
1362Please respect copyright.PENANABJPM9kdQ3S
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1362Please respect copyright.PENANAUpgL8983tw
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1362Please respect copyright.PENANAMuaLLMyYIp
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1362Please respect copyright.PENANAkTv5f0VcdS
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1362Please respect copyright.PENANAaFrMB8hE57
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1362Please respect copyright.PENANAc0inPH3U3E
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1362Please respect copyright.PENANAm8co3xvlvX
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1362Please respect copyright.PENANAj6DHvTznYL
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1362Please respect copyright.PENANAk5p2gvDdty
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1362Please respect copyright.PENANAqXXE068WFR
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1362Please respect copyright.PENANAKvFz8YulKC
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1362Please respect copyright.PENANAYv3n3O4bSJ
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1362Please respect copyright.PENANASxCDbRCdKP
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1362Please respect copyright.PENANAfZJ8Tm76Wm
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1362Please respect copyright.PENANAOSLYBh2aEa
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1362Please respect copyright.PENANAbEZrBCLM6Q
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1362Please respect copyright.PENANAFfomsRAbKR
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1362Please respect copyright.PENANAlimlrLHnSx
"Bu Rina?"
1362Please respect copyright.PENANAvAQnfeZepm
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1362Please respect copyright.PENANAzkYLKctX0h
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1362Please respect copyright.PENANAzXtjxQrf2R
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1362Please respect copyright.PENANAUt9WkHZewA
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1362Please respect copyright.PENANAZ8VpHMGSDz
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1362Please respect copyright.PENANAdezqrYC6V9
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1362Please respect copyright.PENANAKXY9pV88Z4
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1362Please respect copyright.PENANAF5ivvWzqvx
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1362Please respect copyright.PENANAsZDfbqBkKw
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1362Please respect copyright.PENANAaXcj0vVJWh
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1362Please respect copyright.PENANAp6GPEOBuuJ
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1362Please respect copyright.PENANAE7uHanSVV0
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1362Please respect copyright.PENANAM85Eha2Rcl
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1362Please respect copyright.PENANACbjjM3VEs0
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1362Please respect copyright.PENANAPzIhgQZzHN
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1362Please respect copyright.PENANAdRX096rid7
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1362Please respect copyright.PENANAdlpZ76gAFR
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1362Please respect copyright.PENANABTT3QfG5sV
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1362Please respect copyright.PENANATQ5P9Pv2bw
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1362Please respect copyright.PENANALi3H9i3LSG
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1362Please respect copyright.PENANAVWQUh2Jzop
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1362Please respect copyright.PENANAUm8V3lB9bk
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1362Please respect copyright.PENANAMduPilhaGO
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1362Please respect copyright.PENANAt8btPtXsaB
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1362Please respect copyright.PENANAqnFMDFinQ8
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1362Please respect copyright.PENANAAFKmpOuATD
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1362Please respect copyright.PENANAPjUPMZczPw
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1362Please respect copyright.PENANAfYzgTRHYh0
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1362Please respect copyright.PENANAetUigX6AKx
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1362Please respect copyright.PENANAGLZY3rY968
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1362Please respect copyright.PENANA6fEB8fET2P
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1362Please respect copyright.PENANAOMYtbQYrpe
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1362Please respect copyright.PENANABTkmZQFlYr
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1362Please respect copyright.PENANAUW60JkZXz2
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1362Please respect copyright.PENANAQi8pXvNcI0
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1362Please respect copyright.PENANAQmBTOP2lQi
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1362Please respect copyright.PENANAmWNf9VGgkV
Begitu saja?
1362Please respect copyright.PENANAjWZYSXBgjC
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1362Please respect copyright.PENANAB1XboLmYSY
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1362Please respect copyright.PENANA1piFPsskEV
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1362Please respect copyright.PENANAW2bAhy5EDa
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1362Please respect copyright.PENANALQCO6e2ph5
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1362Please respect copyright.PENANADguPj7mGgm
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1362Please respect copyright.PENANAakYGDnrWFb
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1362Please respect copyright.PENANAfUEA5wEH1V
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1362Please respect copyright.PENANAD9CHHsvltx
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1362Please respect copyright.PENANA5GlEQSdMSz
Malam itu begitu sunyi.
1362Please respect copyright.PENANAsSCT78olXn
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1362Please respect copyright.PENANAbxqEgiX9XL
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1362Please respect copyright.PENANAp4BgmtXO7I
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1362Please respect copyright.PENANArYOe0wsjIy
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1362Please respect copyright.PENANAXN5UKHygjd
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1362Please respect copyright.PENANAhIzLWS2gMQ
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1362Please respect copyright.PENANAgUypduCAKT
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1362Please respect copyright.PENANAJw6WXXsqAY
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1362Please respect copyright.PENANAgM1W0dSqss
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1362Please respect copyright.PENANAplpgyV7asv
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1362Please respect copyright.PENANAoL0pfTKAIr
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns3.141.25.1da2