(21+ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMILIH DAN MEMBACA, PASTIKAN ANDA SUDAH DEWASA DAN TAU RESIKONYA)
Di tengah anggapan populer bahwa masa muda adalah masa paling berharga waktu untuk mengeksplorasi kesenangan, mencari teman sejati, menikmati momen hangat bersama keluarga aku merasa semua itu omong kosong belaka. Sejak kecil, aku hidup dalam bayang-bayang keluarga yang serba pas-pasan dan penuh luka. Ingatan masa kecilku tidak dipenuhi dengan tawa atau kehangatan, melainkan oleh bayang-bayang kekerasan dan kegetiran. Ayahku, yang sering kehilangan kendali karena mabuk dan terjerat dalam hubungan gelap dengan wanita lain, kerap menghukumku dengan kekerasan fisik. Sementara itu, ibuku yang mudah panik dan histeris hampir setiap hari, lebih memilih menghabiskan waktu bersama selingkuhannya daripada mengukir momen kebersamaan di rumah. Sebagai anak keturunan Tionghoa yang tumbuh di tengah hiruk-pikuk Jakarta, aku pun tak lepas dari cengkeraman rasisme yang menggerogoti jiwa. Lingkungan sekitar kerap menyisakan bekas luka berupa kata-kata dan sikap diskriminatif yang menghancurkan rasa percaya diriku. Semua itu membuat aku semakin yakin bahwa gambaran tentang masa kecil bahagia hanyalah mitos belaka.
Sejak dini, beban berat kehidupan mendorongku untuk segera melepaskan diri dari jerat keluarga yang menyiksa. Aku mengalihkan semua fokusku ke dunia akademis, berharap lewat pendidikan aku bisa menemukan jalan keluar mimpi mendapatkan beasiswa untuk hidup jauh dari bayang-bayang orang tua yang telah banyak mencederai jiwaku. Ironisnya, takdir pun menulis cerita lain untukku. Memasuki tahun 2019, Indonesia didera pandemi yang merenggut nyawa kedua orang tuaku. Saat itu aku baru berusia 18 tahun, anak tunggal yang mendadak merasa benar-benar kehilangan segalanya. Meskipun beberapa anggota keluarga besar berusaha menawarkan “Perlindungan” mereka, bekas luka dan trauma mendalam membuat setiap bisikan tentang 'Keluarga' kembali menghantui aku dengan kegetiran yang tak terlupakan. Rasa sakit itu begitu mencekam sehingga akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan segalanya dan pindah ke Surabaya sendirian, dengan tekad untuk membangun hidup yang baru tanpa bayang-bayang masa lalu yang mengganggu.
Di kota baru itulah, aku mulai menulis babak baru dalam kisah hidupku. Meskipun derita dan kegilaan masa lalu selalu mengintai, aku percaya bahwa setiap luka punya kisah yang patut diperjuangkan. Kisah ini baru saja dimulai, dan aku tahu di balik setiap penderitaan ada kekuatan yang menanti untuk ditemukan.
Ayo Berlangganan Cukup Dengan Paket Professional Rp. 100,000 Kalian Sudah Bisa Mengakses Semua Konten Saya Dalam Penana Mulai Dari Konten Cerita, Doujin, Manga, Manhwa, Dan Hentai Dll.
Dukung dan Support Supaya Saya Bisa Meluaskan Bakat Saya Ini...
Instagram | Donasi