Bagian 4
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeKTqVxnpJ3
Bagaimanapun Ilham adalah pria dewasa. Dia bukan anak remaja lagi. Namun, pola tingkahnya kepadaku betul-betul seperti adik yang ingin dimanja. Dia kadang terlihat dewasanya. Suatu momen terlihat kekanakkannya. Dia itu sudah menikah, punya istri. Mengapa cari perhatiannya kepadaku. Ya Tuhan! Bagaimana jika istrinya tahu bahwa Ilham kerap cari perhatian kepadaku. Setiap ia mau pulang malam demi ngobrol bersamaku. Ia selalu cari akal agar diperbolehkan oleh istrinya. Ketika aku tanya, apa alasan dia bisa menemaniku mengobrol sepulang kantor. Dia jawab singkat, ya sudah diizinkan. Aku tak lekas percaya. Dia sahut alasannya adalah ngobrol dengan Mbak Maya yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri oleh Ilham dan juga istrinya, yang bernama Winda.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkOsBzjlhOE
Ya, ya, aku tak masalah sudah dianggap sebagai seorang kakak perempuan. Akan tetapi, Aku harap-harap cemas ketika beberapa kali Ilham mengaku sudah izin pulang telat kepada istrinya, istrinya menanyakan kepadaku apakah betul ilham sedang banyak kerjaan dan ia jadi sering pulang terlambat ke rumah. Damn! Itu berarti Ilham berbohong, tidak sepenuhnya jujur selama ini bertemu denganku. Gawat! Karena aku, Ilham rela membohongi istrinya.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMmGiayRj2N
“Kamu kok enggak jujur sih, Ham”
“Aku kan jadi enggak enak sama Winda”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKtuGNh3Qv9
“Kalau enggak alasannya gitu mba, aku enggak akan diizinin”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXNL2ApCqCH
“Kamu jujur saja, mengapa kalau jujur?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5d90A8QvFa
“Repot Mba kalo jujur”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhdAsQfwqCg
“Repot? Repot kenapa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVkvaxLgu5A
Ilham terdiam, tak mampu menunjukkan alasan sebenarnya.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJXhupRaeYh
“Kalau begitu ya udah besok-besok gue gak usah nemenin lo lagi sepulang kantor”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkC2JvsVJtn
Sejujurnya jawaban Ilham barusan membuatku sangat dilema. Aku sudah terlanjur nyaman dengan sosok Ilham yang mengurangi rasa kesepianku. Jawabannya justru menimbulkan kesan ancaman, bahwa aku akan kehilangan rasa nyaman yang telah didapat. Di sisi lain, aku harus sadar diri Ilham sudah mempunyai istri yang menantinya di rumah. Dengan keadaan sudah seperti itu, aku menemukan jalan keluar yang adil.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYNrRUwHKex
“Begini aja, kenapa kamu enggak ajak Winda ikut ngobrol di sini?”
“Tambah ramai kan tambah seru”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo4DGf5nR42
“Gak mungkin”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEGmKo97uIR
“Kenapa gak mungkin?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrEjaaJ4FPo
“Ribet mba jelasinnya”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY0q315gvg9
“Ribet kenapa, tinggal jelasin aja”
“Pasti ada sesuatu ya?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1yyuT6yfPa
“Enggak ada”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjPHkx7byjm
Ilham malah bertele-tele. Ia kemukakan seandai jujur juga, dia tidak bisa ngobrol lama-Iama denganku. Ilham jelas menyembunyikan sesuatu. Akhirnya obrolan yang berlangsung di kafe tersebut tetap berjalan seperti biasa. Bodohnya, aku membiarkan kondisi seperti itu berhari-hari, berbulan-bulan demi egoku mendapatkan kenyamanan dari Ilham. Aku melupakan perasaan Winda yang menanti Ilham pulang ke rumah. Namun, Aku betul-betul tidak mampu mengubah keadaan agar kesepian tidak lagi membayangi hari-hariku. Di kantor, aku membenci rekan-rekan pulang tepat waktu. Aku perlu keramaian. Tersisa Ilham yang pada akhirnya menjadi teman setia.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkODR6PfpV4
“Bagaimana Mba perihal suami lo? Sudah mau dibujuk dia supaya mau ke Jakarta?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPOzRG3NbNw
“Masih gitu-gitu aja”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQxUU62rzOe
“Gitu bagaimana?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwCo4VvgjjB
“Ya seperti yang kemarin aku ceritakan”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2X5zpfD8ci
“Kalau menurut gue, buru-buru segera diselesain Mba”
“Stres lo kalau dibiarin berlarut-larut. Kasian anak lo juga”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡebB1GW91oC
“Iya maunya aku juga gitu, perlu ada waktu ngomong empat mata dengan suami”
“Kamu doakan saja”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡms5xsLdiup
“Selalu aku dukung dan doakan kamu, Mba”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHQ6kq8xqBh
“Terima kasih ya, Ham…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRYI4WpAFAc
“Iya, tapi kalau menurut gue loh ya, maaf ya sebelumnya”
“Lo itu masih cantik dan muda mba, masih banyak yang mau”
“Banyak laki-laki di luar sana”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeCb7mO6wB9
“Aduh, aku kasian dengan anakku, Ham!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4JOyKEMonU
“Ya lo gak lebih kasian lagi sama anak lo dan diri lo kalau posisi begini melulu?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWekWZGkKLY
“Gue udah terbiasa sejak tinggal di Bandung”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcdoGJhZC0r
“Lo mau biasain hidup dengan kondisi stres? Sakit jiwa lo bisa bisa”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2wefu99gbf
“Aku ngerti, aku lagi upayakan rekonsiliasi dengan suamiku”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuzCUrrau8E
“Ya semoga sukses”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHW7Bv2YbQI
“Ucapanmu tadi itu…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0hc2uyZ3d0
“Iya, ya, ya… Maaf…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp12xZheV74
Di satu sisi Ilham mendukungku, sisi lain ia seperti mendorongku agar berpisah dengan suami. Aneh. Tidak jelas. Fakta yang tidak bisa ditutupi. Sikap Ilham perlahan membuat aku bingung. Ia menganggapku sebagai kakak perempuannya. Namun, sikapnya sudah jauh melebihi hal itu. Mulai dari chat yang kerap menyelipkan pembahasan soal seks. Ia kadang bertanya kehidupan seksku dengan suami. Tanggapan terhadap istilah istilah yang aku tidak ketahui apabila tidak browsing Om Google, seperti cuckold, threesome, fetish, dan sebagainya. Apakah aku pernah berfoto pose seksi atau bugil lalu dikirim ke suami. Apakah aku sebelum nikah pernah berhubungan dengan laki-laki lain terkait seks. Apakah aku punya pandangan terbuka. Beberapa pertanyaan yang diajukan, aku jawab dan tidak. Ilham memaklumi, tidak memaksa, namun ia selalu menagih alasan mengapa tidak dijawab. Sekalinya aku balikkan pertanyaan dia berani-beraninya mengatakan.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPwhyEBoWDV
“Enggh… Aku mau jadi TTM kamu Mba, boleh?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyxXqq1APc5
“Sssssssttt, enggak boleh! Kamu udah punya istri. Inget!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsW0iQVY7hv
“Kan cuman Temen… Tapi… Mesra”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡynjneZ1qtD
“Esensinya apa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdsk7F0bIYL
“Ya selama ini kita saling berbagi perhatian loh, bukannya itu sudah TTM?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEGEdhLrMs1
“Aku takut kamu berharap lebih, atau kamu baper, aku baper…”
“Ada yang disakiti, pliss jangan rusak hubungan kita selama ini”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKrOFUabCLe
“Temen Tapi Mesra aja Mba, gak mesti sampai bagaimana-bagaimana”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgS9KBvJVHr
“Iya, tetep aja, kamu berani jamin enggak ada yang baper? Kalau baper?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRSXTHXuRbT
“Ya jalanin aja”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA0yNmfkF1v
“Kamu enak ngomongnya begitu, tapi aku kan perempuan, Ham…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3l6UMFgVTP
“Ya jangan sampai ada yang baper”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsNSMOKd2Ld
“Enggak sesederhana kamu bilang”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnA8ue2Sbhq
“Kan belum dicoba”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCUktpqZAiE
“Ilham!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFXtfncUpMn
“Yaudah deh”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbk84Q3RCqC
Ilham kembali pasrah tidak memaksa. Secara ucapan ya tidak memaksa. Namun, secara sikap, ia memperlakukanku betul-betul selayaknya Teman Tapi Mesra. Munafiknya diriku. Aku nyaman dengan perlakuan Ilham seperti memberi perhatian, menanyakan aku lagi apa dan sesekali ia menyapaku sayang. Awalnya aku bisa menegaskan kepadanya untuk tidak sesekali menyapaku dengan kata sayang. Aku tidak nyaman. Namun, sisi lainku, justru sedikit senang menerimanya. Kasihan diriku yang miskin perhatian ini.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdKBu8g5qef
Perubahan sikap Ilham mencapai puncaknya saat perjalanan dinas ke Yogyakarta, yang mengubah jalan cerita pertemananku dengan Ilham. Ketika tangan kami saling berulah, berpegangan, mencengkeram, lalu mengelus. Aku tidak tahu apa yang ada dibenak Ilham dan yang merasuki dirinya, sampai-sampai dia berupaya meraba pahaku. Aku betul-betul kaget. Namun, aku juga tidak bisa menyangkal aku merasa nyaman dan menikmati yang barusan kami lakukan, meski diakhiri dengan tidak baik.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9BKBy0O4tK
Setelah aku dan rekan-rekan sampai ke hotel, di dalam kamar aku merenung apa yang barusan terjadi antara aku dan ilham. Pantaskah kami berbuat demikian? Sungguh aku benar-benar sedang kesepian. Bisa-bisanya aku melakukan hal itu. Aku buru-buru menghubungi suami, melepas kesepian yang sudah membludak ini kepada seseorang yang mutlak sah dan pantas. Namun lagi-lagi suamiku ini susah sekali dihubungi. Dalam keadaan krisis begini, aku sangat benci dia. Sepertinya benar kata Ilham, rumah tanggaku sudah diujung tanduk.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTYNKL4b7Da
“Ayah?”
“Ayah?”
“Ayah? Kebiasaan deh gak dijawab”
“Ayah lagi apa?”
“Ayah sudah makan?”
“Anak kita sedang apa?”
“Ayah di sini hotelnya bagus loh”
“Ayah?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcuT3TeE3vt
Di dalam kamar hotel, berkali-kali aku mengirim chat ke suamiku, tidak dibalas. Aku telepon dia berulang-ulang, tidak dijawab. Rasa rindu dan kangen itu berubah ingin kuluapkan dengan membanting ponselku ke tembok, lantai, atau entah kemana supaya bisa batin dan pikiranku yang sedang kacau balau ini segera mendapat ketenangan.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUY8ONKdszr
Sebaliknya, tiba-tiba Ilham justru yang menghubungi aku. Aku terdiam sejenak. Mengapa harus dia lagi dan dia lagi yang datang ketika kondisiku kritis rindu. Aku tidak punya pilihan lain saat ini. Aku hanya ingin ditenangkan. Hilang rasa batin yang sedang gelisah.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLwOr6FvnfV
“Mba, lagi apa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe4nG7dXuEm
“Lagi main hape aja, kenapa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhJBVW14uVD
“Aku main ke kamarmu ya?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtjnrDlQ4Yt
“Iih mau ngapain…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4HOT6GD2wu
“Kamu ngobrol sama pegangan tangan kayak tadi lagi”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ69Fk6kKztl
“Emangnya Kamu gak malu pegangan tangan sama ibu-ibu yang udah nikah dan punya anak satu?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLxfTfqR9c9
“Kok ngomongnya begitu? Kamu tuh udah kuanggap keluargaku loh Mba Maya, itu kenapa aku selalu peduli dan sayang dengan kamu. Tanya kabar, jalan sama kamu, bahkan aku rela ajak kamu ke Yogya ini selain kerja juga, supaya kamu seneng”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8OsZMiNaCi
Jawaban Ilham meruntuhkan kebekuan hati yang sedang kritis rindu dan sayang. Aku lantas menitikkan air mata, entah terharu atau sedih terhadap kondisiku. Aku terdiam.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiLYn3Lxq4v
“Halo Mba, gimana? Boleh gak?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmSAtkBTs6l
“Iya, boleh, tapi jangan macam-macam ya”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Oafk30zrv
“Iya, tenang sik. Cuman ngobrol aja”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAFLEafda4L
Karena tak ada rekan yang satu lantai dengan kamarku, aku tak menyadari apa yang kukatakan barusan kepada ilham lewat telepon. Tidak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu kamar, bersamaan itu chat ilham masuk.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlstJQnLfpN
“Mba, aku di depan kamar kamu nih”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfVXn03bAI5
Beranjak dari kursi, aku membukakan pintu untuk Ilham. Ia buru-buru masuk menyelinap, khawatir ada orang lain yang melihat dan menimbulkan kecurigaan. Di dalam kamarku, ilham duduk tersenyum di sisi ranjang tempat tidur sambil menonton acara televisi. Aku berdiri memandangnya, menunggu alasan ia kemari.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEClzreC6CT
“Kenapa malah ngelihatin gue?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn65FTadxsb
“Ya lihatin, nungguin alasan kamu ke sini apa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx07BSXstrw
Ilham tiba-tiba menarik tanganku dan memintaku duduk di sebelahnya, menonton televisi bersama. Aku sontak bergeser menjaga jarak, memandangi Ilham yang masuk ke kamarku hanya mengenakan celana pendek dan t-shirt hitam. Ia sudah berganti pakaian. Ilham lalu meraih dan mencengkeram tanganku. Kami kembali saling menggenggam tangan. Lagi-lagi sensasi nyaman dan kehangatan merasuk ke dalam tubuhku yang rindu sentuhan laki-laki.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAAIJI8OdpP
“Kamu mau cerita apa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkLOMcha18q
“Duh dingin juga ya di sini”
“Gue mau melepas lelah setelah kegiatan kita akhirnya selesai juga”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKilfWgeKYw
“Jangan lupa bikin laporannya”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡySB5r5EgoC
“Hahaha, bisa nanti belakangan”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSg6BHEv5cc
“Asal jangan kelupaan”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHh5KmmP6MP
“Iya Beres, Mba. Oh ya lo habis ini langsung pulang ke rumah atau bagaimana?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgPrbC03oUs
“Belum tahu”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa8y45kcBD3
“Kalau iya, nanti supirnya bisa anterin lo”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1aydeurorJ
“Enggak usah, terima kasih”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYEUsWluB7g
Aku sebetulnya sungkan dengan kehadiran Ilham. Kami berdua lalu malah terpaku sejenak menyaksikan drama korea yang tampil di layar televisi berlangganan hotel. Ilham masih mencengkeram tanganku. Mengelus punggungnya dengan jari jempol yang berukuran menggelitik telapaknya. Tanganku berupaya menjinakkan agar tangan ilham tidak bergerak semakin liar. Namun yang terjadi aku malah berbalik mengelus telapak tangan Ilham. Telapak tangan Ilham tidak bisa kalem. Ia lepas dari genggamanku. Kembali buas menyerbu menggelitik telapak tanganku. Kemudian Ia mengarahkan telapak tanganku ke hidungnya. Ia endus punggung tanganku. Lalu berkata,”harum tanganmu Mba”.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdrJb1ym19E
Aku membuang muka, pura-pura menonton televisi. Aku membiarkan Ilham bermain dengan telapak tanganku. Ia endus dan ciumi berkali-kali, lalu cengkeram mengelus lagi. Aku kegelian, membuatku sedikit merinding gemetaran.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9nx605btp2
Barangkali karena aku tak cegah, Ilham semakin berani. Kemudian Ia mencengkeram salah satu lengan gempalku. Sebab Aku tak mengelak, Ia remas seraya mengurutnya. Aku sekilas coba menepuk tangan Ilham agar tidak berada di sana. Namun, tangan tersebut kembali mencengkeram lenganku. Ilham bersikukuh memijatnya. Aku pun pasrah menikmati pijatan itu, sampai lupa bahwa Ilham yang datang dengan kelelahan bukan aku.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbh4ug2b8Z9
“Bagaimana? Enak gak pijatan gue?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX41LP4GXFn
“Enak…”, jawabku tanpa melihat wajah Ilham.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3taPT3deSR
“Kayaknya kamu yang lebih cape ya Mba. Aku paham kok. Yang sabar Mba Maya. Aku yakin suatu saat suami kamu luluh juga”
“Aku akan selalu mendukung kamu”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyljRsL4wwV
“Sudah, sudah…”, ucapku meminta Ilham berhenti memijat. Namun yang terjadi ia pindah duduk membelakangiku. Kini kedua lenganku yang dicengkeram olehnya. Ia melakukan hal yang sama. Astaga tubuhku semakin menghangat. Aku justru jadi tak menginginkan Ilham untuk berhenti. Badanku bergetar pelan, terdongak ke depan. Nafasku menderu.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPwOeOdNwGY
“Bagaimana Mba? Enakkan?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIvvZXC3BPI
“Iya, bagian punggung tolong”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDQX5rLo5Wt
“Siiip”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVVSgvaHBcW
Ilham kemudian memijat punggungku, memukulnya sedikit dengan sisi telapak tangan. Sampai detik ini, tak ada tanda-tanda Ilham berupaya mencari kesempatan sembari memijatku. Aku sekarang meyakini Ia sepenuhnya hendak membikin badanku ringan, hilang pegal-pegal walau tak begitu yakin. Kemudian Ilham mengurut tengkukku. Ia sibakkan rambut panjangku yang digerai ke bahu sebelah kiri. Sedikit geli dan sakit. Leherku meronta. Pijatannya luar biasa. Entah belajar dan dapat ilmu dari mana Ilham. Aku tertegun kebaikannya. Namun, aku ingin pijatan ilham segera disudahi. Aku mulai merasakan hal yang lain. Sentuhan Ilham membuat nafasku semakin berat. Astaga aku mulai bergairah.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAGEydXp7U1
“Sudah, Ham, sudah…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡks4tNEzO20
“Bentar, belum ini…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmbcLhNHBXS
“Udahan, cukup”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡduA8WavMFT
“Belum, dikit lagi”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡswQW39Zdzo
“Udaaaaahhhh…”, aku coba menjauh, bangkit berdiri. Namun, Ilham memegang kedua lenganku begitu kuat. Ia menahanku. Dugaanku kini mulai berubah. Ilham sepertinya bukan lagi Ilham yang pertama kali berniat memijat. Jangan-jangan dia mulai berniat menggoda birahiku. Namun, apapun itu, aku sudah terlambat. Ilham berhasil memunculkan gairah yang biasanya timbul ketika mendapatkan sentuhan suami. Yang bisa aku lakukan hanyalah mencegah Ilham bertindak lebih gila. Akan tetapi, aahhh… Aku tidak bisa berbohong. Aku menginginkan sentuhan yang lain. Bukan dipijat saja. Aku
menginginkan yang lain dari Ilham.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBQr92pN2K8
Aku lekas membalik badan, mendorong tubuh Ilham sekuat tenaga hingga terlentang di atas tempat tidur. Aku lekas menduduki perutnya yang agak buncit. Kucekik lehernya dan menginterogasi benar atau tidak Ilham masuk ke kamarku dengan niat menggoda. Aku tatap kedua matanya serius.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjBb4jsHt2e
“Kamu tahu gak yang kamu lakukan itu gak baik?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSMIfOjZBwe
“Tahu, tapi aku kan cuman mijet”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJsqueanbum
“Bohong!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPbTZf08Qvd
“Beneran!”, sahut Ilham tersenyum.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDryRx301U6
“Yaudah kalau gitu”, ucapku sambil ingin beranjak menjauh dari atas perut Ilham. Akan tetapi, Ilham mencegah, menarik tanganku
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfiNAoheIvc
“Kalau niatnya bukan mijet kenapa?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCCArviyDnM
“Ya kamu yang tahu”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKiq4DOjYm2
“Gue mau pelukan sama lo Mba, boleh gak?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx8XjWdcvWR
“Emmmmh….” Mendadak sulit aku beri jawaban. Ilham tak berlangsung lama lantas memeluk pinggangku. Damn! Salah satu pahaku tak sengaja berantukan dengan benda keras nan hangat. Aku merasakan batang kejantanan Ilham yang telah mengeras mengenai paha, kebetulan aku sedang mengenakan legging tipis. Ia menyadari. Kemudian bokongku disergap dan diremas-remasnya.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLB60CfQJe4
“Aaaaihhh…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ81mYgfXCin
“Boleh gak? Kok diem?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAsYMQzhqZI
“Iya, sebentaran aja tapi yah…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUwhrA6QArD
“Hehehe, toket lo beneran gede ya, pantes banyak yang curi pandang”, ucap Ilham kedua bukit kembarku yang bersembunyi di balik t-shirt hendak diraba oleh tangannya
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkh338URy3k
“Aaahhh jangan dipegang! Katanya pelukan ajah!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ34fClmSFZ3
“Oke hehehe, maaf”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0ZdSIKvhCn
Aku segera menjauh dari perut Ilham. Kami duduk berhadapan di atas ranjang. Kami berpelukan kurang lebih 10 menit. Aku mengira Ilham sudah jinak. Ia mendadak mendekap, mencumbu bagian bahuku. Aku pasrah dengan yang dilakukan Ilham selanjutnya. Ia menggeser sisi leher t-shirt, dicumbulah bahu dan daerah sekitarnya. Ia bermain-main dengan tali bra, berupaya menyingkirkan agar lebih leluasa menciumi. Kemudian ia mengendus leher, memelukku semakin erat. Nafasnya dihembuskan di sana. Ilham lalu mencumbu leherku sembari salah satu tangan kami saling berpegangan. Ambruklah diriku ditindih Ilham.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTK2VB57IbW
“Ham, sudah, cukup, Ham…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJC75PT04pQ
“Sebentar Mba, sebentar…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1mCHLkj9vF
“Hhhhhhsss…..”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHWdvEEbT1y
“Harum badanmu Mba…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDwQ757aW5j
Pujian Ilham membikin aku melayang. Kemudian Ilham memandangku, lekas mencium pipiku, mengendusnya. Saling bersentuhanlah kedua pipi kami. Aku mengira ia lanjut akan mencium bibirku, tetapi ia justru mengatakan,”aku tidak akan menyentuh bagian yang bukan hakku Mba, jangan khawatir”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUqP5Vzwtne
“Maksudnya?”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ666Wxa6o1
“Bibirmu dan vaginamu adalah hak suamimu, aku hanya ingin meluk kamu”, ucap Ilham menenangkan diriku yang takut. Aku sontak sambut dengan merangkul tubuhnya. Aku sentuh punggung Ilham. Karena tak lagi khawatir Ilham bertindak kebablasan, aku membiarkan Ilham menyelesaikan apa yang diinginkan.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDdrhQ3UqbA
“Aaaaahhhh.. sudah cukup, jangan yang itu”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSvy2gX2T1f
“Gue mau lihat tetek lo Mba”, ujar Ilham meremas payudaraku. Ia berkeinginan melihat bentuk payudaraku.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvFEuYod7R4
“Plisss jangan, sudah cukup begini saja. Aku takut kamu melanggar ucapan kamu sendiri”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMTTQRCKMxm
“Tenang Mba, tenang…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKcf6Q1FAWi
Ah sial, Ilham menyingkap bagian depan t-shirt yang aku kenakan. Aku tak mau memandangi wajahnya. Aku tak bisa. Jantungku berdegup kencang. Ilham benar-benar kurang ajar. Akan tetapi, aku entah mengapa aku tak bisa mencegahnya. Kakiku tak berkenan menendang ilham agar menjauh. Tanganku tak ada maksud memukul Ilham agar ia berhenti berbuat.
Aku harus tenang. Dia tidak akan bertindak melampaui batas. Takdirku memiliki payudara berukuran besar, berdampak laki-laki sangat penasaran. Ini yang terjadi pada Ilham.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSC7HDaO3fe
“Aaaaaaaahhh, Ilham cukup!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTOkwiQqJ9A
Ilham membenamkan wajahnya di antara gunung kembarku. Sensasi yang kudapatkan luar biasa. Aku lama tak mendapatkan ini semenjak tidak bertemu suami. Atau bahkan suamiku tidak pernah melakukan hal yang dilakukan Ilham. Aduh. Sambil wajah Ilham merasai kehangatan dijepit sepasang payudaraku. Aku tidak sadar kedua pahaku membuka lebar. Selangkangan yang lama tak dijamah ini tersundut kepala burung Ilham. Batang kelamin adik angkatku itu bergesekkan dengan liang senggamaku. Sepertinya aku harus segera mendesak Ilham untuk berhenti.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu7RXsJzpLb
“Ilham, sudah Ilham! Sadar! Sadar Ilham!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYH419MhFRJ
“Bentaran lagi Mba”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH1DdR9LL5p
“Cukup Ilham, cukup!”, Salah tanganku menepuk-nepuk pipi Ilham, berharap ia segera insyaf apa yang sedang dilakukan. Namun, yang terjadi. Ilham membuka salah satu cup bra, dan menghisap puting susu yang terakhir dihisap oleh suami dua bulan yang lalu.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbPaFe4HlLI
“Aaaaaaahhh”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbZO1Wq0IXt
“Emppphhh…Keras banget pentil tetek lo, gue isep dikit ya…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnn2wWGAS9H
“Ilham, plisss, berhenti, stoppp”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3PpsgsOFhn
“Iya, Mba, iyah”, Ilham membetulkan bra dan kaos yang aku kenakan. Namun, aku menyangka ini sudah berakhir, tetapi Ilham masih menindih tubuhku. Ia memandangiku. Wajahku yang kesepian. Wajah yang mungkin dilihat Ilham kurang belaian, kurang sentuhan.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeRkx3mkaWi
“Ilham berhenti, pliss, jangan lagi”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi7E0SPScBN
“Gue cuman mau gesekkin kepala penis gue Mba di selangkangan lo”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzLM2HbD5aG
“Jangan, jangan! Cukup! Nanti kebablasan!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmxkc0uYYLb
“Enggak! Cuman gesekkin doang!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnhN1snygkb
“Bagi kamu iya, tetapi kalau aku di luar kendali akan beda ceritanya, ham!”
“Mba mohon, jangan!”, pintaku sambil menggeleng kepala.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡThbr7SAx4T
Ilham tidak menggubris. Ia tampaknya yakin tidak akan berbuat lebih jauh sesuai janjinya. Sayangnya jika janji ilham bisa dipegang. Aku cemas terhadap diriku yang telah menerima bertubi rangsangan dari Ilham. Aku khawatir, aku yang kebablasan. Ya Tuhan. Ilham mendengus-dengus ketika kelamin kami saling bersentuhan. Kami berdua seakan sudah lupa pasangan kami masing-masing di rumah. Kami lebih ingat kenikmatan di depan mata. Astaga Ya Tuhan!
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcCJGFZYtXJ
“Ilhaaaammm! Stoppp!”, gertakku keras membuat Ilham kecut dan berhenti.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpc7z6AfmwM
“Oke, oke, oke, aku berhenti…”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvQqV3ry4g7
Ilham turun dari kasur. Aku membalik badan ke samping. Menutup wajahku dengan bantal. Aku ingin melupakan apa yang terjadi barusan. Apakah aku sudah mengkhianti suamiku? Apakah aku sudah berzina? Apakah aku telah melampaui batas. Aku mendadak menyesal mengenal Ilham. Mendadak menyesal ikut ke Yogyakarta. Kebahagiaan itu menguap menjadi penyesalan. Aku memejamkan mataku rapat-rapat. Aku tidak mau melihat Ilham sekejap. Aku memerintahkannya untuk keluar dari kamarku segera.
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCfZ6FMsru2
“Ilham keluar! Keluar!”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOXzqDQkQDI
“Ya mba, ya, maafkan aku ya”
15133Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZtjL0IMFZ2
“Keluar!”
ns3.12.149.233da2
