Author: Ihsan Iskandar
534Please respect copyright.PENANAbgp0tF8onR
"SUDUT PANDANG KEDUA"
534Please respect copyright.PENANAgVXdenxhYG
"Sial, aku berada di belakang garis musuh"
534Please respect copyright.PENANAyvEKBG9Oxh
Setelah melihat keadaanku ku, aku melihat beberapa tentara Djepang keliling sambil membawa senapan Arisaka kesukaanya. Karena senjata yang diproduksi Djepang secara massal itu. Kondisi kami para pejuang yang bermodal bambu runcing dan tekad lebih tersudutkan.
534Please respect copyright.PENANAPD4ITGEgsI
"Aku harus bersembunyi, bukan waktunya untuk terkesima"
534Please respect copyright.PENANAM0bBwuSTbr
Aku memasuki ruangan sebuah gedung tua dan bersembunyi didalam sana untuk beberapa saat sembari berisitirahat dengan mengenang perjalanan diriku yang terjebak disini.
534Please respect copyright.PENANAVOryEGjIME
Sebagai seorang pemuda yang berumur 19 tahun. Aku memang tidak pernah merasakan namanya sekolah. Disamping tidak adanya uang. Para penjajah Djepang yang membunuh seluruh keluargaku adalah faktor terbesarnya.
534Please respect copyright.PENANAz8lVOJl4xY
Aku selalu berlatih untuk menjadi pejuang. Pejuang adalah mimpi-mimpi setiap orang di kampungku yaitu "orang pribumi". Begitulah mereka penjajah menyebut kami.
534Please respect copyright.PENANA8N5qDCfhzo
Terus apa tujuan dari perjuanganku ini? Apakah karena dendam? Apakah karena hasrat membunuh? Hmm... tidak, ini semata untuk kemerdekaan.
534Please respect copyright.PENANAKsbMU6Jhqv
Dalam beberapa tahun terakhir. Djepang menggantikan Belanda dalam kuasanya di wilayah kami. Menjadikan Djepang penguasa politik dan ekonomi. Jika ditanyakan dimana daerahku "Tasikmalaya" sekarang, para penjajah belanda menyebutnya "west Java".
534Please respect copyright.PENANAeOTTGf5OfY
Setelah beberapa menit bersandar di balik tembok dalam gedung tua ini, aku melihat dibawah meja panjang yang terbuat dari kayu berjarak 10 meter dariku itu. Sosok pemuda dengan berbaju putih dan bercelana abu-abu duduk sambil gemetar.
534Please respect copyright.PENANA6lcg9lhPvV
"Sial, disini juga ada tentara Djepang!" Teriakku dapam hati
534Please respect copyright.PENANAW1G4iqMa2M
Sambik mendekat secara perlahan dengan sikap menangkap dari belakang. "Aku akan membunuhnya dengan diam-diam"
534Please respect copyright.PENANAoz1GK2tZqB
Setelah kami berjarak 1 Meter. Aku mendengarnga bergumam.
534Please respect copyright.PENANA91ge9eOCAZ
"Ehh... dimana ini??"
534Please respect copyright.PENANAouw2MzoPhP
Aku yang mendengar dengan jelas bahasa itu. Yang pasti dipikiranku "dia bukan musuh"
534Please respect copyright.PENANAmTEAwsbrJj
Terhenti karena berpikir. Aku melihat kebelakang menyadari langkah kaki dari luar gedung mendekat kesini.
534Please respect copyright.PENANAD9j2xp6lCH
Aku langsung menangkap kerahnya dengan paksa dan membawanya kedalam lemari tua.
534Please respect copyright.PENANAbXLF71SCl3
Didalam sana, sambil mendengar ocehan tidak jelas seperti "ini tidak nyata" atau "tidak mungkin". Aku hanya menjawab seadanya dan menyuruhnya untuk diam.
534Please respect copyright.PENANAIT9HQeyqGt
Kalau dilihat sekali lagi, sepertinya dia lebih muda dariku. tapi, pakaian putih dan abu-abu ini... aku tidak pernah melihatnya.
534Please respect copyright.PENANADgBb3lLZ2p
Ketika tentara Djepang yang membawa senapan Arisaka itu mendekat, aku melompat keluar dan melakukan serang kejutan.
534Please respect copyright.PENANAihxQa3Qtn0
Setelah beberapa menit adu pukul. Dan posisi tidak menguntungakan karena si Idiot "abu-abu" ini tidak dapat membantuku. Aku membiarkan diriku terpukul dan mendekati senjata yang di jatuhkan tentara Djepang tadi.
534Please respect copyright.PENANASkrWINqjdp
Ketika moncong senapan Arisaka membidik kakinya. Walau belum pernah memakainya, aku sering melihat tentara Djepang menembakannya dengan menekan "pelatuk" ini.
534Please respect copyright.PENANAv2er3bepL3
"Sayonara"
534Please respect copyright.PENANA87Ibohuq0Z
Dengan mengucap kalimat itu, aku menekan pelatuk dengan tepat kearah kakinya. Tapi 0.01 perdetik, tembakanku melesat karena di abu-abu mengangguku.
534Please respect copyright.PENANAeFzODFTYR0
"Aku hanya akan melumpuhkannya Bodoh!"
534Please respect copyright.PENANAWMYPP3lqme
"Ehh Benarkah? syukurlah, aku pikir kau akan membunuhnya, ternyata kau adalah orang baik"
534Please respect copyright.PENANA3ctU8nhzit
Berusaha untuk menahan sabar karena gangguan dari Si Abu-abu ini, aku melihat keadaaan tentara Djepang di depanku tadi. Tapi ternyata, peluru itu melesat tepat ke arah jantungnya.
534Please respect copyright.PENANA0QJmVbJ1II
"Sial! Kau membunuhnya"
534Please respect copyright.PENANAv8ayqu85ep
"Akkhhh"
534Please respect copyright.PENANAm7yL8unf6P
"Kau terlalu berisik abu abu!"
534Please respect copyright.PENANA1osZEUp0yZ
Tapi sebelum aku menangkapnya untuk menutup mulutnya. Dia jatuh ke lantai yang penuh darah.
534Please respect copyright.PENANAkDTAQQcdj2
"Sial dia pingsan. Aku tidak bisa meninggalkannya. Semua Pribumi adalah teman"
534Please respect copyright.PENANA22INnvhcy5
"Hmm... aku harus membawa dia ke markas kami, tapi aku akan menutup mulutnya jika dia teriak tiba-tiba"
534Please respect copyright.PENANAAE5rPUJqaO
Aku menggotongnya melewati belakang Gedung tua yang kutempati tadi. Setelah beberapa puluh menit. Aku sampai di markas pejuang. Ketika di depan gerbang kayu itu. disana, sosok jelita namun gagah karena pakaian pejuang dengan ikat kepala merah putih mendatangiku sambik tergesa-gesa"
534Please respect copyright.PENANA5UZlQr1Dn1
"Poetra. Aku memang tidak peduli padamu! TAPI JANGAN MEMBUATKU KHAWATIR!"
534Please respect copyright.PENANAUMn2fwz5QZ
"Hahaha... Sudahlah Rina. Bantu aku, bawa orang ini kemarkas. Aku berjumpa dengannnya di belakang garis musuh. Mungkin kita akan mendapat informasi darinya"
534Please respect copyright.PENANAviDYn2BjJw
"Hmm... baiklah, aku akan menurutimu kali ini, dan segera obati luka memaemu di wajah jelek mu iti"
534Please respect copyright.PENANAWtlVQ2Yd1G
"Terima kasih Rina"
534Please respect copyright.PENANAIz0o1Ld8Wa
534Please respect copyright.PENANAojOuVuGP74
ns18.116.20.44da2