
******
Chapter 4 (End) :
Ours
******
28Please respect copyright.PENANAxEgosIuU5l
Author:
SATU BULAN KEMUDIAN
28Please respect copyright.PENANAcLRXeEucJz
SEBUAH paket berupa kotak kado telah datang ke ruangan departemen yang dipimpin oleh Peter. Para karyawan langsung berkumpul untuk mengelilingi kotak itu. Mereka semua mulai berbisik, menanyakan apakah gerangan isi kotak kado yang cantik itu dan salah satu karyawan akhirnya berinisiatif untuk membuka kotak itu.
Betapa terkejutnya mereka semua ketika melihat ada puluhan amplop di dalam kotak itu. Satu per satu dari mereka mengambil amplop itu dan melihat bahwa ternyata amplop itu berisi undangan pernikahan.
Namun, bukan itu masalahnya.
Mereka semua histeris, menganga, dan bahkan ada yang langsung heboh berlari ke luar dan memberi tahu ke mana-mana. Semuanya benar-benar berisik tatkala mengetahui bahwa undangan itu adalah undangan pernikahan antara Elvis Francisco dan Shay Evelyn.
"OH, TUHAN!! SEJAK KAPAN MEREKA SALING KENAL?!!"
"MENGAPA TIBA-TIBA MENIKAH? APAKAH MEREKA DIJODOHKAN?!"
"SETAHUKU SHAY TAK KENAL DENGAN ELVIS SI TAMPAN ITU!!"
"Mereka berdua sebenarnya cocok, sih, tetapi kok bisa?!"
"Wow! Ini menarik."
Mendadak seisi ruangan itu jadi ribut.
28Please respect copyright.PENANAHro0BldDz5
******
28Please respect copyright.PENANAiTYcUgzEyD
Shay:
Elvis mendorongku ke ranjang. Ciumannya di leherku kini terasa semakin bergairah. Napas kami bersusulan dan ia mulai mengangkat kedua tanganku hingga ke bagian atas kepalaku dan menggenggamnya. Kurasakan cincin pernikahan kami berbenturan kecil dan hal itu membuatku tersenyum.
Aku mendesah saat Elvis meremas payudaraku; ukuran milikku memang pas sekali di tangannya. Ia mengerang saat kuremas rambutnya.
Kami sudah menikah. Elvis benar-benar overprotective padaku sepanjang hari sejak saat itu, sejak ia tahu bahwa aku hamil. Namun, meskipun begitu, ia tetap tak dapat menahan hasratnya sejak sepanjang acara pernikahan kami seharian ini. Ia tetap menantikan malam pertama kami.
Elvis memukul pahaku dan aku terperanjat. Mulutku terbuka dan Elvis langsung mencium bibirku dan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Lidah kami saling bermain dan mengisi kekosongan di mulut masing-masing. Aku terengah-engah, saliva kami bertukar dan dia kini dengan tergesa memasukkan dua jarinya ke dalam kewanitaanku.
Aku mengerang. Sial! Dia menyiksaku dan aku hanya bisa meremas lengannya yang berotot itu. Dia masih mengunci kedua tanganku—di atas kepalaku—dengan sebelah tangannya, sementara sebelah tangannya lagi tetap bermain di daerah kewanitaanku. Aku menggelinjang dan desahanku semakin tak terkontrol.
Mungkin dia pun sudah tak dapat menahan hasratnya karena setelah mendengar desahanku yang semakin menggila itu, dia langsung mengumpat dan memasukkan miliknya ke dalam milikku. Dia menyetubuhiku dengan tanpa ampun. Tubuhku terentak-entak ke atas dan mulutnya mencari payudaraku, kemudian ia mengulum puting payudaraku dengan lihai. Kurasa aku sudah tak mampu memikirkan apa pun lagi selain dirinya. Ini membuatku gila.
Dia terus mendorong miliknya ke dalamku dan gerakan tangannya terasa semakin liar. Hingga suatu saat, ketika kami berdua telah bermandikan peluh, aku merasa orgasmeku sudah semakin dekat. Aku juga tahu bahwa miliknya telah membengkak dan sepertinya dia akan orgasme. Aku mencengkeram lengannya dan dia meletakkan kepalanya di ceruk leherku.
"Say my name, Baby," bisiknya. Dia mengerang.
Aku menggigit bibirku. Ketika kurasa orgasmeku telah semakin dekat dan semakin tak tertahankan, aku lantas berteriak kuat.
"ELVIS!!"
Aku keluar bersamaan dengannya. Kurasakan cairannya mengalir ke dalamku. Rasanya hangat sekali. Aku terengah-engah, napas kami terdengar bersusulan dan bagiku saat-saat seperti ini merupakan momen yang terintens di antara kami berdua. Setiap kali kami berhubungan seks, inilah momen yang paling intens di antara kami berdua.
Elvis tersenyum dan mencium keningku. Ia langsung berguling ke sampingku dan memeluk pinggangku dengan posesif setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mencium perutku. Mungkin itu adalah ciuman untuk calon anak kami.
Aku menghadap ke arahnya dan memeluk lehernya. Aku lelah, tetapi aku tetap berusaha untuk tersenyum padanya. Lagi pula, aku sedang bahagia, di luar kenyataan bahwa aku masih lelah sehabis acara pernikahan kami yang berlangsung nyaris seharian dan Elvis yang langsung menyetubuhiku.
"Besok aku akan langsung bekerja kembali," ujarku pada Elvis. Elvis yang tadinya memandangku dengan penuh kasih sayang, kini jadi menatapku dengan mata yang menyipit tajam. Mendadak ekspresinya jadi dingin.
"Tidak, Shay. Mulai sekarang biar aku saja yang bekerja. Lagi pula, kau sedang hamil. Berhenti membuatku khawatir padamu," ujarnya.
Aku mengernyitkan dahi. Well, aku memang suka dia peduli padaku, tetapi sifat dinginnya tetaplah tak berubah. Dia juga jadi overprotective.
"Elvis, aku bisa bekerja. Jangan menghentikanku karena aku suka pekerjaanku."
"Kau suka pekerjaanmu atau suka bertemu dengan Peter?" tanyanya dengan nada tajam, matanya menatapku dengan tatapan menyelidik. Namun, aku justru tertawa.
"Sudahlah, Peter sudah kutolak. Dia tak ada hubungannya."
"Ada, Shay. Jangan mengelak." Elvis masih menatapku dengan tatapan tajamnya.
Aku tertawa lagi. Aku mencubit hidung Elvis membuat Elvis menyatukan alisnya. Setelah itu, Elvis meraih tubuhku dan memelukku. Aku mengendus dadanya dan dia mencium puncak kepalaku.
"Aku akan menjagamu seumur hidupku," ujarnya. "Maafkan kesalahanku selama ini, ya. I love you as always, Shay."
Aku tersenyum.
"I love you too, Elvis."
28Please respect copyright.PENANAi9OLCgoeBN
******
28Please respect copyright.PENANAtkIveYxR23
Author:
"Hah, ini menyebalkan, padahal aku mencintainya," ujar Peter saat Elvis berhadapan dengannya.
Elvis mendengkus dan membuang wajah. Namun, kemudian Elvis menoleh kepada Peter dan memberikan tatapan yang tajam padanya.
"Jangan dekati dia lagi. Dia itu istriku."
"Aku salut padamu. Selama ini kau bahkan tak dekat dengan Shay. Kau juga terkenal dingin di kantor. Saat kudengar dari Shay bahwa kalian sudah lama berhubungan, aku benar-benar terkejut," ujar Peter. "Maksudku, bagaimana bisa? Selain itu, bagaimana bisa kau menyuruhnya untuk sepakat bahwa kalian harus menjalani hubungan tanpa komitmen? Apalagi kalian sering berhubungan 'itu'. Yah, kau tahulah maksudku. Aku tak begitu kenal denganmu, tetapi bisa kupastikan bahwa kau itu gila."
Elvis hanya diam dan masih menatap Peter dengan tatapan tajam.
Peter kemudian menghela napas. Pria itu mendekati Elvis dan menepuk bahu Elvis, membuat Elvis menatap bahunya sendiri seraya mengernyitkan dahi, kemudian Elvis kembali menatap pria itu.
Peter tersenyum manis, senyuman itu sampai membuat matanya tertutup seolah ikut tersenyum. Itu senyuman ramah yang biasa Peter tunjukkan kepada siapa pun.
"Namun...ya sudahlah. Meskipun aku ditolak, lalu ditinggal menikah oleh My Sweety Shay, mulai sekarang aku akan memercayakan dia kepadamu. Jaga dia dan sayangi dia, Elvis. Jangan pernah lepaskan dia. Pedulikan dia."
Elvis menatap Peter dengan mata yang menyipit tajam selama beberapa detik. Setelah itu, Elvis mendengkus dan melepaskan tangan Peter dari bahunya.
"Kau tak perlu mengatakan itu," jawab Elvis dingin.
28Please respect copyright.PENANAi5ujR8clTk
******
28Please respect copyright.PENANAjtaykvbm2B
Shay:
Aku sedang bersiap mengambil tasku ketika tiba-tiba kudengar ada teriakan kekaguman yang tertahan dari para perempuan yang seruangan denganku. Setelah itu, mereka semua mulai berteriak dengan heboh. Hal itu membuatku mengernyitkan dahi dan aku kontan memanjangkan leherku untuk menatap ke depan.
Mataku terbelalak saat melihat sosok tampan Elvis dengan pakaian kerjanya tengah melangkah menghampiriku. Tatapannya dingin seperti biasa, tetapi hal ini membuatku terkejut karena sepertinya dia ingin menemuiku. Ia menenteng tas kerja beserta jasnya di lengan kirinya. Hal itu membuat semua perempuan mulai berteriak kagum saat melihatnya menghampiri kubikelku.
Aku memperhatikan Elvis dengan alis yang menyatu sampai Elvis benar-benar sampai di kubikelku.
"Ayo pulang," ajak Elvis. Aku berkedip dan meneguk ludahku. Aku langsung mengangguk—meskipun dengan kaku—karena aku sedikit heran. Jelas saja orang-orang di sini terlihat excited, masalahnya ini adalah pertama kalinya Elvis menghampiriku. Aku sendiri heran!
Ya...wajar saja, sih, dia menjemputku. Kini aku adalah istrinya dan tak ada lagi yang perlu kami sembunyikan.
Aku meraih tasku, berdiri, dan Elvis langsung menggenggam tanganku. Dia mencium keningku saat aku berdiri berhadapan dengannya. Kudengar para perempuan bersorak kagum di sekeliling kami. Pipiku merona.
Namun, entahlah apa yang terjadi dengan para wanita yang mengagumi Elvis dan melarang siapa pun untuk mendekati Elvis. Apa mereka mengamuk tatkala mendengar soal pernikahan kami?
Ya...sudahlah. Aku tak peduli.
Elvis langsung membawaku keluar dari kantor. Sepanjang jalan, teriakan kagum dan kalimat selamat terus menghadiahi kami. Aku hanya berterima kasih dan mengangguk pada mereka, begitu pula Elvis.
Saat sampai di tempat parkir, Elvis memasukkanku terlebih dahulu di jok yang ada di samping jok pengemudi dan ia pun menutup pintu yang ada di sebelahku. Ia telah memakaikan seat-belt di tubuhku sebelum menutup pintu itu. Elvis lalu memutari mobilnya lewat depan dan akhirnya ia duduk di jok pengemudi.
Sebelum memasukkan kunci mobilnya, ia menoleh ke arahku.
"Apa kau sudah makan? Kau harus makan. Ayo kita pergi ke restaurant yang ada di dekat sini," katanya.
Aku menatapnya dan mengedikkan bahu. "Baiklah."
Namun, tiba-tiba dia tersenyum padaku. Aku terperangah.
Oh, astaga. Aku sangat terpesona. Dia jarang tersenyum dengan manis seperti itu.
Akan tetapi, aku mencoba untuk menggelengkan kepalaku dan tetap fokus. Setelah itu, aku mengernyitkan dahi dan memasang ekspresi heran.
"Ada apa?"
Dia kemudian memelukku dengan pelan. Pelukannya terasa begitu hangat. Wangi tubuhnya nyaris memabukkanku dan aku lantas balas memeluknya.
Kurasakan dia mencium puncak kepalaku dan tersenyum di sana.
"Terima kasih karena telah ada di dalam hidupku, Shay," ujarnya dengan suara seraknya yang terdengar seksi. "dan terima kasih karena telah mengandung anak kita. Kau adalah hartaku yang paling berharga."
Aku tersenyum manis.
"Kau juga, Elvis. Aku beruntung sekali bisa memiliki suami sepertimu. Aku mencintaimu."
Elvis terkekeh. Dia adalah pria yang selalu bersikap dingin, tetapi sekarang dia benar-benar bersikap hangat kepadaku. Semenjak kami menikah...sifat dinginnya perlahan-lahan menghilang. Kenyataan bahwa dia hanya bersikap seperti itu kepadaku pun membuatku jadi benar-benar bahagia.
"Every love story is beautiful," ujar Elvis dengan lirih. "but ours is my favorite."
Aku tertawa. Aku memukul lengannya, tetapi dia malah memelukku semakin erat. Pelukan itu terasa semakin hangat.
Kini aku tahu bahwa Tuhan menyatukanku dan Elvis dengan cara yang unik. Kami tak bisa memprediksinya sama sekali. Semua orang di bumi ini akan memiliki kisah cintanya masing-masing, tetapi kisah cintamu sendiri…akan kau anggap lebih unik daripada kisah cinta siapa pun.
Kisah cinta itulah yang akan menjadi hal terindah yang pernah ada di dalam hidupmu. []
28Please respect copyright.PENANA9GJRGgpdpi
28Please respect copyright.PENANAFILgbWy11O
28Please respect copyright.PENANAWRiesHhfpZ
28Please respect copyright.PENANA5G04YhBczg
END.
28Please respect copyright.PENANAoYPJoQCBjW