaknya yang menindihnya membuatnya mulai susah bernafas.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXcyaeAXfJJ
“Nanti kalau berisik, kakak dan adik bangun malah malu kita,” kata Anwar.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcfcVpix3Tb
Hamidah diam. Bingung. Juga seperti terhipnotis dengan perkataan Anwar. Ia tak mengiyakan, juga tak menolak. Air matanya seperti akan keluar. Kejadian malam itu tak pernah terpikirkan olehnya. Tak pernah kepikiran dalam hidupnya, anaknya sendiri akan menidurinya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGPs80m6rl0
Melihat Hamidah terlihat mulai pasrah di atas kasur, Anwar melepas tangan ibunya pelan-pelan. Ketika ibunya seperti tak memberontak, ia beranjak dari tubuh ibunya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTXH3OI3dSt
Anwar berada di samping kanan ibunya dan melepas sarungnya kemudian melempar ke lantai. Hamidah masih terdiam, tubuhnya tak bergerak. Matanya melihat ke langit-langit. Ia seperti pasrah dengan apa yang terjadi berikutnya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnbe5HqW5tu
Anwar kemudian menuju bawah kaki ibunya. Di sinilah Hamidah mulai tersadar anaknya sudah setengah telanjang dengan penis yang tegang. Sementara kaos oblong warna hitam masih menempel di tubuh Anwar.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHP24jm8NCu
Ini baru pertama kali Hamidah melihat penis anaknya sejak beranjak remaja hingga dewasa. Terakhir kali Hamidah melihat penis anaknya adalah setelah Anwar sunat kelas 4 SD. Setelah jahitan sunat di kelamin Anwar sembuh, ia tak pernah melihat lagi Anwar telanjang. Saat itu, Anwar juga mulai malu terlihat telanjang di hadapan keluarganya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBrkUfeOYBI
Melihat Anwar dewasa telanjang dengan penis tegang di hadapannya, perasaan Hamidah masih hambar. Ia biasa saja. Libidonya tak muncul. Gairah seksualnya seperti sudah mati.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCGR3ffjrSw
Hamidah tetap pasrah dengan apa yang dilakukan anaknya. Ia berharap kejadian malam itu segera berakhir. Ia juga takut anak-anaknya bangun dan melihat kejadian ini. Karena kadang anak ketiganya, tiba-tiba ke kamarnya untuk tidur bersama.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0NgkH7n6vC
Hamidah melihat Anwar jongkok di atas kakinya. Daster bagian yang setengah tersingkap, dinaikkan oleh Anwar sampai ke perut Hamidah. Kini vagina yang masih terbungkus celana dalam terpampang bebas di hadapan anaknya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡes3u2SNhsH
Anwar lalu berusaha melepas celana dalam ibunya. Hamidah masih belum ada respon. Ia benar-benar pasrah. Anwar seakan bisa melancarkan aksinya dengan baik. Ia menarik celana dalam itu hingga lepas dari kaki ibunya dan melemparnya ke lantai.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOT8fEvMTQI
Vagina tempatnya lahir itu kini ada dihadapannya. Terlihat begitu jelas di depan Anwar. Karena Hamidah tak pernah mematikan lampu kamar saat tidur.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYh4sWJKv3r
Sementara penis Anwar tak sedikitpun melemah. Terus berdiri dengan keras. Lalu ia melebarkan kaki ibunya sambil melihat wajah ibunya. Secara bersamaan, Hamidah juga melirik ke anaknya saat kakinya dipegang dan dibuka oleh Anwar. Kontak mata pun terjadi di antara keduanya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVT2EhtE2T8
Tatapan Hamidah seakan tak percaya ini terjadi. Di dalam hati, ia kembali berharap ini segera berakhir. Juga berharap Anwar mengurungkan niatnya.
10496Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgvU0SpuCdl
Anwar masih terus menatap ibunya. Namun tak ada niat mengurungkan aksinya. Ia menatap ke Hamidah hanya untuk memastikan ibunya tak melawan.
ns3.22.70.140da2
