
Aku terus merasa bersalah sejak hari itu, setiap aku ingin Sholat dan mengaji aku teringat perzinahanku dengan Gus Akira. Saat aku tidur, bayangan Gus Akira selalu muncul dalam setiap mimpiku—menghantuiku setiap saat.
1919Please respect copyright.PENANACgUxMRyLUA
"Mi... Kok ngak dimakan? Umi sakit ya?" tanya Jefri melihatku yang melamun.
1919Please respect copyright.PENANA737lfli3By
"Gak papa kok Jef, Umi sehat wal Afiat. Jefri gimana sekolahnya? Lancar?"
1919Please respect copyright.PENANATMU32kud7Y
"Em sebenarnya Jefri lagi bertengkar ama teman Jefri, Mi."
1919Please respect copyright.PENANAXJy9QbVolH
"Hah!? Bertengkar!? Kenapa?"
1919Please respect copyright.PENANABACymIUkhj
"Dia ngehina Umi! Dia bilang Umi pelakor! Padahal kan enggak! Jadi Jefri pukul wajahnya ... Terus dia nangis, dan manggil Pak David."
1919Please respect copyright.PENANAvFOobJzr9M
"Eh!? Umi gak tau semua itu!? Kenapa kamu gak beritahu Umi sebelumnya!?"
1919Please respect copyright.PENANAaEbxWzHCxm
"Yah, habis Umi keliatannya kek lagi sakit. Jefri jadi gak tega."
1919Please respect copyright.PENANARpLIuDxKNh
"Gak boleh gitu Jefri, kamu udah minta maaf ama dia? Kalian udah baikan?"
1919Please respect copyright.PENANA7uB30kOpfD
"Belum Umi, kami masih musuhan. Dan Jefri gak mau baikan ama dia sebelum dia minta maaf ama Umi!" tegas Jefri.
1919Please respect copyright.PENANA7HtpDbKR5k
Kuelus rambut Jefri yang hitam bergelombang itu sambil tersenyum, "Makasih ya Jefri udah belain Umi. Tapi berantem itu gak baik, ntar Umi temenin kamu deh minta maaf ama temenmu itu."
1919Please respect copyright.PENANAIt7FpBPhhX
"Kalo dia gak minta maaf duluan, Jefri gak mau minta maaf. Titik."
1919Please respect copyright.PENANAJo9WqFY7KW
Jefri merajuk, lalu bergegas pergi setelah menghabiskan makan malamnya meninggalkanku yang khawatir padanya.
1919Please respect copyright.PENANAprrVGY6x7o
*****
1919Please respect copyright.PENANAQAKRC3DrLS
Keesokan harinya, aku bertemu pak David untuk membahas tentang perkelahian Jefri. Pak Jefri pun menjelaskan, kalau sekarang teman Jefri itu sangat takut padanya hingga gak mau berangkat sekolah lagi.
1919Please respect copyright.PENANAfOsvi8koEa
"Beneran, Bu Farah. Anton gak mau sekolah lagi, katanya takut ama Jefri," jelas Pak David.
1919Please respect copyright.PENANAm81MIK2Fgj
"Astaghfirullah hal azim, begitu ya, Pak. Makasih udah ngasih tau, oh iya Pak, punya alamatnya si Anton gak? Saya mau minta maaf secara pribadi ama dia."
1919Please respect copyright.PENANA7VV1tVpQRC
"Ada Bu Farah, tapi sebaiknya Bu Farah jangan pergi ke sana sendirian. Bapaknya Jefri itu anggota ormas yang sering malakin pedagang di pasar. Takutnya terjadi sesuatu yang gak diinginkan kalau Bu Farah pergi sendiri, kalau mau bisa saya temenin Bu Farah."
1919Please respect copyright.PENANAH4rXbzUW0Q
Aku mengangguk setuju, lalu kami pun janjian untuk menemui Anton di rumahnya setelah sekolah selesai. Kuajak Jefri ikut bersamaku untuk minta maaf, dan kuikuti Pak David dari belakang menaiki PCX putihku.
1919Please respect copyright.PENANALd0iNWAmMv
Rumah Anton terletak di belakang pasar, jalannya berbatu dan berlubang hingga membuatku harus berhati-hati mengendarai PCX-ku. Setelah sampai terlihat Anton tengah membantu Ibunya memotong kain mori untuk bahan pakaian batik.
1919Please respect copyright.PENANA2WSUI6vOGP
Saat kami tiba, Anton langsung panik dan bersembunyi di belakang Ibunya yang lumayan cantik dengan rambut pendek sebahu dan sebuah tato di lehernya.
1919Please respect copyright.PENANAiQjPOO2KDL
"Eh, pak Guru. Ada perlu apa kemari?" tanya Ibu Anton.
1919Please respect copyright.PENANA6gVxQf6Ggl
"Ini, jadi sebenarnya...."
1919Please respect copyright.PENANAivebRwC2z3
Pak David pun menjelaskan alasan kami bertiga datang kemari, dan melihat ketulusan kami—Ibu Anton pun membujuk Anton untuk lebih dulu minta maaf padaku.
1919Please respect copyright.PENANAi2mbC6wQ1g
"Ma-maad Tante... Ucapanku ku... Kurang ajar," kata Anton sembari menunduk tak berani menatap wajahnya.
1919Please respect copyright.PENANAvObD782QYe
"Gak pada, Ton. Jadikan ini pelajaran ya..." balasku sambil tersenyum ramah.
1919Please respect copyright.PENANAhsiMOaOmXm
Anton mendongak, dan wajahnya langsung memerah tersipu melihatku. Aku mengernyit sebentar, saat kulihat Anton mulai celingak-celinguk merasa nyaman saat ada di sampingku.
1919Please respect copyright.PENANAEakkOcopqD
"Kenapa Ton, kok kayak orang bingung?"
1919Please respect copyright.PENANABthiQdKJjJ
"Gak papa, Tante. Gak papa, kok," jawab Anton sembari menunduk, dan sedikit melirik ke arah dua payudara besarku yang tertutup oleh hijab coklat.
1919Please respect copyright.PENANAP16ZsjcIl9
Aku tersenyum simpul, yah namanya juga laki-laki wajarlah dia punya ketertarikan pada asetku yang besar dan sangat kubanggakan ini.
1919Please respect copyright.PENANALuwK4IqzKg
"Nah, Jefri. Ayo sekarang minta maaf ... Antonnya kan udah minta maaf," kataku pada Jefri yang memalingkan pandangannya dari Anton.
1919Please respect copyright.PENANA1OjP4CKwPf
"Iya, Mi."
1919Please respect copyright.PENANAHjLVSJPLpY
Jefri menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Anton secara terpaksa, Anton menyambut tangan Jefri, dan mulai meminta maaf padanya.
1919Please respect copyright.PENANAqXHQH1HmGN
"Maafin aku Jefri, Ibumu itu cantik banget, mana mungkin dia pelakor," kata Anton polos.
1919Please respect copyright.PENANAKxqjCmOvav
Jujur saja mendengar kata itu keluar dari seorang bocah, aku rada kesal. Untung Jefri menerima permintaan maaf Anton, dan mereka pun kini telah berbaikan.
1919Please respect copyright.PENANAG6ZHfKHDzy
Saat kupikir semua sudah selesai, sebuah tangan kasar tiba-tiba meremas pantatku dari belakang. Aku reflek beranjak dan menampar pemilik tangan itu dengan sigap, dan mulai memasang wajah garang.
1919Please respect copyright.PENANAJUSmQoWuyd
"APAAN SIH!? KOK PEGANG-PEGANG!" seruku marah.
1919Please respect copyright.PENANAVqpDKs5uyY
"Bapak!"
1919Please respect copyright.PENANAkfyJwy57Hv
Anton tiba-tiba memanggil pria kurang ajar itu dengan sebutan Bapak, kulihat perawakan pria itu yang acak-acakan dengan tato di tangan kanan dan kirinya. Matanya sayu, dan bau alkohol tercium dari mulutnya yang bergigi maju.
1919Please respect copyright.PENANA3Cpeen18Gi
"Ahh! Maaf! Maafin Suami saya Bu Farah! Maaf," kata Ibu Anton yang dengan sigap menyeret suaminya menjauh.
1919Please respect copyright.PENANAUfrnE4WkIK
"Siapa tu, Nduk! Bening bener! Temenmu?" kata Ayah Anton sambil cegukan dengan wajah memerah karena mabuk.
1919Please respect copyright.PENANAlqzZz4qPer
"Bukan siapa-siapa, Anton bawa Bapak kamu masuk!"
1919Please respect copyright.PENANAo5BtjSNmUx
Dengan sigap, Anton pun membawa Bapaknya masuk ke rumahnya, sambil merasa tak enak padaku, dan Jefri. Setelah masuk, Anton langsung menutup pintu seakan tak ingin Bapaknya keluar lagi.
1919Please respect copyright.PENANAYxCJ4IBS6E
"Maafin Suami saya ya Bu Farah, dia emang gitu. Kalo mabuk sering kurang ajar," kata Ibu Anton dengan raut sedih.
1919Please respect copyright.PENANAcVLYJ6f7xB
Aku benar-benar kesal pada laki-laki itu, namun untuk menghormati Ibunya Anton aku menahan emosiku, dan meminta pamit padanya, sambil menitip salam pada Anton.
1919Please respect copyright.PENANA8KO2f73bZx
Setelah kami bertiga pun pulang ke rumah masing-masing, sebelum berpisah Pak David meminta maaf padaku karena hal tak terduga itu sebelum kami berpisah. Setelah pulang, aku langsung mandi dan bersiap berangkat untuk mengajar di TPQ dengan perasaan dongkol pada Bapaknya Anton.
1919Please respect copyright.PENANAutQC3w8FJq
"Pria kurang ajar itu! Berani banget dia ngeremas pantatku!" umpatku sambil berkendara menuju TPQ tempat aku mengajar.
1919Please respect copyright.PENANAoOfKMOjJxP
Tanpa aku tahu, tindakanku hari itu akan membuatku menyesal sepanjang hidupku. Bapaknya Anton, Bagas itu ternyata lebih berbahaya dari yang aku duga, tanpa aku sadari ... Dia diam-diam menguntitku sejak saat itu, dan mulai mengumpulkan informasi tentangku untuk memulai rencana jahatnya.