
Langit sangat mendung saat aku hendak berangkat untuk mengajar, hari itu aku pergi sendirian—Jefri tak bersamaku, dia sedang berlatih futsal bersama teman-temannya untuk seleksi POPDA. Mengendarai PCX putihku, aku melewati jalan sepi yang biasanya aku lalui sebagai jalan pintas untuk menuju TPQ.
1899Please respect copyright.PENANATdm8epqNA8
Saat aku tengah buru-buru, dua montor gigi bersuara bising tiba-tiba mengapitku dari depan, dan belakang. Kulihat ada 3 orang pria, satu berkendara di belakang sementara yang lain boncengan di depanku.
1899Please respect copyright.PENANAPggTLxkwXG
Aku tak bisa memacu montorku untuk mendahuluinya, karena montor di depan selalu menutupi jalanku untuk kabur. Keringat dingin mulai mengucur dari dahiku, saat aku tahu pria di belakang adalah Bapaknya Anton.
1899Please respect copyright.PENANA0mV1XNKEpI
"Menepi Ukhti! Menepi!" teriak Bapaknya Anton dari belakang sambil mengeluarkan parang yang ia bawa.
1899Please respect copyright.PENANAayeSC6Q2Zf
"Hiii..."
1899Please respect copyright.PENANA7OgUhpcIuC
Aku bergidik ngeri, kucoba menggas montorku untuk kabur dari mereka ... Namun montor di depanku tiba-tiba melambatkan jalannya, dan menendang montorku hingga hilang keseimbangan.
1899Please respect copyright.PENANAckWhnuR9hL
"Aaaaaaa!"
1899Please respect copyright.PENANA9NtpSQ5qwT
Aku berteriak saat montorku mulai oleng, beruntung saat itu aku jatuh ke tanah berumput yang basah tepat satu kilometer dari persawahan.
1899Please respect copyright.PENANAIA7S3xsinT
"Aaaaah sakitt! Aaaa!" rintihku, sambil memegangi kakinya yang ketindihan montor.
1899Please respect copyright.PENANABmhOzO6v98
Saat aku tengah kesakitan, bapaknya Anton dan temannya memanfaatkan itu untuk mengepungku. Pandangan mereka seperti binatang buas, dan penampilan mereka kumal seperti belum mandi, dari mulut mereka yang terbuka aku bisa mencium baju alkohol yang menyengat—tampaknya mereka sedang teler.
1899Please respect copyright.PENANA0ROs9iEEyG
"EDANN! BENING bosss! Teteknya gede lagi!" ucap seorang pria dengan gigi tonggos, dan rambut gondrong.
1899Please respect copyright.PENANAFdNOnbpQVV
"Kayaknya enak nih kalau dijepit tetek gede macam itu," tambah pria hitam bertopi dengan perawakan tinggi.
1899Please respect copyright.PENANAeIGKPimF8O
"Kalian cepat ikat dia!" perintahnya ayahnya Anton yang langsung membuat wajahku pucat dan jantungku ingin lari.
1899Please respect copyright.PENANAlBHcfEoBrg
"Aaaaaaarhhh! Tiiidaakk! Lepassinn! Aaarrhhkk! Toolooongg! Tolong!"
1899Please respect copyright.PENANAdsHdwagtbR
Pria gondrong membekap mulutku dari belakang sambil merangkulku, sementara pria tinggi mengambil tali rafia untuk mengikat tanganku ke belakang. Aku meronta sekuat tenaga sambil menangis memohon mereka melepasku, namun aku tak berdaya—pria-pria ini terlalu kuat buatku.
1899Please respect copyright.PENANAVJlqxWnB9n
"EDANN! Susunya tumpah-tumpah kalo dikenyot gak bakalan abis ini!" kata pria gondrong yang membekap mulutku dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya meremasi kedua payudara besarku.
1899Please respect copyright.PENANAmhgV3Vf1I5
"Hmmmm!"
1899Please respect copyright.PENANAt4C26ZqCKn
Aku ingin menangis, harga diriku sebagai perempuan telah jatuh. Mereka bertiga lalu menyeretku untuk naik ke montor bapaknya Anton untuk dibonceng, aku dihimpit oleh pria gondrong dan bapaknya Anton, dan dibawa pergi ke sebuah gubuk yang tak jauh dari tempat tadi.
1899Please respect copyright.PENANAx4xRIE8Rc0
Aku begitu ketakutan saat ketiga pria kasar itu melempar tubuhku ke sudut ruangan dan menyeringai bagai binatang buas. Bapaknya Anton yang terlihat seperti pemimpin mereka itu mulai mendekatiku, dan menjambak sanggul rambutku dari balik hijab hitam yang kukenakan.
1899Please respect copyright.PENANADj2O5mzhHd
"Ukhti tahu kan harus ngelakuin apa, Ukhti ini tahu gak, semenjak saat itu aku gak bisa berhenti mikirin ukhti. Pantat semok Ukhti itu bikin aku kebayang tiap malam, gimana rasanya," kata Bapaknya Anton.
1899Please respect copyright.PENANAOuzQ4NbPip
Ia menjambak rambutku dengan kasar, lalu menampar wajahku sambil tersenyum hingga membuat pipiku memerah. Aku tak bisa berteriak, mulutku tersumpal oleh kain, aku menangis saat ditampar, rasanya sakit sekali ... Bahkan suamiku maupun orangtuaku sendiri gak pernah menamparku.
1899Please respect copyright.PENANAFL2EumILlR
"Ukhti paham kan, kalau Ukhti teriak, dan melawan kami bisa menyakiti Ukhti lebih buruk. Jadi pasrah aja, puasan kami bertiga, dan Ukhti nanti bisa pulang dengan selamat. Paham?"
1899Please respect copyright.PENANAI7ZlYuL70o
Aku mengangguk pelan dengan gemetar, wajahku memerah karena tamparannya.
1899Please respect copyright.PENANAU8PQhfIEMF
"Bagus, Ukhti paham. Sekarang! Sepong kontolku!"
1899Please respect copyright.PENANAUNPfZJ6MhR
Bapaknya Anton melepas celananya, kontolnya yang dihiasi oleh jembut keriting yang tebal itu pun melompat keluar dari kandangnya. Kontolnya sangat hitam dengan kepala jamur berwarna merah tua, ukurannya tak terlalu besar dan tak terlalu kecil—standar untuk orang Indonesia.
1899Please respect copyright.PENANAAo2Dkp7DhQ
"Cepat sepong Ukhti!" ucapnya sembari melepas kain yang menyumpal mulutku.
1899Please respect copyright.PENANAfjnnTIRdNp
Aku memandang kontol Bapaknya Anton dengan wajah memerah, rasanya baru kemarin aku bermain dengan kontol selain punya suamiku, dan sekarang aku harus mengurus kontol antah berantah yang akan memperkosaku.
1899Please respect copyright.PENANAs4kF2CnC9G
"Cepat Ukhti! Buruan udah keras ini!"
1899Please respect copyright.PENANAEqF23U7s7A
Perlahan kudekati kontol itu dengan malu-malu, baunya sangat menyengat dan jembutnya terlihat mengembang hingga membuatku jijik.
1899Please respect copyright.PENANA2TPWvOQ7OT
"Buruan! Mau aku pukul lagi!"
1899Please respect copyright.PENANAEGAS7QgJpM
Aku buru-buru menggenggam kontol hitam berurat itu dengan tanganku, rasanya panas dan aku merasa sedikit kontraksi saat aku menyentuh kulitnya. Si gondrong dan si tinggi memperhatikanku dari samping sambil menelan ludah, dari bawah aku bisa melihat kontol mereka mengembang dari balik celana jeans lusuh yang ia kenakan.
1899Please respect copyright.PENANAnWryAmzrzH
"Jangan dipegang aja! Buruan masukin ke mulut!"
1899Please respect copyright.PENANALBUHCC2BCk
Matanya berkaca-kaca—ingin menangis, namun aku tetap membuka mulutku untuk menelan kepala jamur Bapaknya Anton. Saat lidahku menyentuh kepala jamur merah tua itu, Bapaknya Anton tiba-tiba tersentak, dan sontak saja kontolnya langsung menerobos masuk semakin dalam ke mulutku hingga membuatku kesulitan bernapas.
1899Please respect copyright.PENANAG6u1ucY34z
"Uhh! Hkk!"
1899Please respect copyright.PENANARwikcgZB0V
Aku mencengkram kakinya sambil memukul-mukulnya kecil, Bapaknya Anton hanya tertawa sambil melihat tingkah menyedihkanku lalu memaju mundurkan pinggulnya tanpa persetujuanku.
1899Please respect copyright.PENANAyn5y9k09Bd
"Hukkk! Emhhh!"
1899Please respect copyright.PENANAX49XImtqnb
Tenggorokanku terasa sangat sakit karena Bapaknya Anton terus menyodoknya dengan kasar, dengan disaksikan oleh anak buahnya—Bapaknya Anton memperkosa mulutku dengan brutal.
1899Please respect copyright.PENANA0w4N9thJnl
"Ahhh! Uhhh! Edan! Cuma mulut udah seenak ini! Apalagi memeknya! Ahhh"
1899Please respect copyright.PENANAL9Dy0Nb5VT
Kepalaku ia maju mundurkan mengikuti gerakan pinggulnya, aku mendelik menatapnya dengan mata merah karena susah napas, kurasakan kontolnya mulai membengkak, dan mulai berkontraksi.
1899Please respect copyright.PENANAOY9K6BmqJk
"Ohhh! Ukhti!"
1899Please respect copyright.PENANA4lOVUDGXAK
Bapaknya Anton orgasme, semburan peju kental berbau menyengat memenuhi kerongkonganku hingga membuatku terbatuk-batuk. Saat kontol itu keluar, aku langsung muntah dengan kepala tertunduk, dan mata berkaca-kaca.
1899Please respect copyright.PENANAXdjG0cLu4x
"Haaah... Enak tenan! Pejuku ini udah kayak disedot abis ama mulutnya Ukhti."
1899Please respect copyright.PENANAv3qO02t0ty
Bapaknya Anton duduk di atas meja reyot untuk beristirahat, melihat hal itu si gondrong dan si tinggi, meminta izin untuk merasakan service dari mulutku pada Bapaknya Anton.
1899Please respect copyright.PENANAVOWvStMrBN
"Pake aja, enak! Sekalian bugilin! Oh iya sisain hijabnya aja," ucap Bapaknya Anton.
1899Please respect copyright.PENANAnfMG1GKe1M
Sambil tersenyum mesum kedua pria kasar itu mendekat ke arahku yang tengah menangis tanpa suara, tak jauh berbeda dari bos mereka—mereka sangat kasar. Mereka berdua memakai mulutku seperti onahole, memaksaku menelan benih mereka dan menamparku jika aku batuk. Dalam sekejap mulutku telah dipenuhi oleh Peju mereka, gigiku yang putih berlumur peju, dan lidahku terasa sangat asin.
1899Please respect copyright.PENANAJa91zzZtjG