Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, Revan akhirnya tiba di kediaman Ibu Reni. Dari luar, pintu rumahnya tampak tertutup rapat, meskipun tirai jendela terbuka lebar. Dengan rasa penasaran yang menggelora, ia memberanikan diri mengetuk pintu. Tak ada jawaban. Ia mengetuk lagi, tiga kali, hingga akhirnya terdengar suara lembut dari dalam. Dengan hati berdebar, ia mengenali suara itu sebagai milik gurunya, Ibu Reni.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMOagv8vsxb
Pintu akhirnya terbuka, dan Ibu Reni muncul di hadapannya, mengenakan daster pendek berwarna merah muda pucat dan tampak baru bangun tidur, dengan rambut yang dijepit asal-asalan. “Eh, ada tamu ya? Sini-sini masuk, kamu sama siapa, Van? Ngapain siang-siang begini?” tanyanya, wajahnya terlihat ceria meskipun baru bangun. Namun, Revan tak langsung menjawab; pandangannya terpaku pada penampilan Ibu Reni yang berbeda jauh dari saat di sekolah. Kesadarannya kembali saat Ibu Reni menepuk lembut bahunya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtkHHz35BWf
“Heh, ngelamun aja? Sini masuk dulu,” ucapnya dengan nada menegur, membuat Revan tersadar. “Eh, iya, Bu,” jawab Revan dengan cepat, lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡclrOWi45mm
“Iya, saya sendiri, Bu. Kata Pak Hendra, Ibu sedang sakit, jadi saya mau menjenguk sekaligus bertanya tentang pelajaran yang diajarkan tadi karena saya tidak mengerti,” jelasnya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeyZUAmZ8RF
“Bagus sekali kamu datang, Van. Ibu memang sedang tidak enak badan belakangan ini, tapi hari ini sudah lebih baik. Kebetulan istirahat masih kurang, jadi Ibu ambil libur,” balas Ibu Reni dengan senyum yang tulus.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjrwE7mlUF5
“Kalau begitu, saya tidak mengganggu ya, Bu? Mohon maaf jika mengganggu waktu istirahat Ibu,” ucap Revan dengan ragu.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlp8y6gDydD
“Oh, tidak sama sekali, Van. Justru Ibu senang kamu mau menyempatkan diri. Terima kasih, ya!” Ibu Reni menjawab dengan tulus. “Sekarang duduk, ya. Ibu ambilkan minum dulu.”
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrvWXNW2V7c
“Eh, tidak usah repot-repot, Bu,” tolak Revan.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYx9Gl47q4i
“Ah, tidak apa-apa. Ibu senang melakukannya,” jawab Ibu Reni sembari bergegas ke dapur.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9Gcju9m6Qv
Revan memperhatikan dengan kagum saat Ibu Reni kembali membawa minuman dan makanan ringan untuk disajikan. “Wah, Bu, kok repot-repot?” tanyanya ketika melihat apa yang dibawa Ibu Reni.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY7T43IqIcC
“Ah, tidak, Van. Cuma begini kok,” sahutnya sambil menunduk untuk meletakkan hidangan di meja. Namun, tiba-tiba baju beliau terbuka sedikit, dan tanpa disengaja, Revan melihat ke dalam, belahan dada yang indah dan putih bersih.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPt2ssEfcmp
Revan terperangah, tidak dapat mengalihkan pandangan. Sampai Ibu Reni menyadarinya dan dengan nada pelan berkata, “Kamu ngelihat apa, Revan?”
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNt1Hi9FXEY
“E....anu, Bu, anu, maaf, Bu,” jawabnya gugup, terkejut.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAjPy9KpgDs
“Tidak apa-apa, anggap saja rejeki kamu. Sssttt, jangan keras-keras bicaranya, nanti suami Ibu bangun,” ucap beliau dengan senyum misterius.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ34bHiTq0aS
Dalam hatinya, Revan bertanya-tanya, “Hah, Ibu Reni tidak marah? Kenapa beliau membiarkan saya?” Dia terdiam, bingung oleh sikap Ibu Reni yang terlihat santai. Lalu, Ibu Reni mempersilakannya untuk menikmati hidangan.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1WIdBEr3dQ
Dia langsung meminum air yang disiapkan, sementara suasana di sekitar mereka menenangkan. Tak lama, suara Pak Rendy, suami Ibu Reni, terdengar dari dalam. “Ada siapa, dek?”
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp2QnKl6zpa
Ibu Reni menjawabnya, lalu menggiring Pak Rendy menuju Revan. “Oh, ada nak Revan ya ternyata,” ucapnya ceria.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaNg85AGp48
Revan berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersalaman. “Iya, Pak. Ini Revan,” jawabnya pelan.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLUBkdkweT0
“Bagaimana kabarnya, Le? Berani ya sore-sore sendiri ke sini,” Pak Rendy menggoda.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmqwQe1Cred
“Baik, Pak. Bagaimana dengan Bapak?” balasnya, sedikit lebih tenang.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSwxHrQvZon
“Mungkin Ibu memang layak istirahat. Revan di sini ingin bertanya, bukan?” Pak Rendy mengarahkan pembicaraan.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA0qEONOlvK
“Iya, Pak. Saya ke sini untuk menjenguk Ibu dan sekaligus bertanya mengenai pelajaran,” jawab Revan.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡB8DreNBQ5z
“Oh, begitu. Lanjutkan saja ngobrol sama Ibu, ya. Bapak tidak ingin mengganggu,” ujar Pak Rendy sambil pergi, memberi kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPIHJ8t1JRa
Setelah beberapa saat berbincang-bincang, Revan merasa siap untuk bertanya lebih jauh. “Bu, bisa kita mulai pembahasannya?” tanyanya dengan percaya diri.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1FxhEhBP61
“Sudah siap?” tanya Ibu Reni kembali.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnJKViDpgF0
“Sepertinya sudah, Bu,” jawabnya mantap, sebelum membuka tas dan mengeluarkan buku pelajaran yang ingin dibahas.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeYpvERAtwj
Mereka berdua kini siap melanjutkan obrolan tersebut, diiringi dengan kehangatan antara murid dan guru, serta rasa ingin tahu yang tak kunjung padam.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbwB4idvbIz
Setelah itu, beliau segera berpindah ke sampingnya dan mengambil buku yang tadi dikeluarkan dari tas.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0lo53hHOVl
“Halaman berapa yang mau kita bahas, Van?” tanya beliau dengan nada ramah.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ7HvgfZmcX
“Halamannya mulai dari 303, Bu. Saya agak bingung dengan bab ini. Penjelasan Pak Hendra kurang mendalam,” jawabnya jujur.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9enB9n7WII
“Oh, ini bab tentang reproduksi manusia, ya?” ucap beliau dengan senyuman.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCANNJHR5IX
“Ya, Bu,” jawabnya, merasa lega karena ada yang mau membantunya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq7ZATCASVU
Beliau pun mulai menjelaskan setiap sub bab dengan detail, memecah penjelasan yang rumit menjadi lebih mudah dipahami. Revan fokus menyimak, membolak-balik halaman buku dengan seksama.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx2jueKKQ74
Namun, saat lehernya mulai tegang dan kaku, ia tak bisa menahan untuk meregangkannya dengan menoleh ke kiri dan ke kanan. Saat menoleh ke kiri, tanpa sengaja, matanya tertuju kembali pada belahan dada Ibu Reni yang sudah sempat menarik perhatian saat beliau menyiapkan minuman sebelumnya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzZOUagLRqN
Terfokus pada kecantikan itu, ia tampak lupa akan penjelasan di depan matanya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7fkzurStVj
“Paham sampai sini, Revan?” tanya beliau, mencoba memastikan pemahaman muridnya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3n3FYnORbx
Namun, Revan tak mendengarnya, terjebak dalam lamunannya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXYKUlTxwAq
“Revan, sudah paham?” tanya beliau lagi, mengulangi pertanyaan dengan nada sabar.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpQ31F6pVDL
Tetap saja, Revan terdiam, tak memberikan jawaban.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ0632iixN7
Ibu Reni menoleh ke arahnya dan menemukan Revan tengah merenung dengan wajah terpesona.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuhGI2RhBYH
“Nakal sekali kamu, ya? Selalu ada di sini,” ucap beliau sambil mencolek hidungnya dengan mesra.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8KNS9En4Wd
“Eh, Bu, maaf, maaf. Itu… enggak sengaja,” jawabnya, terkejut dan tersipu.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbKcoLVhv21
“Ya sudahlah, tak apa-apa. Kamu suka, kan?” tanya beliau dengan nada usil.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjSkYK5POxo
“Maksudnya, Bu?” Revan terlihat bingung.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0gjT92u36x
“Iya, ini!” Ibu Reni menunjuk ke arah dadanya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzevp6nr0eJ
“Ah, ah, Bu…” Revan tergagap, tak tahu harus berkata apa.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Xi3aTK505
“Kalau suka, bilang saja. Jangan diam-diam,” kilah beliau dengan senyuman menggoda.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCB5O57MLgM
“Enggak, Bu. Tadi cuma… tidak sengaja saja,” Revan mendekap rasa canggung.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnAcyF9DmC1
“Baiklah, kita kembali ke pelajaran. Kembali ke bab ini, apakah kamu sudah paham?” tanya beliau, mengalihkan perhatian dari momen canggung itu.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHdLuVzgPpe
“Sudah, Bu. Sepertinya saya mulai paham,” jawab Revan, merasa sedikit lega.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxWFNGlSyJi
“Ide bagus! Apakah ada bab lain yang ingin kamu bahas?” tanya beliau.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9tsoflsiB7
“Tidak ada, Bu. Ini saja cukup. Lagipula, hari sudah sore. Saya pamit pulang ya,” ucapnya sambil membereskan barang-barang.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZOVdlVTJ22
“Baiklah, Revan. Hati-hati di jalan. Jangan sampai kemalaman,” ujar beliau sambil mengisyaratkan untuk bersalaman.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX09hPjVZdc
Namun, alih-alih menjabat tangannya, beliau mencium pipinya dengan lembut.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY3EvcgNfSW
“Eh, Bu? Kok…,” Revan terkejut, mengenang bahwa ini adalah yang kedua kalinya.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnaGIjbj2ni
“Sudahlah, tak perlu kaget. Ini bukan pertama kalinya, kan?” jawab beliau dengan senyum menggoda.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4wHDYTb8a5
Revan terdiam sejenak, kemudian beranjak keluar.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr2eJw1D5lt
“Revan pamit pulang, ya, Bu!” ucapnya ketika berbalik.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmNISbRZxiM
“Iya, Van. Hati-hati ya,” balas beliau dengan lembut.
124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC72Bsi4Ejz
Dengan cepat, ia bergegas pulang, tak ingin terlambat di jalan. Kesan mendalam dari percakapan itu terus terbayang di pikirannya, menyisakan rasa ingin tahu yang tak tertebak.124Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyYOBuwF8IN
