Deru ombak laut samudra Hindia menghempas tubuh gadis kecil itu, langit masih hitam pekat dan laut belum reda mengungkapkan kemarahannya. Tanpa sadarkan diri gadis itu telah hanyut jauh ketengah samudra Hindia, sendirian berteman barang-barang yang ikut terhempas bersama air laut yang menumpas daratan. Ia terombang-ambing selama 3 hari tanpa sadarkan diri, bajunya telah terkoyak tercabik-cabik lautan, burung-burung pemakan bangkai mengelilinginya diatas sana menunggu maut datang padanya.342Please respect copyright.PENANAMDr6n2hAdI
Sebuah benda menghantam kepala gadis itu. Gadis itu sadar, matanya masih sayup-sayup melihat langit yang hitam tanpa matahari. Ia terkejut sekelilingnya adalah lautan tanpa daratan, ia bangun duduk diatas kayu yang sepertinya adalah sebuah lemari besar, ia melihat laut disekelilingnya nampak kotor dengan benda-benda dari daratan. Udara terasa dingin bersama angin yang menusuk tulangnya, pakaiannya tak berbentuk lagi. Gadis itu ingin berteriak tapi suaranya habis dikikis hawa dingin. Sepertinya hari mulai beranjak malam, gadis itu menangis ketakutan dan kelaparan, ia menggigit pakaiannya yang telah koyak itu sambil menggenggam erat kalung salib dilehernya, untuk memastikan bahwa ia tetap sadar.
Jauh dalam pemandangannya sebuah sinar yang sayup ia lihat datang menghampirinya, semakin dekat dan semakin jelas. Itu adalah sebuah kapal yang melintas, gadis itu mencoba melambaikan tangannya yang kaku berharap kapal itu melihatnya, tapi ternyata tak berhasil. Ia mencoba memukul-mukul air laut agar sampai pada kapal itu tapi ombak laut telah mengalahkannya, namun seperti sebuah takdir dari Tuhan sebuah senter terhanyut mendekat pada gadis itu dan ia mengambilnya tapi sayang senter itu mati mungkin sudah tak berfungsi lagi. Namun, ia tak patah arang, dipukulnya senter itu berkali-kali sampai senter itu hidup dan ia melambaikan senter itu kelangit tapi sayang senter itu hanya hidup beberapa detik. Gadis itu tak punya tenaga lagi, ia pasrah senter yang ia pegang tadi hanyut di bawa air laut karna ia tak kuat lagi memegangnya. Gadis itu lelap dalam gelap, ia tak sadarkan diri lagi.
Matahari mulai berbaik hati, ia kembali bersinar diujung Indonesia di tanah Aceh yang empat hari lalu tercabik-cabik lautan. Gadis kecil itu membuka matanya dan ia terkejut ia telah terbaring di bangsal rumah sakit yang penuh dengan manusia, ternyata semalam sinar senter itu tidak sia-sia, ia berhasil membawa kapal yang melintas itu menghampiri gadis kecil itu dan membawanya kembali kedaratan. Gadis kecil itu duduk diatas ranjangnya dengan selang infus yang terpasang di lengannya, ia menatap semua orang yang melintas didepannya dengan tatapan bingung dan aneh, kemudian sebuah tangan memegang pundaknya.
“halo! Siapa namamu?” Tanya seorang suster yang memegang pundaknya dan gadis itu hanya terdiam.
…
12 tahun kemudian tepat dihari peringatan ke 12 tahun tsunami Aceh gadis kecil yang terhanyut di samudra Hindia itu kini tumbuh dewasa menjadi wanita yang tak pernah ia sendiri bayangkan sebelumnya. Gadis kecil yang dulu lupa ingatan itu kini telah memiliki nama baru, Janet. Nama yang diberikan oleh seorang jendra TNI yang mengadopsinya saat itu.
Janet selalu datang ke museum tsunami Aceh setiap hari peringatan tsunami, satu tempat yang suka ia kunjungi yaitu sumur doa, tempat banyak nama korban tertulis.
Janet berdiri tegap memandang banyak nama itu membacanya satu persatu berharap ada sebuah nama yang dapat mengingatkannya tentang siapa dia dulu, tapi sayang tak ada satupun nama yang berhasil. Belum selesai Janet mebaca, ponselnya berdering menandakan sebuah pesan, dan benar saja satu pesan rahasia dari atasannya memerintahkan Janet segera kembali ke pulau terluar Indonesia di samudra Hindia, pulau Enggano.
Tak lama perjalanan dari Aceh, Janet telah sampai dengan helikopternya di markas Intelijen rahasia milik negara yang berada di pulau Enggano. Markas rahasia ini dari luar lebih mirip dengan markas penjaga perbatasan namun jauh kedalam tanah markas Intelijen itu telah berdiri lama.
Dengan hormat para pasukan TNI yang menjaga perbatasan di pulau Enggano memberi hormat pada Janet dan membawa Janet ke pintu lift. Janet adalah komandan tim Alfa dan satu-satunya wanita yang dipercaya mengepalai tim paling inti di Badan Intelijen.
Janet keluar dari lift, ia membuka jaket dan membuang ponselnya di kotak sampah. Di dalam markas ini semua barang dari luar markas harus dibuang karna mungkin saja musuh manyusup dari barang-barang itu. Janet berjalan menyusuri lorong dan mengabaikan semua orang yang memberi hormat atau salam padanya, dengan sorot mata yang tajam ia berjalan menuju ruangan kepala.
Janet membuka pintu ruangan itu dan bapak Kepala Badan Intelijen ini telah duduk menunggunya.
“kau terlambat 5 menit!” ucap bapak kepala, Janet terdiam dengan tubuh tegap
“apa yang kau lakukan selama liburan?” Tanya bapak kepala, janet tetap diam
“apa kau baru saja berkencan?” Tanyanya lagi, dan Janet tetap diam
“silahkan bicara!” ucap bapak kepala
“anda sendiri tahu pulau ini ada di samudra Hindia, tidak mudah untuk sampai kesini dengan cuaca yang tidak mendukung karna itu saya terlambat. Apakah 5 jam bebas dari pekerjaan disebut liburan? Saya rasa ini bukan liburan! Berkencan? Saya hanya tahu satu laki-laki dihidup saya dan saya yakin anda sudah tahu!” jawab Janet dengan tegas
Dan bapak Kepala itu hanya tertawa, karna Janet adalah anak didiknya yang tidak pernah mengecewakannya. Bapak Kepala melempar map di mejanya untuk Janet.
“daftar anggota tim Alfa yang baru!” Janet mengambil map itu dan membukanya
“semuanya laki-laki?” Tanya Janet
“ya! Aku rasa, kau harus lebih dekat dengan laki-laki Janet!” ucap bapak Kepala sambil tertawa
Janet keluar dari ruangan itu sambil membawa mapnya ia berjalan menuju besecame di lantai dasar. Semua orang yang melihat Janet tertunduk hormat namun Janet dengan sifatnya tetap saja tidak memperdulikannya. Janet mengambil mic di ruang informasi dan memerintahkan seluruh anggota tim Alfa untuk berkumpul.
“seluruh anggota tim Alfa tanpa terkecuali berkumpul di lapangan, sekarang!”
Bangunan ini dirancang dengan begitu luar biasa, Ia terdiri dari 15 lantai yang di bangun kedalam tanah. Didalamnya terdapat lapangan pelatihan, asrama, ruang pelatihan tembak, memanah, renang dan semua pelatihan yang menunjang saat penugasan. Semua diseting dengan luar biasa.
Janet berdiri ditengah lapangan menghadap 20 anggota baru ditimnya. Semuanya pria yang tinggi dan atletis sedang Janet tidak terlalu tinggi ia hampir saja tidak terlihat jika ada diantara anggotanya. Seorang anggotanya tertawa kecil melihat Janet, sepertinya ia meledek dan Janet tersinggung.
“kamu! Yang paling belakang tepat lurus didepan saya, silahkan berdiri disamping saya!”
Pria itu berjalan dengan tegap walaupun ia tahu apa yang baru saja ia lakukan adalah kesalahan.
“siapa namamu?” Tanya Janet
“siap komandan! Genta!” Janet memandang sinis pada Genta
“kamu tahu siapa saya?”
“siap komandan! Anda adalah komandan tim Alfa!”
“lalu kenapa kamu tertawa?” Genta hanya terdiam
“saya bukan sembarang komandan! Saya adalah komandan kalian jadi kalian harus patuh pada perintah saya, saya memang wanita tapi saya tidak selunak yang kalian pikirkan, saya memang tidak lebih tinggi dari kalian tapi saya rasa skill kalian jauh dibawah saya! Jangan pikir saya adalah orang yang mudah memaafkan!” Genta terdiam mendengar ucapan Janet
“silahkan kalian baca profil saya, kalian boleh istirahat dan sampai bertemu besok pukul 3 pagi dan kita akan latihan di dunia depan! Ingat avatar kalian, jangan salah pakai kostum karena saya bukan orang yang mudah memaafkan!” ucap Janet dengan tegas dan ia meninggalkan pasukannya
Seluruh pasukan kembali ke asrama mereka, mereka saling berbisik membicarakan komadan mereka yang baru saja mereka lihat.
“aku melihat semua orang hormat padanya,” kata seorang anggota pada temannya sambil mengelap lehernya
Dan temannya menjawab, “aku dengar dia itu adalah orang yang paling di takuti di markas ini, bahkan kepala TNI pun hormat padanya!”
“berapa sih umurnya, aku rasa dia sama dengan adikku!”
Seorang anggota lagi ikut berbincang, “kalian harus hati-hati denganya, dia adalah kepala di markas ini ketika bapak kepala tidak disini. Yang aku dengar juga dia itu anak jendral TNI yang paling berpengaruh di Badan Intelijen. Aku rasa dia tidak murni menjadi komandan!”
Genta datang dengan membawa map berisi profil komandan mereka dan membagikannya kepada rekan-rekannya. Semua anggotapun terkejut
“24 tahun?!” mereka serempak terkejut342Please respect copyright.PENANAtJ3SKUe5Zi
“dia lebih muda dariku!” teriak salah satu anggota
“banyak sekali penghargaannya!” ucap anggota lain yang tercengang membaca penghargaan yang tertulis hampir 5 halaman
“lihat-lihat!” seorang anggota lagi membawa map itu pada temannya sambil menunjukkan histori kasus yang Janet pecahkan
“banyak sekali kasus yang ia pecahkan!”
“wajar saja! Ia dari umur 12 tahun sudah disini!” jawab temannya
Genta memandang foto Janet dan bertanya dalam hatinya “sehebat apa dia?”
ns18.227.89.169da2