Farel Bintang POV828Please respect copyright.PENANAvu2fDUm2YN
828Please respect copyright.PENANA1pJRwodWuz
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
828Please respect copyright.PENANAnvUNBZJOJN
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
828Please respect copyright.PENANAx3EYPue23p
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
828Please respect copyright.PENANA7o4DfQpddY
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
828Please respect copyright.PENANANmcaQrt9va
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
828Please respect copyright.PENANAGUbONvOCfH
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
828Please respect copyright.PENANAwW4NPOAZLf
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
828Please respect copyright.PENANAjDLZp0MX92
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
828Please respect copyright.PENANACJT3PhrIxG
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
828Please respect copyright.PENANAKoUCZ4ShTt
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
828Please respect copyright.PENANAn0hclBBdL7
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
828Please respect copyright.PENANAGouhkvsBOH
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
828Please respect copyright.PENANAhkBFZxM1Gh
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
828Please respect copyright.PENANAzYd0tlAMeI
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
828Please respect copyright.PENANA2V3FCjxy4k
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
828Please respect copyright.PENANANyM368jVnK
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
828Please respect copyright.PENANAhbdtNjOeBr
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
828Please respect copyright.PENANAXRGdjLQlb5
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
828Please respect copyright.PENANA7xqWSfYT77
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
828Please respect copyright.PENANATakQj87H5r
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
828Please respect copyright.PENANAg29Xp4RNZg
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
828Please respect copyright.PENANAXyTcKMK4s7
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
828Please respect copyright.PENANATYAaJjZlMI
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
828Please respect copyright.PENANARA7fYotua9
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
828Please respect copyright.PENANA2gvEAeKGUm
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
828Please respect copyright.PENANAUC1l21HAkS
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
828Please respect copyright.PENANARFb7LyBgbC
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
828Please respect copyright.PENANAqfhv47RHn4
828Please respect copyright.PENANAbHm9JBIx6d
828Please respect copyright.PENANANkPvlOTDPf
828Please respect copyright.PENANAIwORbIVGjP
828Please respect copyright.PENANALI06NyeKb7
828Please respect copyright.PENANA223lunM7or
828Please respect copyright.PENANA44VShigcJD
828Please respect copyright.PENANAPGn8TwPbW9
828Please respect copyright.PENANASKD4MnlG7T
828Please respect copyright.PENANAn2oGdyStvb
828Please respect copyright.PENANATy1wGpGWH7
828Please respect copyright.PENANAHrD8Iarxjh
828Please respect copyright.PENANAOwyWPtOtTc
828Please respect copyright.PENANA0gWF1icSzH
828Please respect copyright.PENANArqgDN5SMxW
828Please respect copyright.PENANAI39lhyRZyr
828Please respect copyright.PENANAJlW79pvXYk
828Please respect copyright.PENANAdaughQ3q84
828Please respect copyright.PENANA36Zs18vGSN
828Please respect copyright.PENANAIXfJZMRb28
828Please respect copyright.PENANA5RCPdBT3Ra
828Please respect copyright.PENANAjA4bJLNlZb
828Please respect copyright.PENANA9pplsgtLnb
828Please respect copyright.PENANAITenEAr9Kn
828Please respect copyright.PENANAebEPSxqKv0
828Please respect copyright.PENANA0bHQ4ev3E7
828Please respect copyright.PENANAHTqUBnlx18
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
828Please respect copyright.PENANAd7ZLjIdY1z
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
828Please respect copyright.PENANAYma8MJdq9O
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
828Please respect copyright.PENANAaukrgxeaoo
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
828Please respect copyright.PENANA7TyaM5YTRR
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
828Please respect copyright.PENANARv4pKcPcgM
"Kau, kan?" tanyaku.
828Please respect copyright.PENANAyxFvaymaHc
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
828Please respect copyright.PENANANwtTE3CRzr
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
828Please respect copyright.PENANAoa1eDVmjI5
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
828Please respect copyright.PENANAgo6TTCU0Ab
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
828Please respect copyright.PENANAC1WkDONkrK
Ia benar-benar membenciku.
828Please respect copyright.PENANAA8YCcUwq5u
***
828Please respect copyright.PENANAivKTyQISu0
ns18.118.105.173da2