×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
campaign Request update 0
Jejak langkah
G
2.7K
2
0
1.3K
1

Aku terbangun dari tidur siang dengan sakit kepala. Sakit kepala yang semakin lama semakin menyiksa. Entah mengapa rasa sakit yang aku derita tak juga kunjung mau sirna. Pernah pada suatu kali dokter yang memeriksa tubuhku mengatakan bahwa, memang sakit kepala adalah penyakit ringan, tetapi kenyataanya sangat mengganggu tubuh. Dan beliau pun menyarankan agar aku banyak banyak mengkonsumsi daging dalam setiap makan. Karena sakit kepala adalah gejala dari tubuh yang kekurangan zat besi sehingga mengakibatkan penyakit Anemia.


Bukan hanya karena penyakit Anemia saja yang akan menyebabkan orang sering merasakan sakit di dalam kepalanya. Tetapi terlalu banyak berpikir juga dapat menjadi pemicu sakit kepala. Hal ini mungkin memang benar. Karena pada akhir-akhir ini aku terlalu banyak berpikir, terus berpikir keras tentang masalah masalah hidup yang sedang aku hadapi.


Seperti biasanya, sewaktu sakit kepala sedang menyerang segera aku membuka laci meja yang ada di dekat kamar tidur untuk mengambil Aspirin secukupnya untuk ku minum. Tetapi ternyata barang yang sedang aku butuhkan telah tandas. Tanpa berlama lama lagi segera keluar rumah dan menuju Apotik terdekat untuk membeli lagi obat tersebut.


Sepulang dari Apotik, mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah bungkusan plastik berwarna hijau muda yang tengah tergeletak di pinggir trotoar, karena penasaran segera aku mengambilnya dan ku bawa pulang. Setelah ku buka ternyata isinya adalah satu bundel tebal kertas-kertas bertulisan, menyerupai sesuatu bentuk argumentasi atau opini yang tampaknya akan di kirim ke suatu alamat redaksi majalah ataupun platform semacam itu, aku belumlah jelas memahaminya.


Tapi mengapa kalau memang benar kertas-kertas itu dianggap sangat penting oleh penulisnya tetapi kutemukan dalam kondisi tergeletak dan terbengkalai di pinggir jalan. Apakah penulisnya tidak menyadari telah melakukan keteledoran. ataukah memang si penulis tak sengaja telah menjatuhkan kertas-kertasnya yang berharga dan mungkin sekarang sedang sibuk mencarinya.


Setelah aku pikir dan pertimbangkan, akhirnya kuputuskan untuk menyimpan satu bundel kertas-kertas itu di dalam almari, agar aman tentunya, dan berharap si pemilik kertas itu datang kepadaku untuk mengambilnya.


Selang beberapa jam kemudian aku menuju ke kantor kepala desa untuk menginformasikan bahwa aku telah menemukan sejumlah berkas penting di pinggiran jalan. Dan kepala desa menanggapinya dengan menyatakan agar aku tetap menyimpan berkas tersebut di rumah. Sementara ia menyiapkan selebaran yang akan di bagi bagikan kepada seluruh warga dan juga untuk di tempelkan di berbagai tempat fasilitas umum. Selebaran tersebut memberitahukan tentang telah di temukannya sebundel berkas tebal kertas-kertas berisi serangkaian opini publik. Dan si pemiliknya dapat mengabil barang tersebut ke alamat rumah ku di jalan pesanggrahan km 24 dukuh beji kecamatan bulak kapal Rt 02 Rw 04.


***


Hari haripun telah berlalu, dan sudah hampir dua pekan berjalan sejak aku menemukan berkas kertas-kertas opini publik tersebut. Barang itu tetap tersimpan aman di dalam almari. Si pemilik juga belum juga datang kerumahku untuk mengambilnya. Apakah kabar berita tentang kehilangan yang telah di muat dalam selebaran kemarin belum jelas ? ataukah memang si pemilik barang belum sempat membaca selebaran itu. Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti di dalam benak. Aku masih penasaran tentang hal ini. Aku berpikir apakah kiranya usahaku untuk si pemilik kertas agar dapat mengambil barangnya belum maksimal ?, kurasa tidak juga. Karena akupun telah berusaha menginformasikan hal itu kesemua warga. ataukah memang si pemilik kertas sudah tidak perduli lagi dengan barang-barangnya ? Aku tak mendapatkan jawaban. Pertanyaan semacam itu terus mengisi ruang dalam otakku. Dan tidak dapat aku buang jauh jauh. Hingga akhirnya aku putuskan untuk tetap menyimpannya sekali lagi, dan masih terus berharap agar ia segera datang untuk mengambilnya.


Kini sudah satu bulan lebih hari-hari telah berlangsung. Dan karena si pemilik kertas-kertas itu belum juga datang, aku menjadi punya keinginan untuk membuka kembali berkas tersebut dan mencoba untuk sekedar membacanya. Ku buka almari tempat di mana aku menyimpan kertas-kertas itu. Ku raih barang itu dan kuletakkan di atas meja. Ku buka tali pengikatnya dengan hati-hati. Aku tak ingin sampai tercecer secarik kertas pun. Ku ambil salah satu dari kumpulan kertas tersebut dan mulai membacanya. Dan jika aku tuliskan isinya maka akan menjadi seperti ini.


Judulnya :


FEMINISME DAN TINJAUAN KRITIS TERHADAP KONSEP GENDER DALAM STUDI ISLAM


Oleh : Intan Eka Maharani


Seorang mahasiswi dari Universitas Swasta di salah satu daerah di jawa timur, beragama islam, kiraku. Melihat dari judul tulisan itu, aku mulai dapat berpikir bahwa si penulis memang seorang yang memiliki kecerdasan. Ia seorang yang memfokuskan diri pada masalah-masalah perempuan. Karena sejauh sepengetahuanku kata FEMINISME adalah salah satu kata yang artinya suatu Faham, atau bisa di katakan sebagai sebuah Ajaran ajaran tentang Emansipasi wanita serta suatu hal yang menyangkut tentang organisasi organisasi kewanitaan.


Dengan melihat judul dalam naskah yang dia tuliskan tersebut, aku jadi lebih terangsang untuk melihat bagaimana sebenarnya profil nya secara lebih jelas lagi. Untuk itu aku lanjutkan kembali membaca karyanya, dan akan aku tuliskan di sini. Mulailah aku lanjutkan membaca, dan seperti inilah jika aku salin dalam bentuk tulisan :


Abstrack


Feminism is an effort gender justice requires us to make the rules fair, but gender equality does not require us to give a prize to the winner and the loser between men and women. Gender equality has become a necessity of the times. Issues these women are very regard to violence against women, sexual harassment, wage discrimination and women's rights in the workplace or a dual role as the nature of women.


Some people think women with a view of ignorance before Islam came, so they do not give inheritance rights to her daughter and did not even get a part at all. They also memingit not work outside the home, they even ban women only weeks to study so that they assume that women who sholehah are women who never leave the house, and that means they have prevented the women to get the light of science. Yet they know that seeking knowledge is obligatory for the Muslims either male or female.


Women are partners of men who were Women are partners of men who were created by God with the abilities and the mental equivalent. Most of the women's movement stopped in the middle and are crossroads also whereas women are

entitled to a space in the activity. The image of the ideal woman in the Quran is not the same as the ideal image that developed in the history of the world.


Dari opini itu, Jika ku terjemahkan secara bebasnya mungkin menjadi seperti ini.


Abstrak


Feminisme adalah sebuah upaya keadilan gender yang menuntut kita untuk membuat aturan yang adil, akan tetapi keadilan gender tidak menuntut kita untuk memberikan hadiah bagi pemenang dan yang kalah antara kaum laki-laki dan perempuan. Keadilan gender telah menjadi keharusan zaman. Masalah perempuan ini sangat berkenaan dengan kekerasan terhadap perempuan, pelecehan seksual, diskriminasi upah maupun hak-hak perempuan dalam dunia kerja maupun peran ganda sebagai kodrat perempuan. Sebagian orang menganggap wanita dengan pandangan jahiliyah sebelum islam datang, sehingga mereka tidak memberi hak waris kepada anak perempuannya dan bahkan tidak mendapatkan bagian sama sekali. Mereka juga memingitnya untuk tidak bekerja diluar rumah, bahkan mereka melarang wanita hanya utuk menuntut ilmu sehingga mereka beranggapan bahwa wanita yang sholehah adalah wanita yang tidak pernah keluar rumah, dan itu artinya mereka telah menghalangi para wanita untuk mendapatkan cahaya ilmu. Padahal mereka tahu bahwa menuntut ilmu wajib hukumnya bagi kaum muslimin baik itu laki-laki atau wanita.


Kaum perempuan adalah mitra kaum pria yang diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan-kemampuan dan mental yang setara. Kebanyakan gerakan kaum perempuan berhenti di tengah-tengah dan berada dipersimpangan padahal perempuan juaga berhak mendapatkan ruang gerak dalam aktifitasnya. Citra perempuan ideal dalam alquran tidak sama dengan citra ideal yang berkembang pada sejarah dunia.


Kata kunci: Feminimisme, Studi Islam


Sampai di sini ku hentikan untuk membaca, karena aku kira sudah jelas tentang bagaimana profilnya. Dugaanku tidak meleset, bahwa si penulis memang bukan perempuan biasa, ia seorang yang cerdas, juga telah consern di dalam bidang tertentu. Jikapun aku lanjutkan untuk membaca, mungkin aku tidak akan dengan mudah memahami atau mengetahui maksud dan tujuan tulisan itu. Setelah selesai membaca Aku putuskan untuk menyimpanya kembali di dalam almari. Tapi sebelum aku mengembalikan kertas itu kedalam almari, aku masih sempatkan lagi mengingat-ingat nama pembuatnya, di dalamnya tersemat sebuah nama, dan tebaca indah. Intan Eka Maharani.


***


Bersambung...

favorite
coins
0 likes
Be the first to like this issue!

X